Prologue

1 0 0
                                    

Dalam suatu tempat yang amat gelap, sebuah bola putih kecil muncul. Bola putih itu membesar seiring berjalannya waktu, detik demi detik, yang kemudian...

BOOM

Sebuah ledakan yang agak besar datang dari letak bola putih itu berada. Lalu muncullah makhluk dengan kepala berwarna putih tanpa hidung, mulut, telinga, dan rambut. walaupun ia tak memiliki hal-hal tersebut, ia memiliki tanduk berwarna putih dan mata hitam besar yang hampa. Tubuhnya kekar dengan warna kulit hitam pekat seperti angkasa tanpa bintang yang juga menyerupai matanya yang hampa itu. Setelah beberapa saat, sebuah suara terdengar dari suatu tempat yang entah dari mana.

"Salam, Sang Terpilih dari Neraka," ucap gema yang muncul entah darimana.

"Kamu punya takdir yang harus kamu penuhi. Kami akan membawamu kembali ke dunia agar kamu bisa menuntaskan takdirmu."

"Semoga kau bisa memecahkan semua teka-teki takdirmu, semoga beruntung, Ein."

"Ah," ujar Ein, Sang Terpilih dari Neraka.

···

Terdengar suara burung mengepakkan sayapnya diatas sana yang diikuti dengan kicauan-kicauan burung. Dunia ini begitu damai, pikir Ein. Ein kemudian bangun dari posisi tubuhnya yang sebelumnya terbaring di tanah, kemudian melihat sekitar. Ia menyadari bahwa lingkungan di sekitar sini begitu hijau. meskipun berada di dalam goa, masih terdapat sinar matahari yang masuk dari lubang-lubang kecil di langit-langit yang berjumlah cukup banyak sehingga dapat menyinari seantero goa. Ein mulai berjalan menjauh dari tempat ia sebelumnya berada, hingga ia menemukan jalan keluar dari gua.

Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya ia berhasil keluar dari gua. Udara segar menyeka debu dari wajahnya, diikuti dengan kicauan burung kini terdengar lebih jelas daripada saat ia berada di goa, yang juga disertai oleh suara kepakan sayap seekor burung yang hendak berterbangan, suara-suara ini terdengar begitu menenangkan bagi hati Ein yang telah mengendap begitu lama di dalam neraka. Setiap langkah yang diambilnya diikuti oleh suara rumput yang melambai. 

Ini adalah pertama kalinya setelah seratus tahun ia bisa merasakan kedamaian seperti ini.Ein teringat betapa ia menderitanya dia di neraka. Yang dapat didengarnya hanyalah jeritan para penghuni neraka yang disiksa karena dosa-dosa yang telah mereka perbuat di dunia. Tidak ada yang namanya 'kedamaian' disana. Bagi para penghuni neraka, apa yang disebut sebagai kedamaian terlalu jauh yang bahkan sampai-sampai tidak bisa disebut sebuah mimpi. Jika seseorang berharap suatu saat nanti diberi kesempatan setidaknya satu menit agar dapat berada diluar neraka, itulah yang disebut mimpi yang paling tinggi yang terdapat disana.

Ketika Ein masih mengamati hutan hijau nan indah itu, ia menemukan sebuah kerangka dengan jubah abu-abu beserta celana dan kaos putih. Karena Ein tidak mengenakan pakaian apa pun, maka ia mengambil jubah abu-abu beserta kaos dan celana panjang tersebut dari kerangka itu yang kemudian ia hendak memakainya.

Setelah mengenakan jubahnya itu, ia melihat sekeliling dan menyadari betapa ia merindukan suasana ini, kedamaian dan ketenangan. Meskipun ini bukan surga, tetapi ini jauh lebih dari cukup bagi para penghuni neraka. Ia tiba-tiba duduk di samping kerangka yang bersandar di pohon, untuk menikmati waktunya berada di dunia untuk kedua kalinya.

Selang beberapa waktu, ia pun kemudian bangun dari waktu bersantainya, dan memulai perjalannya menuntaskan takdirnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang TerpilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang