52. Ledakan Amarah

5 1 0
                                    


Udara di sekitar Lembah Tumasik terasa lebih berat dibandingkan tempat manapun yang pernah Kirana kunjungi, sejak pertama kali terdampar di dunia ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara di sekitar Lembah Tumasik terasa lebih berat dibandingkan tempat manapun yang pernah Kirana kunjungi, sejak pertama kali terdampar di dunia ini. Begitu mereka tiba melalui kekuatan teleportasinya, Kirana merasakan aura tempat itu terasa aneh dan mengganjal. Membuat siapapun tidak merasa tahan untuk berlama-lama di sana.

Lembah itu dipenuhi dengan pepohonan tua yang menjulang tinggi, cabang-cabangnya menjalin di atas, menciptakan kanopi gelap yang nyaris menutupi seluruh pandangan ke langit. Kabut tipis melayang rendah di atas tanah, memeluk rerumputan liar yang tumbuh subur namun tampak ganjil, seolah hidup di bawah bayang-bayang kutukan yang tak kasat mata. Angin berhembus lembut, membawa bisikan yang samar, seperti suara jiwa-jiwa yang terjebak di antara dunia.

Dara memimpin langkah dengan hati-hati, gerakannya nyaris tanpa suara di atas dedaunan yang basah oleh embun malam. Raut wajahnya serius, seolah-olah bayangan masa lalu kembali menghantui setiap langkah yang ia ambil.

"Di sini," bisiknya, menghentikan langkah di hadapan sebuah pohon muda yang tampak berbeda dari yang lain. Pohon itu jauh lebih kecil, hanya berusia sekitar satu tahun, namun terlihat tegak dan kokoh, akarnya menancap dalam ke tanah yang tampak seakan menolak kehidupan.

"Di sini Chandra dimakamkan," kata Dara dengan suara pelan namun terdengar jelas di antara deru angin yang berhembus pelan. Matanya memandang batang pohon muda itu dengan perasaan sedih. Seolah-olah pohon ini menjadi simbol satu-satunya yang masih menghubungkannya dengan sosok yang telah lama pergi.

Kirana mendekati pohon itu dengan hati-hati. Begitu jari-jarinya menyentuh permukaan kasar batang pohon, gelombang energi langsung menyapu tubuhnya. Namun, alih-alih merasakan kehadiran jiwa yang telah beristirahat, Kirana mendeteksi kehampaan. Seperti dugaannya, makam ini kosong. Chandra tidak ada di sini.

Keheranan menyelimuti benaknya, tapi sebelum ia bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan, kekuatan lain menarik perhatian gadis itu. Aura gelap yang begitu kuat, datang dari arah selatan, tak jauh dari tempat mereka berdiri. Kekuatan itu terasa asing, karena berlawanan dengan energi suci yang selama ini mendampinginya.

Kirana menoleh, memandang ke kejauhan, mencoba menelusuri sumber dari aura tersebut. Namun, dia harus menahan diri. Ini bukan waktu yang tepat. Setelah doa dan pemberkatan selesai, ia tahu bahwa ia harus menyelidiki apa yang sebenarnya tersembunyi di arah selatan sana.

Hening menguasai. Kirana perlahan berlutut di depan makam kosong itu, bersiap memberikan doa terakhirnya. Di antara bayang-bayang pepohonan yang menjulang tinggi, Kirana merapatkan kedua tangan di dada, lalu memulai doanya dengan penuh khidmat.

"Dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih, kami memohon. Kami datang untuk memberikan pemberkatan dan doa terakhir kami. Dalam kepergianmu, kami merasakan kehilangan yang mendalam. Namun, kami percaya bahwa engkau telah menemukan kedamaian yang abadi di sisi Tuhan. Semoga cahaya-Nya menyinari perjalananmu menuju keabadian, dan semoga rohmu mendapat tempat yang mulia di surga." Kata-kata itu meluncur, menggetarkan hati bagi siapapun yang mendengarnya. Dara sampai terdiam karena perasaan sedih yang memenuhi hatinya.

SELENOPHILE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang