Prolog

0 0 0
                                    


Nasya Arguella Marhouven. Remaja yang kini sedang terduduk santai dengan kedua tangan yang saling terhubung dan dagu diatasnya. Seketika teringat kembali pada video yang pernah ia dapat satu tahun lalu dari seseorang yang tak dikenal.

"Lo gak akan bisa lari dari Gue saat ini." Pria itu menatap benci kepada wanita yang sedang terikat pada sebuah kursi didepannya. Pria itu meludah serta menamparnya beberapa kali dengan keras.

"KAU AKAN MERASAKAN HAL YANG SAMA OLEH KETURUNANKU!!" Jawab wanita itu dengan nada tegas walaupun ia sendiri sudah lemas.

"CK, DASAR JALANG KEPARAT. CUIHH!" Sekali lagi pria itu meludah lalu menampar dan mendorong tubuh wanita itu hingga terjatuh bersama kursinya.

"Ah, tolonghh hiks, tolongg."

"Bodoh! Tempat ini kedap suara, siapa yang akan nolongin lo?!"

"Martha Laurents Marhouven, sebentar lagi nama indah lo bakal berubah menjadi R.I.P, dan jalang kaya lo bakalan musnah didunia ini." Pria itu berjongkok lalu menangkup dagu Martha dengan kasar. Ingin rasanya ia menyayat pipi itu dengan sebilah belati tajam.

"Sebut namaku sebelum ajal menjemputmu Martha, suaramu yang indah akan menghilang beberapa menit lagi sayang."

Martha enggan menyebut namanya sekali pun, karena rahangnya sudah tak sanggup untuk berbicara lagi. Terlebih pipinya telah teraliri darah segar yang menetes.

Dengan cepat Pria itu berdiri lalu menendang keras kepala Martha hingga tubuh serta kursinya berputar. Ruangan itu di penuhi dengan suara rintihan dan juga tawa yang menggelegar. Seakan sedang berhadapan dengan psikopat. Kini tubuh Martha yang sudah dilepaskan pun diseret dan dimasukan kedalam gentong yang sudah berisi bensin. Martha yang tak berdaya hanya terdiam tak bergerak. Saat Pria itu akan melempar setangkai korek yang sudah menyala, dengan suara lirih Martha mengeluarkan suaranya.

"K-kau akan menerima balas dendamku Kenzie Wicaksono."

Kenzie tersenyum lebar sebelum akhirnya melemparkan setangkai korek yang sudah menyala sedari tadi. Api menyala membakar gentong berisi tubuh Martha yang tak berdaya itu. Tak terdengar suara apapun kecuali kulit dan tulang - tulangnya yang mungkin sudah mengelupas, serta bau anyir bercampur dengan bau bensin.

-

"Woyy, jangan ngelamun anjir." Suara remaja bertubuh tegap itupun membuyarkan lamunannya disusul dengan suara tiga cewe yang bergemuruh.

"Ehh gaboleh berduaan, nanti ada setan lho." Ujar salah satunya.

"Apaan orang tadi gue mergokin si Nasya lagi ngelamun."

"Iya deh akhir-akhir ini lu kenapa ngelamun mulu si? Ngelamunin apa?"

Nasya hanya menggeleng lemah. "Gue cuman masih kepikiran sama video itu aja kok."

Keempat orang itu kini hanya mengangguk. "Kira-kira siapa ya dalangnya? Apalagi pas video Almarhumah nyokap nya Nasya, keliatan wajah biang keroknya. Keliatan juga masih muda deh.

"Iya gw curiga ada dalang dibalik kematian nyokap gw! Tapi anehnya nyokap gw gak pernah cerita bahwa ada masalah sama bisnis ataupun temen-temennya."

"Apa ada kaitannya dengan bokap lu? Coba lu tanya barangkali ada sisi terangnya." Ujar salah satu temannya.

"Gw udah pernah nanya, sampai ngotot sekali pun bokap gue seakan menutupi masalah kematian nyokap gw."

"Jadi lu mau bales dendam sama biang kerok yang ada di video itu kah?"

"Lebih tepatnya. Dalang dibalik ini semua."

Mereka semua berdecak heran, mengapa ini rumit sekali. Mereka memang tahu bahwa mereka masih bersekolah namun hal ini harus ditindak lanjuti apalagi mengingat keluarga mereka berbasis mafia terkenal. Jadi mereka tak mau kalah untuk bisa melacak biang kerok kematian Ny.Martha.





Toxic Human Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang