Bab 16: Bayangan yang Mengintai

1 0 0
                                    

Setelah berhasil keluar dari reruntuhan kuil, Yue Hanna dan Xiou Win merasa lega. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Sejak mereka memperoleh artefak kuno, hawa tak nyaman mulai menyelimuti mereka. Seolah ada mata-mata yang mengawasi dari kegelapan, menunggu kesempatan untuk menyerang.

"Mereka pasti sudah mencium bau keberhasilan kita," bisik Yue, wajahnya menunjukkan kepanikan. "Kita harus bergerak cepat."

Xiou Win mengangguk, menempatkan artefak itu di dalam tasnya. "Kita perlu mencari tempat yang aman untuk bersembunyi dan merencanakan langkah selanjutnya. Jika dewa-dewa mengetahui keberadaan kita, mereka tidak akan segan-segan menghancurkan kita."

Mereka berlari melalui hutan yang gelap, suara dedaunan yang terinjak dan napas mereka yang terengah-engah menjadi satu-satunya suara di malam yang sunyi. Ketegangan merayap di antara mereka, setiap langkah semakin mendekatkan mereka pada ancaman yang lebih besar.

Tak jauh dari situ, mereka menemukan sebuah gua tersembunyi di balik semak-semak lebat. "Mari kita bersembunyi di dalam sana," saran Xiou Win, menunjuk ke arah gua yang gelap. "Kita bisa merencanakan langkah selanjutnya di dalam sana."

Mereka masuk ke dalam gua, merasakan suasana dingin yang menyelimuti. Di dalamnya, mereka duduk dengan tenang, berusaha menenangkan diri. Yue mengambil napas dalam-dalam, mencoba mengusir rasa takut yang menggelayuti hatinya.

"Kita harus merencanakan bagaimana cara mengalahkan dewa-dewa yang mengincar kita," katanya, suaranya mantap meski masih bergetar. "Kita punya artefak ini, dan kita harus menggunakannya dengan bijak."

Xiou Win memperhatikan Yue, matanya berkilau dalam kegelapan. "Kau tahu, ada kekuatan yang mengalir dalam dirimu, Yue. Aku pernah merasakannya. Jangan pernah meragukan kemampuanmu sendiri. Kita akan bisa menghadapi apapun yang datang."

Yue tersenyum lembut, merasa ada kekuatan baru yang muncul dari dalam dirinya. "Kita tidak sendirian. Kita memiliki satu sama lain."

Namun, perasaan aman itu tidak bertahan lama. Suara berisik dari luar gua mulai mendekat. "Mereka datang!" seru Yue, tubuhnya bergetar karena panik. "Kita harus bersiap!"

Xiou Win mengeluarkan pedangnya, tatapannya tajam dan dingin seperti biasanya. "Bersiaplah. Kita harus melawan, tidak peduli seberapa kuat mereka."

Saat suara langkah kaki mendekat, bayangan-bayangan mulai muncul dari kegelapan. Mereka adalah makhluk-makhluk yang menyeramkan, pelayan dewa-dewa yang diutus untuk menghentikan Yue dan Xiou Win. Tubuh mereka besar dan kekar, dengan mata merah menyala yang memancarkan kegelapan.

"Kau pikir kau bisa lolos dari kehendak para dewa?" salah satu makhluk itu menggeram, suaranya berat dan mengancam. "Kami tidak akan membiarkanmu melarikan diri dengan artefak itu."

"Bersiaplah untuk bertarung!" Xiou Win menggeram, melangkah maju dengan keberanian. "Kami tidak akan menyerah begitu saja!"

Pertarungan kembali dimulai, dan suasana di gua dipenuhi dengan kekacauan. Yue dan Xiou Win bertarung berdampingan, memanfaatkan kekuatan dan kecepatan mereka untuk melawan makhluk-makhluk itu. Setiap serangan membawa mereka lebih dekat pada batas kemampuan mereka, namun semangat mereka tidak pudar.

"Jangan biarkan mereka mendekat!" teriak Yue, melepaskan serangan cahaya yang kuat dari tangannya, membuat makhluk-makhluk itu mundur sejenak.

Xiou Win bergerak cepat, melesat ke arah salah satu makhluk dan mengayunkan pedangnya dengan presisi. "Kita bisa melakukannya! Terus serang!"

Mereka berdua bekerja sama, menyatukan kekuatan dan strategi untuk menghadapi musuh yang mengerikan. Namun, meski mereka melawan dengan segenap kekuatan, jumlah makhluk itu terlalu banyak. Makin lama, Yue mulai merasa kelelahan, sedangkan Xiou Win tampak tidak terpengaruh, dingin dan fokus seperti biasanya.

"Yue!" Xiou Win berteriak saat satu makhluk mencoba mendekati Yue dari belakang. Dalam sekejap, ia memotong makhluk itu dengan pedangnya, menyelamatkan Yue dari bahaya. "Hati-hati!"

Yue tersentak, terkejut melihat betapa dekatnya ancaman itu. "Aku... aku baik-baik saja! Kita harus bertahan!"

Namun, semakin lama, mereka semakin terdesak. Kekuatan dan stamina mereka mulai berkurang, dan makhluk-makhluk itu tampak tak ada habisnya. Dalam situasi putus asa itu, Yue merasa gelombang ketakutan menyelimutinya.

"Kita tidak akan bisa bertahan lebih lama!" teriak Yue, napasnya terengah-engah. "Apa yang harus kita lakukan?"

Xiou Win tetap tenang, meski dalam hatinya ia merasakan kekhawatiran yang mendalam. "Kita harus menggunakan artefak itu. Mungkin ada kekuatan yang dapat kita panggil untuk membantu kita."

"Tapi bagaimana?" tanya Yue, merasa bingung.

Xiou Win memandang artefak di tangannya, menyalakan harapan di dalam dirinya. "Kita harus memfokuskan pikiran kita pada apa yang kita inginkan. Jika kita dapat menghubungkan energi kita dengan artefak ini, mungkin kita bisa memanggil kekuatan yang lebih besar."

"Baiklah," jawab Yue, berusaha mengumpulkan semua kekuatan yang tersisa. "Mari kita lakukan bersama-sama."

Dengan keberanian yang tersisa, mereka berdua mengangkat artefak itu ke udara, berdoa agar kekuatan yang mereka butuhkan dapat muncul. Di saat itu, cahaya dari artefak menyala lebih terang, menyelimuti mereka dalam aura yang melindungi.

"Bersatu!" teriak Xiou Win, mengarahkan energi mereka pada artefak. "Beri kami kekuatan untuk melawan!"

Cahaya dari artefak mengembang, mengalir ke seluruh gua. Makhluk-makhluk itu terhenti sejenak, terlihat ketakutan. Dalam kilau cahaya, Yue dan Xiou Win merasakan aliran kekuatan baru yang mengalir dalam diri mereka.

"Sekarang!" seru Yue, bersiap untuk melawan dengan kekuatan yang baru ditemukan. Dengan satu serangan gabungan, mereka menyerang makhluk-makhluk itu, menciptakan gelombang energi yang menghempaskan semua musuh di hadapan mereka.

Saat keheningan menyelimuti gua, mereka berdua terengah-engah, namun merasakan kepuasan dari kemenangan yang diperoleh. "Kita berhasil!" ucap Yue, senyum mengembang di wajahnya.

Xiou Win menatapnya, ada cahaya baru di dalam matanya yang biasanya dingin. "Ini bukan akhir. Kita masih harus menghadapi dewa-dewa. Mereka akan datang untuk menuntut balas."

Yue mengangguk, tetapi hatinya penuh harapan. "Tapi kita tidak sendirian. Kita memiliki satu sama lain."

Dengan tekad yang semakin kuat, mereka bersiap untuk menghadapi tantangan berikutnya, bersama-sama.

---

Whispers of the Immortal moonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang