"Kenapa?"
Tanya Pria tua itu dengan angkuh dihadapan Minho.
Minho hanya bisa menundukkan kepalanya dihadapan sang paman tak berani bertatapan dengannya.
Ia menghela nafasnya panjang sambil menutup matanya dengan pelan, lalu membukanya lagi dan segera menatap paman nya dengan berani.
"Om belum izin sama aku." Jawab Minho.
Pria menyeringai dan menatap Minho dengan tatapan marahnya yang belum bisa ia luapkan sekarang juga.
"Kenapa harus izin kamu?"
Minho menatapnya tajam.
"Hak aku Om. Aku yang punya kehidupan." Jawab Minho, kini dirinya sudah mulai berani menjawab pertanyaan sang paman dengan jujur.
Seringai-an yang sedari tadi terpampang di wajah Pria tua itu semakin mengembang.
"Lalu? Memang siapa yang ngebiaya-in kehidupan kamu, kalau bukan Om yang pungut kamu yang udah dibuang oleh orang tua kamu?" Tanya sang paman dengan nada meremahkannya, sambil menatap Minho dengan penasaran, menunggu jawaban sang keponakan.
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut sang paman, Minho meremat kepalan tangannya dengan kuat sehingga memerah.
Matanya kini mulai bergetar. Ia hanya bisa menahan amarahnya.
Melihat ekspresi Minho, sang paman kini cukup puas melihat keponakannya sibuk dipikirinnya.
"Lihat? Kamu terdiam sekarang." Ujar sang paman lalu tertawa dengan keras.
Kini rahang Minho mengeras sehingga tulang rahang nya bisa terlihat jelas. Lidahnya yang keluh tapi basah karena ingin berucap hanya saja ia tahan.
Tak dapat menahan kesabarannya, Minho dengan berani beranjak dari tempat duduknya tanpa mengeluarkan sedikit kata sekali pun kepada yang lebih tua.
Sang paman menatapnya dengan tatapan puas saat melihat Minho yang tak bisa berkutik dan lebih memilih untuk meninggalkannya.
Hanya saja, rasa puas itu secara perlahan memudar karena perkataan yang dilontarkan oleh Minho kepada sang paman sambil berdiri didepan pintu ruangan itu dan menatapnya dengan serius.
"Kalau Om enggak mau dengar perkataan aku sekarang. Aku bakal batalin semua pernikahan yang Om rencanain selama ini, dan milih untuk menikah dengan orang lain."
Kata Minho lalu keluar dari ruangan dingin itu, dan meninggalkan sang paman disana sendirian.
"Gue bakal nunjukin Jisung ke Om gue."
Changbin menamparnya dengan cukup keras.
Minho hanya bisa mengaduh kesakitan sambil memegang pipi nya yang ditampar oleh Changbin.
"Apa-apaan lu, njir?" Tanya Minho menatap Changbin yang kini menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
"Gila aja lu Ho. Masa lu nunjukin Jisung ke Om lu dan bilang lu bakal nikah ama dia. Heh, harga diri lu mana."
Mendengar perkataan rekan kerjanya, Minho hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Lah, anaknya aja juga belok, masa ponakan nya enggak boleh?" Tanya Minho sambil menatap Changbin dengan senyuman tipisnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DEAF PATIENT [MINSUNG]
Romance"Kekurangan mu yang membuatmu semakin sempurna" Minsung area, homophobic? skip.