.
.
.
.
.
"You can use me while you can... Because all you need is me...
I'm yours.. I'm your toy..."
.
.
.
.
.
Who cares about my emotions
You can play with me until you're sick of me
You can break me if that's what you want
Because I'm a toy, your toy...
.
.
.
.
.
Cklek
Bunyi pintu yang terbuka itu terdengar menggema. Memenuhi seluruh ruangan apartemen mewah itu. Seiring dengan munculnya sosok tinggi bersurai kelam yang terlihat menapaki kedua kaki jenjangnya pada marmer mahal dibawahnya.
Melangkah pelan memasuki hunian elegan itu dengan gurat lelah yang kentara pada paras cantiknya.
Tanpa perduli tas yang diletakkannya asal di sofa, ia mengayunkan tungkainya menuju kamar utama yang terletak di sudut ruangan. Seketika membola kala melihat sosok lain yang duduk diam menyambut kedatangannya.
"Kau terlambat Khaotung... Dua puluh menit..."
Ucapan yang terlontar dari belah bibir tebal sosok bersurai hitam itu terdengar dingin dan menusuk. Seakan merobek hati dengan segala ketidaknyamanan dan kebekuan.
"Maafkan aku... Ada beberapa hal yang harus kuselesaikan tadi..." ujar pemuda ini pelan. Menundukkan kepalanya dalam sebagai bentuk rasa sesalnya.
"Apapun alasanmu, kau tetap terlambat... Dan kau tahu kan apa artinya... Baby Khaotung?"
Pemuda cantik dengan surai kelam pada kepalanya ini menghela nafasnya pelan. Mengangguk mengerti kemudian mulai melucuti satu per satu helaian kain yang menempel pada tubuh indahnya. Hingga pada akhirnya menampilkan kulit putih nan mulus yang mengundang tatapan lapar si pria.
"Menungging..."
Si cantik Khaotung menurut. Memposisikan tubuhnya seperti anak anjing mungil diatas lantai. Membiarkan bongkahan bokong kenyalnya terpampang sombong di udara. Memejamkan kedua netranya erat kala mendengar suara langkah kaki yang mendekati tubuhnya.
Ctar!
"Satu, terima kasih Daddy.."
Ctar!
"Dua, terima kasih Daddy.."
Ctar! Ctar! Ctarr!
"Tiga, terima kasih Daddy... Empat, terima kasih Daddy.. L-lima... T-terima kasih Daddy.."
"Berapa banyak lagi yang harus kau hitung Khaotung?" tanya sosok yang dipanggil Daddy itu seraya menyeringai. Memainkan sabuk yang berada dalam genggamannya.
"L-lima puluh lima Daddy.."
"Good boy... Tapi akan sangat membosankan jika aku hanya menggunakan sabuk untuk menghukummu... Kau memiliki opsi lain kitten?"
Khaotung ini sedikit meringis. Menghembuskan nafasnya cepat seraya berusaha meredam perih pada bokongnya. Mengangkat wajahnya kemudian menatap sepasang netra tajam dihadapannya dengan bunnyngan memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
FirstKhaotung Oneshots
FanfikceIntinya kumpulan Oneshots nya FirstKhaotung dalam berbagai genre (some of them 18+, YG MERASA MINOR JGN BACA). Kalo rame ya rajin update, kalo engga ya update sesuai mood. Gitu aja simpel wkwkwkwk