Alzian Anggara Diaskar, kakak yang lahir 10 menit lebih dulu dari adik kembarnya. Sejak kecil ia dikenal sebagai yang paling serius, ntah darimana sifat angkuh dan dinginnya itu diturunkan. Ia juga sensitif perihal kata 'kakak tertua' karena dia merasa bertanggung jawab walau hanya beda beberapa menit. Padahal orang tua nya tak pernah membedakan perlakuan antara dirinya dengan sang adik, tapi ia merasa jika adiknya harus didahulukan karena dia lebih tua.
Al, nama panggilan yang disematkan padanya di sekolah merupakan anak yang terkenal jutek di kalangan teman-temannya. Mulutnya tajam sekali, terkesan tak peduli dengan perasaan orang lain. Tapi di rumah ia selalu luluh kepada adik-adiknya, utamanya sang kembaran yang selalu diam dalam keadaan apapun. Ingin sekali ia membagikan rasa emosinya agar ia bisa lihat adiknya itu marah.
Elzion Lingga Diaskar, kembaran Al yang lebih suka dipanggil Lingga. Menurutnya nama itu unik dan mendengar adik-adik serta Al menyebut namanya itu lucu. Dari sini lah nama Al juga tidak berlaku di rumah, Lingga lebih suka memanggilnya Gara dan adik-adik bahkan orang tuanya tertular. Al agaknya tak keberatan jika itu orang terdekat, tapi ia akan langsung membantah jika orang asing yang memanggilnya demikian.
Jika Gara itu api, maka Lingga adalah airnya. Ia tenang sekali, selalu tersenyum dalam keadaan apapun. Saudara - saudaranya tak pernah sekali melihat ia marah atau menangis, bahkan saat panik pun ia terlihat biasa saja. Lingga sangat pandai menyembunyikan rasa yang dialaminya, tapi ia tidak bisa membantah Gara dengan semua tekanan intimidasi nya. Pada akhirnya ia pun harus jujur pada saudara kembarnya tersebut.
Askara Java Diaskar, putra kembar pertama setelah Abang-abangnya. Setelah melahirkan putra kembarnya yang pertama, 4 tahun selanjutnya bunda kembali dikaruniai anak kembar dan Aska yang lahir pertama. Mungkin karena benar-benar bukan anak pertama, Aska malah terlihat seperti bungsu bahkan dari adik kembarnya yang lima menit lebih muda.
Mengikuti jejak kedua abangnya, nama panggilannya di sekolah dan di rumah berbeda. Ia akrab dipanggil Java dirumah, dan yang pertama memanggilnya begitu juga Lingga. Tapi tampaknya Java dengan senang hati menerima panggilan itu, ia sama sekali tidak keberatan.
Alaska Jeva Diaskar, namanya selalu dibuat bahan ejekan teman-temannya karena panggilannya 'Alas' padahal artinya bagus dari kata 'Alaska' jadi rancu ketika dipotong seperti itu. Tapi di rumah ia dipanggil Jeva, dan dia lebih suka dipanggil Jeva daripada 'Alas'.
Sifat mereka berdua tidak jauh berbeda. Sama-sama unik, kadang diam, kadang ramai seperti pasar malam, kadang saling tendang untuk menguasai kasur tempat mereka tidur berdua. Padahal ayah sudah menawari untuk pisah ranjang bahkan pisah kamar, tapi mereka berdua tidak mau. Jika salah satu tidak ada, rumah akan terasa sepi sekali, seperti ada yang hilang. Tapi jika keduanya ada di rumah, pertikaian dan perdebatan tak bisa terelakkan.
___________________________________________
End Note.
KAMU SEDANG MEMBACA
J.E.V.A
Krótkie OpowiadaniaCerita keseharian seorang bungsu keluarga Diaskar yang dimanja seisi rumah. Bahkan sampai supir, tukang kebun, dan pembantunya ikut memperlakukannya bak pangeran kecil yang harus dilayani. Saat kecil si bungsu menyukainya, tapi seiring berjalannya w...