Pernahkah kamu membayangkan tentang bagaimana adanya seorang tuan putri atau bidadari seperti dalam dongeng pengantar anak-anak sebelum tidur?
Ya, mungkin diluar sana banyak sekali putri kerajaan dari negara-negara lain, Err putri Inggris misalnya.
Tapi tidak seperti itu tuan putri ataupun bidadari yang kumaksud.
Benar-benar layaknya putri dari negeri dongeng yang memiliki pengawal patuh dan selalu mendampinginya kemana pun.
Dan disini, akulah seorang pengawal yang selalu menjaga seorang putri bidadari sejak 10 tahun lalu.
Di sebuah taman, aku melihatnya sedang duduk murung dengan kepala tertunduk diatas ayunan tua. Tepatnya disaat rintik gerimis berjatuhan di kota kecil ini.
Mungkin harusnya aku sangat menyesal karena terpaku oleh pesonanya dan membiarkan kaki yang bodoh ini melangkah lebih dekat padanya.
Payung kecil yang kupakai, perlahan kuangkat mendekat tepat diatas kepalanya. Dia mendongak, menunjukkan wajahnya yang datar tanpa ekspresi.
Bidadari?
Cantik, sebuah kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan semua hal tentang anak perempuan dihadapanku ini.
"Apa yang kamu lakukan?" tanyaku dengan sebelas alis terangkat.
Dia hanya diam tanpa memberi jawaban. Apakah aku yang masih kecil kala itu salah berucap?
Baru aku hendak membuka bibir, ia kembali menatapku.
"Apa kamu tidak bisa tau hanya dengan melihatku?"
Sebuah pertanyaan yang cukup menohok bagiku, aku menggeleng pelan dengan ekspresi penuh keraguan. Ada rasa sedih terselip karena ucapannya yang sedikit ketus. Bahkan aku ingin menangis.
"Aku, tidak melakukan apapun!"
Lagi-lagi aku tercengang karena jawaban ketusnya. Anehnya, dibalik kalimat ketusnya ia sama sekali tidak menunjukkan ekspresi yang berarti. Aku bingung apa yang sedang dia alami?
Lagi pula hujan seperti ini mengapa dia belum pulang juga?
"Kenapa kamu belum pulang? Mereka akan mengkhawatirkan kamu?"
Alisnya naik, satu-satunya gerakan yang paling mencolok yang kulihat dari sekian lama kami berhadapan.
"Mereka siapa?"
Suatu kata tanya keluar dari bibir kecilnya. Berbeda sekali dengan jawaban yang telah kutebak sebelumnya. Aku berpikir sejenak untuk menjawabnya.
"Tentu, Orang tuamu?"
Dia tidak menjawab, wajahnya berubah murung. Sepertinya aku salah bicara padanya. Ada rasa tak enak muncul pada diriku waktu itu. Dengan tangan yang masih terangkat untuk memayunginya, aku duduk di sebuah ayunan tepat disebelahnya.
Hembus nafasnya keluar satu-satu, memperlihatkan kabut kecil disana. Aku tidak tau rasa tertarik ini muncul hanya dengan melihat ia diam seperti ini.
"Maaf, soalnya ibuku selalu dirumah dan dia agak ketat kalau aku nggak segera pulang..." jelasku dengan perasaan bersalah.
Hanya anggukan kecil sebagai tanggapannya. Seling beberapa waktu yang cukup lama, kami berdua hanya duduk diam memandangi rintik hujan yang tak kunjung berhenti. Hawa dingin menyeruak, begitu terasa hingga ke tulang. Aku menoleh padanya, dan terpukau begitu saja saat ia tersenyum kearahku.
"Hey, mau bermain denganku?" tawarnya.
Sedikit terkejut dan ada perasaan senang, ya aku masih anak kecil yang suka bermain kala itu. Tapi saat kupikir bahwa bermain dengan dia pasti menyenangkan, terselip keraguan karena ibuku pasti akan marah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The La Hire, Kinal!
РазноеSemua bermula dari permainan ini. Seorang putri cantik bersama pengawalnya, tersesat ke dunia... Sampai semuanya berakhir, setelah sepuluh tahun lamanya saling memendam rasa. Veranda, Sang Putri cantik. Menyukai pengawalnya sendiri... The La Hire, K...