Rumah sakit

2.2K 85 2
                                    

Di sebuah kamar rumah sakit yang terlihat cukup luas dengan fasilitas cukup lengkap,seorang wanita yang terbaring lemah di atas ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah kamar rumah sakit yang terlihat cukup luas dengan fasilitas cukup lengkap,seorang wanita yang terbaring lemah di atas ranjang.

Perlahan-lahan,kedua matanya mulai terbuka,dan ia langsung terduduk, dengan pandangan masih sedikit kabur,matanya berkeliling mencari seseorang yang penting baginya.

Liona perlahan turun dari tempat
tidur sambil membawa tiang infus
di sampingnya.Dia berjalan perlahan  ke setiap ruangan di dalam kamarnya tapi tidak menemukan siapa pun.

Akhirnya, ia memutuskan untuk membuka pintu kamarnya.Ketika pintu terbuka,Liona melihat seorang pria dengan pakaian yang sama seperti semalam.

Rambutnya berantakan dan dahinya terluka serta mengeluarkan darah di belakang lelaki itu berdiri banyak bodyguard sedang berjaga.

"Sayang!" Liona langsung memeluk Fedriczx erat, air mata mulai
mengalir dari matanya.Ternyata
yang tadi bukan mimpi—Fedriczx benar-benar ada di depannya.

"Kenapa nangis, sayang?" tanya Fedriczx lembut sambil mengecup pucuk rambut Liona."Aku masih di sini,aku masih hidup."tambahnya sembari tersenyum.

“Aku… kira… kamu udah nggak ada,” ucap Liona terisak, suaranya bergetar karena menangis. “Tadi malam, mobil kamu jatuh ke jurang" lanjutnya sambil menatap wajah Fedriczx yang tampak berantakan, penuh luka dan darah.

Fedriczx tertawa kecil melihat gadisnya yang masih saja menangis. Dengan lembut, ia mengusap kepala Liona, berusaha menenangkannya.
Gadis itu mengulurkan tangannya hendak memegang luka lelaki itu tetapi di tahan.

"Kamu luka, harus diobatin dulu! Nanti nggak ganteng lagi"kata Liona sambil menatap luka di dahi Fedriczx dengan cemas.

Fedriczx tersenyum lembut.“cuma luka kecil,sayang. Sekarang yang penting kamu istirahat dulu,Ngerti?”
Ucapnya khawatir.

“Gak mau,” jawab Liona dengan tegas,“Kamu harus diobatin dulu, atau panggil dokter aja. Kalau kamu kenapa-kenapa gimana?”ucap Liona cemas dan khawatir menjadi satu.

Lelaki itu terkekeh,lalu menatap liona penuh kasih sayang. “Aku lebih takut kalau kamu yang terluka, cantik. Itu hal yang paling aku takuti.”ujarnya mengigit bibir nya sendiri.

Fedriczx memandangi wajah Liona yang tampak pucat dan lemah, dan Lelaki itu langsung menggendong
nya dengan lembut.

Sambil menggendong,ia menutup pintu dan dengan hati-hati memegang infus yang terpasang di tangan Liona, memastikan agar tidak terlepas.

Dengan langkah hati-hati,ia membimbing Liona kembali ke tempat tidur di rumah sakit,Lelaki
itu berusaha menghindari gerakan yang dapat membuatnya tidak nyaman.

Setelah Liona berbaring, Fedriczx posisi yang nyaman, mengatur bantal di belakang kepalanya dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Setelah itu, ia duduk di samping tempat tidur, tetap memegang tangan Liona dengan lembut.

"Mau makan bubur?"ucap Fedriczx,Liona yang di tawari mengangguk pelan,"Mau"ucapnya seperti anak kecil.

Beberapa menit kemudian lelaki itu datang membawakan semngkok bubur dan air hangat,waktu ia duduk Liona mengatakan Sesuatu"buka bajunya"ucap Liona serius.

"Kenapa sayang?"tanya Fedriczx bingung mengapa ia harus membuka bajunnya.

"Punggung kamu luka kan,darahnya nembus baju,sekarang buka bajunya sayang!"jelas Liona memberikan perintah yang di turutin Fedriczx.

Lelaki itu membuka kancing kemeja nya kemudian membuka nya di depan Liona.gadis itu menyuruh Fedriczx berbalik badan agar Liona dapat melihat lukanya belum sempat Fedriczx berbalik badan pintu kamar terbuka dan sebuah teriakan menghentikan aktivitas mereka.

"LIONA...AAAAAAA"teriak Sherin melihat pemandangan yang sangat mengerikan itu,dia tidak sendirian melainkan bersama,Fera dan Caca serta di belakang mereka ada Gama,Lucas dan Jaxe membawa jajanan yang memenuhi tangan mereka.

"Bos, kalian lagi ngapain?" tanya
Jaxe, penasaran.

"Sumpah, kalian ngelakuin ini di sini?" tanya Fera secara spontan, matanya membelalak.

"Gue cuma mau lihat luka di punggung Fedriczx, sumpah," jawab Liona sambil mengangkat kedua jarinya sebagai tanda bahwa dia berbicara jujur.

Fedriczx langsung memasang bajunya
Sherin,Caca dan Fera diam sejenak lalu mereka berlari memeluk Liona khawatir sahabat nya ini kenapa
-kenapa di tambah Liona pingsan secara tiba-tiba.

"Lo gapapa kan?"tanya Fera menggoncang-goncang kan badan Liona,"ga ada yang sakit kan?"tanya Fera lagi.

Tiba-tiba Sherin menangis,di hadapan Liona,lalu memeluknya erat di ikuti kedua temannya yang sama-sama memeluk Liona.

"Luka lo nggak diobatin?"tanya Lucas duduk di sofa bersama teman-teman nya, matanya menyoroti luka di dahi Fedriczx yang masih tampak terbuka.

"Nanti,"jawab Fedriczx sambil
duduk di samping Lucas, tangan
nya bergerak menyentuh luka tersebut.

Gama yang duduk di sebelah mereka menatap Fedriczx dengan serius. "Orang bertopeng itu sudah di tangkap,”ucapnya,nada suaranya menunjukkan bahwa informasi ini cukup penting.

"Bagus, nanti malam gue kesana," jawab Fedriczx, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman memiliki arti senyum kelicikan.

Di tengah itu mereka asik mengobrol dan Liona dkk berbincang tentang apa yang terjadi serta Fedriczx dkk berbincang tentang sebuah informasi tanpa sadar mereka menghabiskan waktu 30 menit, Fedriczx menyuruh mereka untuk pulang agar tidak mengganggu wanitanya beristirahat.

Pukul 19.00 wib

Waktu berlalu tanpa terasa, dan malam pun tiba. Setelah teman -temannya datang, Fedriczx menyuruh Liona untuk tidur.

Namun, ia tidak bisa menahan kantuknya dan akhirnya kebablasan hingga larut malam. Kini, di dalam kamar, Liona terbangun sendirian, sementara Fedriczx sedang mengurus sesuatu yang penting.

Sebenarnya, Fedriczx tidak ingin
pergi,tetapi Liona yang meminta
agar dia mengurus urusan penting sesuai permintaan Jaxe.

Jaxe memohon agar Liona meminta Fedriczx pergi ke sebuah tempat bersama teman-temannya sebelum tidur. Akhirnya, Liona menyuruh Fedriczx untuk memenuhi permintaan itu.

Rasa kantuk Liona tidak bisa ditahan lagi,dan ia pun melanjutkan untuk memejamkan kedua matanya.

Namun,pintu kamar terbuka, dan seorang perawat masuk dengan lamembawa perlengkapan untuk mengganti infus wanita itu.

Saat perawat itu hendak mengganti infus, Liona yang sepertinya masih setengah sadar tiba-tiba terbangun
dan menodongkan senjata yang dia sembunyikan di bawah bantal.

"Hai, Liona,"

To be continued












FEDRICZXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang