Sepuluh - Rumah Singgah

12 2 0
                                    

Kerlap-kerlip matamu menembus dimensi cintaku

Apakah merpati yang kutujukan padamu sudah sampai?

Belum? Tetapi merpatiku tidak mungkin mengkhianati diriku

Dikala aku memintanya untuk sampaikan sebuah pesan pada orang yang ku tuju, ia pasti akan menyampaikannya

Merpatiku yang berdusta? atau semestaku yang berdusta?

-

- -

"PEMBUNUH! TAK ADA YANG MENYAYANGI SANG PEMBUNUH SEPERTIMU"

"Ayah, itu bukan aku. Itu terjadi di luar kendaliku" ucap sang remaja berusia 13 tahun dengan isak tangisnya.

"HALAH, ALASAN. JANGAN PANGGIL AKU AYAH, AKU MALU MEMILIKI PUTRA SEPERTIMU"

"Ayah kumohon, tenangkan diri ayah"

"TENANG? DENGAN HIDUP BERSAMA SANG PEMBUNUH, AKU TIDAK BISA TENANG"

"Ayah hanya sedang berada di bawah pengaruh alkohol"

"AH, DIAM KAMU!! AKU TIDAK INGIN MELIHAT WAJAHMU. AKU TIDAK INGIN MENDENGAR SUARAMU ITU. SANGAT MENJIJIKKAN!"

"Ini ayah, minum susu dahulu. Supaya dapat menetralisir alkohol dalam tubuh ayah"

"APA APAAN SIH KAMU INI! TIDAK PERLU, SEKARANG KAMU PERGI, PERGI!!"

"DASAR PEMBUNUH"

"PEMBUNUH"
"PEMBUNUH"
"PEMBUNUH"

Solaris terbangun dari tidur dengan napas yang tersenggal-senggal. Menenangkan diri sembari mengingat-ingat, apakah ia sudah meminum obatnya? namun obat itu terlihat utuh dan terletak di atas meja. Berdiri perlahan dan beranjak menuju meja tersebut, ah, dia lupa meminumnya. Obat tidur yang sebelumnya sudah ia beli di apotek. Ia segera meminumnya setelah itu ia tidak langsung tertidur melainkan berlatih dalam pernapasan. Menghirup udara melalui hidung kemudian dikeluarkan melalui mulut, udara yang ia ambil disimpan selama 1 menit sebelum dikeluarkan melalui mulut.

Berlatih dalam bernapas selalu membuat Solaris menangis. Mengingat riuh dalam kepala nya yang hanya selalu terputar pada kejadian itu. Sang lelaki bertubuh kekar ini aslinya rapuh, rapuh dalam hal keluarganya, rapuh pula dalam hal dirinya sendiri. Selalu mengusahakan kebahagiaan orang-orang yang dicintainya tanpa mengutamakan kebahagiaan dirinya sendiri. Bahu itu kini bergetar hebat, pria itu memeluk bahunya sendiri menggunakan kedua tangannya, menguatkan sendiri dengan membayangkan sesosok gadis itu sedang berada di sisinya, di titik terendahnya.

Berharap sosok Solaris yang asli tidak terungkap pada sang gadis itu. Karena gadis itu hanya mengenal Elio sebagai sosok yang menyakiti seseorang, tetapi yang sesungguhnya menyakiti seseorang adalah Solaris.

Tak lama kemudian, tubuh Solaris melemah. Suara isak tangisnya tak lagi terdengar, ia tertidur dengan posisi tangan masih dalam memeluk tubuhnya sendiri. Obat tidur yang akhirnya bekerja setelah beberapa menit berlalu. Ia tertidur lelap dengan pipi yang masih basah. "Saya butuh kamu, Moo" itu merupakan kata terakhir sebelum obat tidur berhasil membuatnya tertidur.

- - -

Sudah pukul 03.00 pagi, Ana tak kunjung tertidur. Ia masih setia menatap dada Nebula yang naik dan turun memastikan adiknya masih bernapas, walau alat medis pendeteksi detak jantung berbunyi sangat kencang namun Ana tetap memastikan menggunakan mata dan kepalanya sendiri.

ARNALLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang