10

5.8K 728 40
                                    

Happy reading

***

Wang Yibo turun dari mobil bersama Wenhan, dan kini mereka telah di sambut oleh seorang prajurit saat melihat mobil keduanya datang.

"Dimana Kolonel Tang?"

"Beliau sedang memeriksa sendiri area bekas terjadi ledakan."

Wang Yibo tidak lagi bertanya, ia dan Wenhan mengikuti arahan prajurit yg ada di depannya yg akan mengantar keduanya ke tempat tujuan.

Telah terjadi sebuah ledakan di area dekat perbatasan. Beruntung area tersebut cukup jauh dari pemukiman penduduk sekitar, sehingga tidak ada korban. Namun begitu, mereka masih perlu memeriksa dengan apa yg menjadi penyebab ledakan tersebut.

Kolonel Tang Yan, adalah pria berusia 38 tahun, dan ia adalah bawahan langsung dari Jenderal Wang.

Pria itu tengah menyisiri area sekitar untuk mencari bukti, dan pencarian pun berhasil, ledakan tersebut berasal dari ranjau lawas, dan tidak hanya satu, melainkan ada lebih banyak yg ia temukan saat ini. Kolonel Tang segera memerintahkan para bawahannya untuk mengelilingi tempat tersebut dengan garis kuning sebagai tanda bahaya.

"Hormat, Jenderal!"

"Mn. Apa yg kau temukan?"

"Area ini sepertinya bekas ladang ranjau pada masa penjajahan. Saya sudah menyuruh mereka untuk memberi garis kuning sebagai tanda bahaya. Dan untuk sementara waktu orang luar tidak boleh mendekati area ini sebelum kami berhasil membersihkan ranjau ranjau tersebut."
Kolonel Tang memberi informasi sekaligus solusi.

"Bagus. Jangan sampai ada satu pun yg terlewatkan."

"Siap, Jenderal!"

Masalahnya sudah teratasi tanpa perlu untuk ia turun tangan. Wang Yibo dan Wenhan kembali ke dalam mobil. Dengan Wenhan yg mengemudikan kendaraan tersebut, Wang Yibo duduk bersandar dengan rileks sambil menutup matanya.

"Jenderal,"

"Mn." Wang Yibo berdehem untuk menanggapinya, namun begitu ia masih memejamkan kelopak matanya.

"Jenderal, selamat atas pernikahan Anda. Saya tidak menyangka kepulangan Anda kali ini karena Anda akan menikah. Jenderal, apa saya perlu mengabari yg lainnya. Bukankah ini adalah kabar yg sangat membahagiakan. Ini perlu untuk di rayakan." Wenhan mengusulkan dengan sangat antusias.

"Tidak perlu. Jangan buang-buang waktu untuk itu."

"Oh," ini bukan jawaban yg ingin di dengarnya, tapi karena jenderal maunya begitu, ia pun hanya bisa untuk menuruti.

"Sekarang kita akan kembali ke markas untuk melapor ato-"

"Antarkan aku kembali ke komplek. Setelah itu kau bisa kembali ke markas untuk melapor."

"Oh, baiklah." Wenhan pun mengerti. Sekarang jenderalnya sudah memiliki istri, tentu saja pria ini akan lebih betah berada di rumah bersama istrinya daripada menghabiskan waktu diluar. Ini agak keterlaluan bagi dirinya yg masih setia melajang ini.

Apa yg dipikirkan Wenhan tentu berbeda dengan yg dipikirkan oleh Wang Yibo. Pria itu sebenarnya tidak ada maksud lain selain ingin menebus waktu istirahatnya yg telah banyak tertunda.

Saat ia kembali ke rumah. Xiao Zhan sudah bangun dan saat ini sedang melipat pakaian dan  menatanya di dalam lemari.

"Tuan jenderal sudah kembali?"

"Mn."

"Jangan di lempar sembarangan. Gantung yg benar kalo besok masih ingin di pakai lagi. Kalo tidak, maka masukkan ke dalam keranjang." Ujarnya saat melihat pria itu membuka jaket dan ingin melemparkannya sembarangan.

"Cerewet." Komentarnya, namun begitu ia masih menuruti ucapannya. Wang Yibo menggantung jaketnya di dinding dekat lemari.

"Aku cerewet demi kenyamanan kita bersama." Dalihnya.

Wang Yibo kini menaiki ranjang dan ini tidur sebentar.

"Jenderal, jangan tidur di sore hari. Itu tidak baik." Xiao Zhan memperingatinya.

"Tapi aku mengantuknya sekarang."

"Coba tahan deh! Tidur nanti setelah gelap."

"Ini tidak bisa di tunda. Aku inginnya tidur sekarang."

"Bagaimana kalo aku buatkan cemilan sore agar kau tidak mengantuk."

"Boleh juga. Sana buatkan. Dan panggil aku setelah sudah siap."

Xiao Zhan tentu tidak ingin di tipu. Dengan begitu, ia pun kekeuh dengan pendiriannya. Ia menarik tangan pria yg lebih besar itu untuk keluar dari kamar. Menyeretnya ke ruang tengah dan menyalakan televisi untuk bisa di tonton oleh Wang Yibo.

Sementara itu ia menuju area dapur dan mengeluarkan bahan-bahan yg di perlukannya untuk membuat panekuk kentang.

Tidak butuh waktu lama untuk membuatnya, karena cukup kukus kentang, lumatkan, campur telur, dan daun seledri, kemudian beri beberapa bumbu untuk menambah rasa. Goreng di pan anti lengket dengan sedikit minyak. Balik jika warnaya sudah berubah kecoklatan, kemudian angkat dan sajikan.

Xiao Zhan membawa satu piring berisi beberapa panekuk kentang dengan dua buah garpu. Ia juga tidak lupa menuangkan saos di sampingnya untuk cocolannya.

"Lama sekali. Aku hampir tertidur karena menunggu."

"Aku masih manusia biasa. Bukan om Jin yg kalo mau apa-apa bisa langsung tunjuk dan jadi."

Keduanya berinteraksi cukup akur dan akrab. Bahkan dari obrolan keduanya mereka tidak terlihat seperti pasangan yg dinikahkan secara paksa dengan mendadak. Ini awal yg baik untuk menuju hubungan yg langgeng dan harmonis.

"Jangan langsung di makan. Tiup dulu, ini masih panas." Xiao Zhan mencegah dan memperingatinya.

Wang Yibo menuruti arahannya. Keduanya kini duduk di atas sofa yg sama, menonton TV bersama dan memakan dari piring yg sama tanpa perlu merasa canggung apalagi risih.

Saat menikmati momen sore dengan santai seperti ini ponsel Xiao Zhan kembali berdering, pemuda itu meliriknya dan menemukan jika pemanggilnya masih dari orang yg sama, dan ia tidak berniat untuk menjawabnya.

"Blokir saja kalo kau tidak ingin dia terus mengganggumu." Wang Yibo memberi saran.

"Benar juga." Xiao Zhan mengikuti sarannya. Meraih ponsel dan menambahkan nomor ke daftar hitam. Kali ini Mo Xuanyu tidak akan lagi menghubunginya untuk mengganggunya.

Acara menonton keduanya pun kembali berjalan aman dan damai. Tidak terasa, setelah tayanan TV itu berakhir, langit di luar sudah berubah gelap. Xiao Zhan melirik pada jam yg terpasang di dinding, dan itu menunjukkan angka delapan.

"Tuan jenderal, sudah waktu makan malam. Ingin makan apa untuk makan malam?" Sebagai orang yg tahu diri, dia harus terlebih dahulu menanyakan keinginan pria ini sebelum bergegas ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

"Aku kenyang setelah memakan ini. Jadi aku tidak akan makan malam."

"Oh, aku juga sama. Kalo begitu kita berdua langsung tidur." Xiao Zhan menyesali kalimat terakhir yg di ucapkannya.

Tidur. Malam ini mereka akan tidur berdua diatas ranjang yg sama. Ia mendadak merasa gugup.

"Apa yg kau pikirkan? Jangan berpikiran aneh-aneh. Aku tidak akan melakukan apapun pada anak di bawah umur." Ucapan Wang Yibo jelas dan tegas. Namun itu membuat Xiao Zhan bisa merasa tenang, tapi juga sedikit kesal.

Apa yg salah dengan usianya? Kenapa pria itu seolah mengejeknya karena itu.

"Siapa yg berpikiran aneh? Dasar bapak-bapak!" Xiao Zhan balas mengejeknya sebelum akhirnya kabur lebih dulu ke dalam kamar.

Tbc.
Sorry for typo.

Perfect Wife. (End In Pdf.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang