Bab 10: The Precious Smile

508 22 1
                                    

Andreas berdiri di depan sebuah gedung yang pernah menjadi tempatnya berkuliah sekitar tujuh tahun lalu. Laki-laki itu melirik sekilas jam di pergelangan tangannya kemudian menatap bangunan di hadapannya. Kenangan-kenangan masa lalu kemudian memenuhi pikirannya.

"Kak An!"

Senyum Andreas mengembang sempurna saat melihat Rasi berlari kecil ke arahnya. Tangan Andreas membentang lebar, menyambut Rasi agar berlari ke pelukannya.

"Gimana kuliah kamu?" tanya Andreas setelah Rasi berada di pelukannya.

"Nggak terlalu buruk," jawab Rasi. "Nggak sesusah yang aku bayangin."

"Udah aku bilang, kan. Kuliah disini nggak seburuk yang kamu kira," balas Andreas. "Jadi mau kemana hari ini, adiknya Kak An?"

"Mie ayam depan SMA!"

Rasi selalu menjadi gadis paling ceria ketika berada di dekat kakaknya. Gadis itu seakan bisa menunjukkan senyum paling lebarnya ketika Andreas datang dan merentangkan tangan untuk memeluknya seperti sekarang.

"Jangan makan mie terus, Rasi," peringat Andreas seraya mengacak rambut hitam legam Rasi.

"Sekali aja, please? Anggap self reward karena aku udah resmi jadi mahasiswa di kampus pilihan kakak," rayu Rasi dengan kedua matanya yang berbinar penuh harap ke arah Andreas.

Siapapun tidak akan pernah bisa menahan diri ketika Rasi menunjukkan tatapan dengan mata berbinar seperti sekarang, begitu juga Andreas. Laki-laki itu pada akhirnya luluh dan menyetujui permintaan Rasi hanya karena tatapan Rasi yang seakan berhasil menghipnotisnya.

"Okay, tapi sekali ini aja, ya? Jatah kamu makan mie sebulan sekali," ujar Andreas.

"Okay! Nggak apa-apa sebulan sekali, tapi makannya harus bareng Kak Andreas," balas Rasi dengan nada antusias seperti biasa.

"Semoga bisa seterusnya, ya, Ras."

()

Nigel seperti memiliki intuisi yang cukup kuat mengenai keberadaan Rasi. Laki-laki itu seakan bisa menebak bahwa setelah perkuliahan yang cukup padat hari itu, Rasi akan memilih pergi ke tempat mie ayam kesukaannya ketika SMA. Dan benar saja, ketika Nigel memarkirkan mobilnya di halaman luas itu, tatapannya langsung menemukan Rasi yang sedang tertawa bersama Andreas.

Senyum Nigel mengembang sempurna ketika melihat Rasi sedang tertawa lepas. Tawa Rasi yang selama dua tahun ini tidak pernah lagi dilihatnya sekarang terlihat jelas dari jarak yang cukup dekat. Senyum itu terlalu berharga untuk Nigel lewatkan.

Selama beberapa saat Nigel hanya terdiam memandangi senyum dan kebahagiaan Rasi yang terpancar jelas. Satu hal yang membuat Nigel merasa lega adalah mengetahui bahwa Rasi berhasil menemukan kebahagiaan meskipun itu bukan karenanya. Menyadari bahwa Rasi sudah berhasil bahagia tanpa kehadirannya, Nigel seketika berpikir bahwa ia tidak pantas lagi mengganggu kebahagiaan Rasi.

Hingga pada akhirnya, rencana awal Nigel yang ingin menghampiri Rasi dan mencari celah untuk mendapatkan hati gadis itu harus pupus begitu saja. Nigel memutuskan pergi dari tempat makan itu tanpa pernah bertemu dengan Rasi.

()

"Lo disini juga?"

Malam sudah hampir larut ketika Nigel memutuskan untuk pergi ke lapangan basket dekat rumahnya, yang kebetulan dekat dengan rumah Rasi. Laki-laki itu berjalan santai ke arah seseorang yang sedang duduk di tepi lapangan dengan bola basket di tangannya.

"Ngapain tiba-tiba dateng ke sini?" tanya orang itu saat Nigel mendekat ke arahnya.

Nigel mengedikkan bahu lalu duduk di sebelah orang yang sekarang sibuk bola basket. "Lagi kangen."

Turning PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang