chapter 十九

112 18 7
                                    

HAPPY READING

19






"Kau lagi-lagi gagal, Minho Edevane."

Suara berat milik Bangchan menjadi yang pertama kali menyapa, setelah ia perlahan semakin mempersempit jarak langkah di antara keduanya. Hawa tegang menguar di tengah sengitnya sorot pandang mereka. Tidak disangka Bangchan akan semudah dan secepat ini bertatap muka dengan Minho, satu-satunya orang lain yang sangat Bangchan salahkan sejak awal masalah ini terjadi, selain dirinya sendiri.

"Dia bersamamu waktu itu dan kau sama sekali tidak bisa menjaganya, keparat!" Bangchan tersulut, suaranya menekan dalam dengan nada rendah seraya mulai mencengkram kerah kemeja putih rumah sakit yang Minho kenakan.

Awalnya Minho hanya diam, sebelum akhirnya senyum tipis itu terlihat ketika ia menepis tangan Bangchan dari bajunya, membuat Bangchan tanpa sengaja bergerak mundur dari hadapannya. "Lalu apa? Kau merasa dirimu yang pantas bersama Felix hanya karena kau yang menyelamatkannya waktu ia berada di dermaga?"

Minho tak mau kalah. Berdebat dengan Bangchan tak akan ada ujungnya, ia tahu Bangchan memiliki perasaan yang sama untuk Felix; rasa perhatian juga pedulinya tak kalah dengan apa yang Minho berikan untuk laki-laki manis itu. Dan Minho jelas tidak menyukainya. Bangchan tidak pernah sadar tentang dimana posisinya.

"Kau telah membunuh ayahnya, jangan lupakan itu Bangchan Aragon!" Kalimat sarkas yang tak kalah dalam dari Minho berhasil memancing penuh amarah yang tertahan dibalik diamnya Bangchan. Fakta itu lagi-lagi berhasil membangkitkan kembali rasa bersalahnya pada Felix yang sempat mengganggu cukup lama.

Tangan Bangchan lantas terkepal sempurna, bersiap meninju Minho kapan saja. "Kau—"

"Cukup-cukup! Astaga Tuan Edevane, Tuan Aragon!" Yeonjun dengan cepat berlari menahan tubuh Bangchan, disusul oleh Hyunjin yang senantiasa menjaga Minho di belakangnya. Akan bahaya kalau dua orang itu dibiarkan lebih lama, mereka hanya akan menimbulkan keributan yang tak ada akhirnya.

"Ini rumah sakit, kalian ingin bertengkar dalam keadaan seperti ini dan berakhir di kamar mayat?!" Kesal Yeonjun, bisa-bisanya dua pria dewasa itu berdebat tanpa mengingat tempat.

Hyunjin ikut mengangguk setuju. Ini masih pagi, bahkan hampir semua pasien mungkin baru saja bangun dari waktu istirahatnya, untung saja lorong dari jajaran ruang rawat itu saat ini sepi tidak ada siapa-siapa. "Tahan emosi kalian."

Lantas mereka menjauh, berusaha mengendalikan diri walau tatapan mengerikan itu masih juga terpatri. Ketegangan karena kesalnya Minho pada Bangchan begitupun sebaliknya masih jelas terasa disana.

"Bagaimana rasanya Minho Edevane?" Bangchan mulai lagi. Suara tenang namun dalam itu seketika berhasil menarik atensi Minho yang sebelumnya sudah sempat membuang muka. "Dulu kau meremehkanku karena aku lalai dan membiarkan anak buahku bertindak di luar kendali. Ternyata kau sendiri sama bodohnya—"

Minho kembali menegang. Mingi Jareththo, Bangchan baru saja mengungkit tentang pria sialan itu.

"—kau bisa tertipu oleh orang yang selama ini berperan penting di hidupmu." Sindir Bangchan selanjutnya.

Minho seketika tersulut, tangannya secara reflek bergerak dari genggaman Hyunjin untuk melayang ke depannya. "Brengsek!—"

"TUAN EDEVANE, CUKUP!"

Yeonjun memejamkan mata sambil berteriak lantang, sebisa mungkin menahan keributan selanjutnya yang akan kembali terjadi.

Pelan-pelan Yeonjun mencoba mengintip seraya membuka satu persatu matanya. Ia tiba-tiba kikuk ketika melihat Minho ternyata tengah menatapnya tajam. Ya Tuhan, Yeonjun benar-benar kelepasan, ia tidak sengaja membentak Minho. Toh hitung-hitung tujuannya untuk menenangkan keadaan daripada mereka beneran adu pukul disana.

Beyond EvilWhere stories live. Discover now