Pagi hari kembali menyapa, Gamaliel dengan ragu-ragu melangkah masuk ke ruang makan, dia sudah mempersiapkan hatinya untuk mendapatkan omelan dari sang Daddy, sejak dia bangun dari tidur.
"Selamat pagi, dad! Selamat pagi kak!" Pemuda kurus itu tersenyum cerah, menutupi rasa takut yang ada didalam dirinya.
"Bagaimana tidurnya semalam?" Tanya Bastian, sambil menyuruh Gamaliel untuk duduk disampingnya.
"Nyenyak, kak!" Jawab Gamaliel sambil tersenyum hangat. Bahagia sekali rasanya jika diperhatikan seperti ini, walau hanya hal-hal kecil saja.
"Baguslah kalau begitu," ucap Bastian.
"Cukup basa-basi nya, silahkan makan sarapan kalian. Daddy ada keperluan mendesak hari ini, dan kau ada kelas pagi, Bas!" Ujar Mike kepada kedua pemuda itu, membuat Gamaliel mengigit bibir bawahnya.
Setelah itu Mike mulai mengambil makanan yang dia inginkan untuk menjadi sarapannya, diikuti oleh kedua putranya.
Kegiatan sarapan pagi itu berlangsung dalam keheningan, baik Mike ataupun Bastian tidak ada yang membuka percakapan.
Gamaliel? Dia mana berani.
'Daddy tidak memarahiku karena memakai barang baru semalam. Apa Daddy lupa? Atau mungkin, itu karena Daddy memiliki hal lain yang terlebih dahulu harus dipikirkan? Baguslah kalau begitu, setidaknya aku tidak akan dimarahi. Tapi untuk antisipasi, aku harus menyiapkan hatiku, agar ketika dimarahi nanti, aku tidak terlalu sakit hati. Dan semoga... Tidak ada kekerasan lagi.' batin Gamaliel sambil mengunyah makanan yang ada didalam mulutnya.
🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾
Jam sepuluh pagi, Gamaliel duduk diteras depan mansion sambil melamun. Dia bosan dan tidak tau apa yang harus dia lakukan.
Kakak dan Daddy nya sudah pergi melakukan aktivitas mereka diluar, sedangkan dirinya masih belum diizinkan untuk bersekolah oleh kakaknya.
Ada rasa senang, ketika Bastian perhatian kepadanya. Berbeda dengan yang dulu, mereka tidak saling berbicara, sekalinya saling berbicara pun, palingan ketika Bastian kesal atau marah kepadanya, selebihnya tidak.
Drttt drrtt...
Gamaliel terbangun dari lamunannya ketika handphone ditangannya bergetar. Ya, sedari tadi dia memegang handphone, tapi dia bosan dengan alat canggih itu, jadi dia membiarkan benda itu berada digenggaman nya.
"Rivai..." Gumamnya sambil tersenyum. Semalam dia dan Rivai memang saling bertukar nomor kontak, biar bisa saling bertukar kabar satu sama lain.
("Hallo Gam?") Gamaliel tersenyum ketika suara itu mengapa nya.
"Hallo Vai, ini kan masih jam sekolah. Kenapa menelepon? Apa ada sesuatu?" Gamaliel balik menyapa, sambil bertanya.
("Ini lagi jam istirahat, kebetulan gue lagi duduk sendirian nih. Bisanya kan, kita duduk bareng di kantin kalo lagi nunggu antrian,, pas Lo nggak ada, gue palingan cuman main-main hp aja, tapi karena sekarang udah ada nomor lu, jadi sekalian aja nelpon. Eh by the way, gue nggak ganggu lu kan?") ucap Rivai dari seberang sana, membuat Gamaliel tersenyum mendengarnya.
"Memangnya kamu tidak punya teman lain?" Tanya Gamaliel.
("Punya sih, tapi mereka kan punya circle masing-masing, dan gue tidak termasuk didalamnya!") Jawab Rivai.
Sementara Gamaliel berbicara lewat via telepon dengan Rivai, terlihat sebuah motor sport memasuki area mansion, dan memasuki garasi.
Tidak lama kemudian Bastian keluar dari garasi dan berjalan menghampiri Gamaliel, tapi pemuda itu malah sibuk mengobrol dengan temannya, sambil sesekali terlihat tertawa karena terlalu asik dengan obrolannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of A Murderer
Teen FictionCERITA INI HANYA TERDAPAT DALAM APLIKASI INI. JIKA ADA YANG MENEMUKAN YANG SERUPA DI APLIKASI LAIN, TOLONG LAPORKAN KEPADA SAYA. Peristiwa masa lalu yang tidak diketahui bagaimana kejelasannya, membuat Gamaliel hidup dengan title ' anak dari seorang...