Selama beberapa minggu berikutnya, Yue dan Xiou Win berlatih dengan tekun di bawah bimbingan penyihir. Setiap hari, mereka belajar untuk mengendalikan energi yang mengalir dalam diri mereka, menggali potensi yang sebelumnya tidak mereka sadari.
"Fokuskan pikiranmu pada cahaya dalam dirimu," kata penyihir sambil mengajarkan teknik baru. "Jangan biarkan kegelapan menguasai."
Yue berusaha keras, mengatur napasnya, merasakan aliran energi yang mengalir dalam dirinya. "Aku bisa melakukannya," bisiknya, mencoba menyatukan semua kekuatan yang ada.
Xiou Win berdiri di sampingnya, matanya tidak lepas dari gerakan Yue. "Kita akan berhasil. Bersama, kita tidak akan kalah."
Hari demi hari, mereka merasakan kemajuan yang signifikan. Kekuatan mereka semakin meningkat, dan rasa percaya diri mulai tumbuh. Namun, di balik semua itu, mereka menyadari bahwa ancaman dari para dewa semakin mendekat.
"Bukan hanya kekuatan yang kita butuhkan," kata penyihir suatu hari. "Kalian harus siap secara mental dan emosional. Dewa-dewa akan mencoba menjatuhkan semangat kalian."
Yue dan Xiou Win saling pandang, mengerti betul apa yang dimaksud penyihir. Dewa-dewa tidak hanya akan menghadapi mereka dengan kekuatan fisik, tetapi juga dengan tipu daya dan penggoda yang bisa menggoyahkan jiwa.
"Bagaimana kita bisa siap secara mental?" tanya Yue, rasa ingin tahunya semakin menguat.
"Bersiaplah untuk menghadapi ketakutan terdalammu," jawab penyihir, suaranya penuh dengan kebijaksanaan. "Hanya dengan mengatasi rasa takut, kalian bisa meraih kekuatan sejati."
Penyihir mulai mengajarkan mereka teknik meditasi untuk menyelami kedalaman diri, menggali ingatan dan emosi yang terpendam. Setiap sesi adalah perjalanan ke dalam, di mana Yue dan Xiou Win berhadapan langsung dengan ketakutan mereka.
Dalam salah satu sesi, Yue menemukan dirinya berada di tempat kelahiran, di mana kenangan akan kekasihnya yang hilang muncul kembali. "Aku tidak bisa melakukannya," dia berbisik, merasakan sakit di hatinya.
"Jangan lari dari kenangan itu," suara penyihir terdengar dalam pikirannya. "Hadapi rasa sakit itu. Biarkan cahaya dalam dirimu menghapus kegelapan."
Yue mengingat saat-saat indah bersama kekasihnya, saat mereka tertawa dan bercanda. Dengan setiap kenangan, rasa sakitnya perlahan-lahan mulai sirna, digantikan oleh kekuatan baru. "Aku akan menghormati ingatanku. Dia akan memberi aku kekuatan," katanya, suara bergetar penuh tekad.
Sementara itu, Xiou Win berjuang menghadapi ketakutannya sendiri. Dia terjebak dalam kenangan masa lalu, ketika dia ditinggalkan oleh orang-orang terdekatnya. "Aku tidak ingin merasakan kehilangan lagi," ucapnya, kepalanya terasa berat oleh ketakutan.
"Bersikaplah terbuka pada rasa sakit itu. Ketika kau menerimanya, kau akan menemukan kekuatan untuk melanjutkan," suara penyihir membimbingnya.
Akhirnya, dengan berani, Xiou Win menghadapi bayangannya. "Aku tidak akan membiarkan rasa takut ini mengendalikan hidupku," dia mengumumkan, keberanian mengalir dalam dirinya. "Aku masih hidup dan akan berjuang untuk masa depan!"
Hari-hari berlalu, dan pelatihan mereka membawa hasil yang luar biasa. Kekuatan baru mulai muncul, dan hubungan antara Yue dan Xiou Win semakin mendalam. Mereka saling mendukung, berbagi impian dan ketakutan, membentuk ikatan yang tak terpisahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whispers of the Immortal moon
FantasyDalam dunia di mana kekuatan dan takdir saling bertarung, dua jiwa bertemu di tengah kepingan-kepingan harapan yang tersisa. Yue Hanna, seorang pendekar setengah dewa yang menyembunyikan kekuatan sejatinya, terjebak dalam konflik antara cintanya dan...