Chapter 2: Awal dari Segalanya

1.1K 58 0
                                    


---

Cinta antara Joss dan Gawin bermula dengan begitu manis. Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi Gawin selain mengetahui bahwa pria yang sempurna seperti Joss mencintainya. Joss adalah seseorang yang peduli dan selalu ada di samping Gawin, siap memberikan pelukan hangat setiap kali Gawin membutuhkannya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, dari sekadar menonton film di kamar hingga jalan-jalan di pusat perbelanjaan. Semuanya terasa sempurna, hingga akhirnya Gawin mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berubah.

Perlahan tapi pasti, Joss mulai menampakkan sisi dirinya yang tidak pernah diperlihatkan di awal hubungan mereka. Semua bermula ketika Joss mulai memperhatikan dengan siapa Gawin berbicara. Awalnya, Gawin menganggapnya wajar. Setiap pasangan pasti ingin tahu tentang kehidupan satu sama lain. Namun, lama-kelamaan, perhatian Joss berubah menjadi pengawasan yang berlebihan. Joss selalu ingin tahu siapa yang mengirim pesan pada Gawin, dengan siapa dia bertemu, dan apa yang dia lakukan setiap saat.

Salah satu momen yang Gawin ingat dengan jelas adalah ketika dia sedang bersantai di apartemennya setelah pulang kuliah. Joss datang, seperti biasanya, membawa makanan kesukaannya. Mereka duduk di sofa, menikmati waktu bersama. Namun, tiba-tiba ponsel Gawin bergetar. Sebuah pesan masuk dari salah seorang teman sekelasnya.

"Siapa itu?" tanya Joss dengan nada santai, meskipun Gawin bisa merasakan sedikit ketegangan dalam suaranya.

"Oh, itu cuma teman sekelas. Kami lagi diskusi soal tugas kelompok," jawab Gawin sambil membuka pesan tersebut.

Joss tersenyum, tetapi tatapan matanya tetap melekat pada layar ponsel Gawin. "Aku boleh lihat?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

Gawin terdiam sejenak. Meski dia tidak merasa ada yang salah, permintaan Joss membuatnya sedikit tidak nyaman. Namun, tanpa banyak berpikir, Gawin menyerahkan ponselnya kepada Joss. Joss membaca pesan tersebut dengan teliti sebelum mengembalikan ponsel itu.

"Dia laki-laki," komentar Joss singkat.

Gawin tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. "Ya, dia laki-laki, tapi itu cuma diskusi tugas, sayang."

Joss hanya mengangguk, namun Gawin merasakan ada ketegangan yang meningkat di antara mereka. Malam itu berlalu tanpa masalah berarti, namun setelah kejadian itu, Gawin mulai merasa bahwa Joss tidak lagi seperti dulu. Dia mulai memperhatikan setiap langkah Gawin dengan lebih ketat. Bahkan, setiap kali Gawin hendak keluar dengan teman-temannya, Joss selalu bertanya dengan siapa dia akan pergi, berapa lama, dan apa yang akan mereka lakukan.

Hubungan mereka mulai berubah perlahan. Setiap kali Gawin berbicara dengan orang lain, terutama laki-laki, Joss akan menjadi lebih pendiam dan posesif. Gawin bisa merasakan bahwa Joss tidak menyukai jika dia terlalu dekat dengan orang lain. Setiap kali Gawin berusaha meyakinkan Joss bahwa tidak ada yang perlu dicurigai, Joss hanya akan tersenyum, tapi di balik senyum itu, Gawin tahu bahwa Joss tidak pernah benar-benar percaya.

Meskipun begitu, Joss selalu bisa membungkus kecemburuannya dengan kata-kata manis. "Aku cuma khawatir, Gawin. Aku ingin memastikan kalau kamu aman. Dunia ini penuh dengan orang-orang yang tidak bisa dipercaya," kata Joss suatu malam ketika Gawin mencoba menjelaskan bahwa dia butuh sedikit kebebasan.

"Tapi aku bukan anak kecil lagi, Joss. Aku bisa menjaga diriku sendiri," jawab Gawin dengan lembut.

Joss menghela napas dan memeluk Gawin dari belakang. "Aku tahu. Tapi aku tetap tidak bisa berhenti mengkhawatirkanmu. Aku tidak bisa membayangkan kalau ada orang lain yang mencoba merebutmu dariku."

Kata-kata itu, meski terdengar manis, membuat Gawin merasakan sesuatu yang aneh di hatinya. Apakah ini cinta yang sehat? Ataukah ini tanda dari obsesi yang tidak wajar? Gawin tidak tahu. Yang dia tahu, semakin hari, Joss semakin sulit memberinya ruang untuk bernapas.

Satu hari, saat Gawin sedang berbincang dengan Dunk di kafetaria, Joss datang mendekat. Dunk langsung tersenyum ketika melihat Joss, namun Gawin bisa merasakan perasaan tidak nyaman mulai merayapi tubuhnya. Joss duduk di samping Gawin, melingkarkan lengannya di bahu Gawin dengan sikap yang terlihat posesif. Dunk, yang tidak menyadari suasana aneh itu, melanjutkan percakapan mereka.

Namun, sesaat kemudian, Joss memotong pembicaraan mereka. "Aku rasa kita harus pergi, sayang. Ada sesuatu yang harus kita bicarakan," katanya dengan senyum yang dipaksakan.

Dunk terdiam sejenak sebelum akhirnya pamit meninggalkan mereka berdua. Gawin hanya bisa menatap Dunk dengan ekspresi menyesal, namun dia tahu bahwa dia tidak bisa menolak permintaan Joss. Begitu Dunk pergi, Joss menatap Gawin dengan intens. "Kamu tidak apa-apa kan, ngobrol dengan Dunk?"

"Tentu, kenapa aku harus tidak apa-apa?" Gawin menjawab dengan bingung.

Joss menghela napas dalam, seolah-olah sedang menahan sesuatu. "Aku tahu Dunk sahabatmu, tapi aku tetap merasa tidak nyaman kalau kamu terlalu dekat dengan orang lain. Aku tidak mau ada yang mengambilmu dariku."

Gawin merasa jantungnya berdegup kencang. Meski Joss mengatakan hal itu dengan nada lembut, ada sesuatu yang gelap di balik kata-katanya. "Aku tidak akan ke mana-mana, Joss. Kamu harus percaya padaku."

Joss tersenyum, namun senyuman itu tidak mencapai matanya. "Aku percaya padamu, sayang. Aku hanya tidak percaya pada orang lain."

Di saat itu, Gawin mulai benar-benar merasakan bahwa apa yang mereka miliki bukan lagi cinta yang sehat. Ada sesuatu yang salah, namun dia tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Setiap kali dia mencoba bicara, Joss selalu berhasil meredam segala kekhawatiran dengan sentuhan dan kata-kata yang menenangkan. Dan Gawin, yang masih mencintai Joss, merasa terjebak dalam lingkaran tanpa akhir.

---

Trapped in Obsession🔞‼️ (Jossgawin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang