Matahari pagi menyinari jalanan kota yang ramai. Zahira berjalan dengan langkah gontai, matanya menerawang ke depan, pikirannya melayang ke masa depan yang tak menentu. Ia baru saja meninggalkan rumah kontrakan, tempat yang kini terasa kosong dan dingin tanpa kehadiran orang tuanya.
Di tangannya, ia menggenggam selembar kertas tipis yang berisi daftar lowongan pekerjaan yang ia dapatkan dari koran bekas. Ia harus mencari pekerjaan, apapun itu, untuk memenuhi kebutuhannya dan membayar kontrakan serta membiayai sekolahnya.
"Aku harus kuat," gumamnya dalam hati, berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Ia berjalan menyusuri jalanan yang ramai, melewati toko-toko dan kios-kios kecil. Ia melihat orang-orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, seolah tak peduli dengan beban hidup yang Zahira rasakan.
"Mbak, mau cari kerja ya?" tanya seorang Ibu penjual nasi goreng di pinggir jalan.
Zahira menoleh, matanya bertemu dengan tatapan lembut Ibu itu. Ia mengangguk pelan, "Iya Bu, saya lagi cari kerja."
"Di sini banyak tempat yang butuh karyawan, tapi biasanya cuma kerja paruh waktu," ujar Ibu itu sambil tersenyum.
"Tidak apa-apa Bu, saya mau kerja apa saja," jawab Zahira.
Ibu itu memberikan beberapa informasi tentang tempat-tempat yang membutuhkan karyawan. Zahira mencatat dengan tekun. Ia merasa sedikit lega, setidaknya ada secercah harapan di tengah keputusasaan yang ia rasakan.
Zahira berjalan lagi, kali ini menuju sebuah toko buku yang terlihat ramai. Ia melihat papan pengumuman yang bertuliskan "Dibutuhkan Karyawan Toko Buku". Ia menghela napas, sedikit ragu untuk masuk.
"Mau cari kerja ya Dek?" tanya seorang pria yang sedang menata buku di dekat pintu.
Zahira mengangguk. "Iya Pak, saya lihat ada lowongan kerja di sini."
"Oh, ya, memang lagi butuh karyawan. Kamu bisa masuk ke dalam, bicara sama Bu Anita, yang punya toko ini."
Dengan langkah kecil Zahira memasuki toko buku itu, matanya berbinar begitu melihat deretan buku yang tertata rapih di rak. Perlahan ia mendekati seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di meja kasir.
"Permisi Bu, saya mau tanya tentang lowongan kerja yang diumumkan di depan."
"Oh, ya, silakan duduk dulu. Mau kerja apa Dek?" tanya Bu Anita ramah.
Zahira menjelaskan bahwa ia membutuhkan pekerjaan apa saja, asalkan bisa membantunya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bu Anita mendengarkan dengan saksama.
"Begini Dek, saya memang butuh karyawan untuk membantu saya di toko. Tapi pekerjaan ini cukup berat, kamu harus bisa menata buku, melayani pembeli, dan membersihkan toko. Kamu yakin bisa?" tanya Bu Anita.
Zahira mengangguk mantap. "Saya siap bekerja keras Bu, saya butuh pekerjaan ini."
Bu Anita tersenyum, "Baiklah, kamu bisa mulai bekerja besok. Gaji kamu akan dibayar per jam, dan kamu bisa bekerja sesuai dengan waktu luang kamu."
Zahira bersyukur, ia akhirnya mendapatkan pekerjaan. Ia berjanji akan bekerja keras dan memberikan yang terbaik untuk Bu Anita.
Setelah perbincangan ringan dengan Bu Anita, Zahira keluar dari toko buku tersebut dengan langkah yang lebih ringan. Ia merasa sedikit lega, karena beban hidup yang ia rasakan sedikit berkurang, setidaknya ia masih punya harapan untuk tetap bertahan. Ia masih punya banyak hal yang harus dihadapi, tetapi ia yakin bahwa ia bisa melewati semuanya dengan kekuatan dan semangat yang baru.
^_________^^_________^
Hari-hari berikutnya, Zahira bekerja di toko buku dengan penuh semangat. Ia belajar menata buku, melayani pembeli, dan membersihkan toko. Ia juga belajar tentang berbagai jenis buku, dari novel hingga buku pelajaran.
"Kamu cepat belajar ya Dek," puji Bu Anita suatu sore.
"Terima kasih Bu, saya senang belajar hal baru," jawab Zahira dengan antusias.
Bu Anita tersenyum, "Kamu memang anak yang rajin. Saya yakin kamu akan sukses, pertahankan semangatmu."
"Terimakasih Bu, saya akan l3bih rajin lagi," ucap Zahira sembari tersenyum simpul.
Zahira merasa terharu dengan pujian Bu Anita. Ia merasa bahwa ia telah menemukan tempat yang tepat untuk memulai kehidupan barunya.
Namun, di tengah kebahagiaan yang ia rasakan, Zahira tak bisa melupakan kenyataan pahit yang ia hadapi. Ia harus terus berjuang untuk bertahan hidup. Ia harus membayar kontrakan, membeli makanan, dan memenuhi kebutuhan lainnya.
Ia teringat pesan Ibunya, "Zahira, jangan pernah menyerah. Selalu semangat, dan percayalah bahwa kamu bisa melewati semuanya."
Zahira menguatkan dirinya. Ia akan terus berjuang, bekerja keras, dan tidak akan pernah menyerah. Ia percaya bahwa ia akan bisa melewati semua kesulitan ini, dan membangun masa depan yang lebih baik.
Zahira juga masih menantikan kabar dari Ashlan, kekasihnya yang sedang belajar menjadi musisi di negara orang. Sudah beberapa minggu ini mereka tak berkomunikasi lagi. Ashlan selalu berjanji untuk menghubunginya, tetapi hingga kini tak ada kabarnya lagi. Zahira mulai khawatir. Ia takut Ashlan sudah melupakannya atau malah sudah memiliki pengganti dirinya.
"Ashlan, di mana kamu? Apa kamu masih ingat aku? Aku kangen kamu, Ashlan," gumam Zahira dalam hati.
Ia membuka ponselnya, berharap ada pesan dari Ashlan. Namun, layar ponselnya tetap menampilkan pesan terakhir yang dikirim Ashlan beberapa minggu yang lalu.
"Aku akan segera menghubungimu, sayang. Aku rindu kamu," tulis Ashlan dalam pesan itu.
Zahira menghela napas. Ia berharap Ashlan akan menepati janjinya. Ia akan terus menunggunya, dengan penuh keyakinan bahwa Ashlan akan kembali padanya.
"Aku akan terus menunggumu, Ashlan, sampai kapanpun, aku harap kamu tidak melupakan ku," bisik Zahira.
Tiba-tiba, ponsel Zahira bergetar. Dengan cepat Zahira membukaa ponselnya dan menampilkan Sebuah pesan masuk dari Ashlan. Zahira langsung membuka pesan itu dengan penuh harap.
Zahira merasa lega. Ia akhirnya mendapatkan kabar dari Ashlan. Dengan perasaan bahagia ia langsung membalas pesan Ashlan.
Zahira merasa bahagia. Ia akhirnya bisa berkomunikasi dengan Ashlan lagi. Ia ingin bercerita tentang kejadian yang dialaminya, tentang keluarganya yang hancur dan bagaimana ia harus berjuang untuk bertahan hidup.
Zahira sedikit kecewa. Ia berharap Ashlan bisa meluangkan waktunya sedikit saja untuk mendengarkan ceritanya. Ternyata tidak sama sekali.
Setelah itu, Ashlan tak lagi membalas pesan Zahira nomornya pun sudah tidak lagi aktif. Zahira mencoba menghubungi Ashlan melalui telepon, tetapi tak ada jawaban. Zahira menghela napas. Ia merasa Ashlan mungkin sedang benar-benar sibuk. Ia akan menunggu Ashlan menghubungi dirinya kembali.
"Mungkin Ashlan sedang sibuk," gumam Zahira dalam hati.Ia kembali bekerja dengan penuh semangat, berusaha untuk melupakan kekecewaan dan kekhawatirannya dengan cara fokus kepada pekerjaannya. Ia yakin bahwa ia akan bisa melewati semua kesulitan ini, dan membangun masa depan yang lebih baik, bersama Ashlan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Akan Selalu Abadi
Teen Fiction[Event nubar novel selama 25 hari bersama Fairy Book's Club] Ashlan dan Zahira adalah sepasang kekasih. Namun,hubungan mereka merenggang karena Ashlan yang dikirim ke jerman utk mengikuti lomba musik untuk mimpinya. Sementara Zahira harus tetap berj...