Aku duduk di halte bersama temanku sambil menunggu bis tujuanku datang sembari mengusap-usapkan telapak tanganku.
"Hari ini dingin sekali ya" ucap Mark padaku. Hari ini memang sangat dingin. Musim dingin memang selalu seperti ini, dingin yang sangat menusuk kulitku.
"Hm" aku hanya bergumam.
"Oii Sea, kau tahu, Jimmy katanya akan kembali ke Jepang" aku seketika menolehkan kepalaku ke arah Mark. Apa aku tidak salah dengar? Jimmy akan kembali?
"Kau tahu dari siapa?"
"Makanya kau ikut reuni dong, mereka pada bilang Jimmy bakal balik. Lagian dia juga udah selesai studinya, hebat juga ya dia. Di angkatan kita yang karirnya paling cemerlang cuman dia"
Ya, dia sangat hebat dan berkilauan. Hingga aku merasa terlalu silau dengan cahayanya.
"Kau serius dia akan kembali?"
"Iya, Kento juga bilang begitu. Kau dulu dekat dengan Jimmy kan?"
"Iya, kenapa?"
"Aneh" Mark mengerutkan kedua alisnya tampak bingung.
"Kenapa kau tidak tahu Jimmy akan kembali? Kau tidak bertanya langsung padanya?"
"Itu kan dulu, sekarang tidak" aku menghembuskan nafasku, seketika hatiku merasa sakit, ingatan kedekatan ku dengannya mulai bertebaran.
"Kento bilang, Jimmy bertanya padanya tentangmu"
"Hah? Tanya apa?" Aku terkejut, sangat.
"Jimmy tanya, apakah Sea masih ada di Tokyo atau kembali ke Thailand? Dan Kento bilang kau masih tinggal di Tokyo" aku merasa dadaku berdebar dengan kencang. Untuk apa Jimmy bertanya keberadaan ku? Aku kira dia sudah tidak perduli lagi padaku.
"Sea, aku tidak tahu kau ada masalah apa dengan Jimmy. Tapi, setidaknya kau bisa meng-emailnya jika kau merindukannya" Mark memegang kedua pundak ku.
"Mark, tidak semudah itu"
"Terserah padamu Sea"
Aku melihatnya menghela nafas. Aku juga ingin Mark, bertukar kabar dengannya, hanya saja, email ku tidak dia balas. Menunggunya membuatku terlihat seperti orang bodoh. Aku hanya tidak ingin mengulanginya lagi, sakitnya masih terasa hingga sekarang. Aku pernah mencoba mencari penawarnya dan aku terus-menerus gagal.
"Sea, bis ku sudah datang, aku duluan ya"
"Ah, iya. Hati-hati Mark"
"Iya, kau juga"
Bis yang membawa Mark sudah pergi dan tinggal aku sendiri. Kesendirian ini semakin membuatku ingin menangis. Dan semakin-semakin membuatku tidak bisa lupa dengannya adalah melihat pohon sakura yang saat ini ada di sebrang jalan. Saat ini sedang tidak berbunga, namun kenangannya mekar secara tiba-tiba.
Aku eratkan syal ku merasakan dingin yang menusuk. Jika ada Jimmy saat ini, hari-hari yang terasa dingin seperti ini akan berubah menjadi hangat. Senyumnya dan genggaman tangannya yang membuat diriku tidak kedinginan lagi.
Bagaimana jika aku menjadi lebih pemberani saat itu. Mungkin saja aku masih melihat senyumnya dan menggenggam tangannya saat ini.
Bertanya-tanya jika saja saat itu aku menyatakan perasaanku padanya, akankah saat ini aku tidak sendiri. Kesempatan selalu datang jika saja aku ingin."Mencintai seseorang dengan sepenuh hati, aku belum pernah merasakannya hingga sekarang. Aku terlalu takut untuk menyakitimu lebih dari menyakiti diriku sendiri" Kata-kata itu menghantuiku setiap waktu. Dan bagai seorang pengecut, aku hanya menelan kata-kataku.
Bis yang akan membawa ku pulang sudah datang. Aku menaikinya dan berjalan ke tempat duduk paling belakang. Kenangan-kenangan manis-pahit ku mulai terasa lagi.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakurazuki (JimmySea)
Romance"Mencintai seseorang dengan sepenuh hati, aku belum pernah merasakannya hingga sekarang. Aku terlalu takut untuk menyakitimu lebih dari menyakiti diriku sendiri"