Chapter 10: Keterikatan yang Tak Terhindarkan

440 25 0
                                    

---

Malam itu, setelah menghabiskan waktu yang penuh gairah, Gawin terbaring di samping Joss, merasakan perasaan campur aduk. Dia tahu bahwa hubungan mereka semakin dalam, tetapi obsesi Joss semakin terasa. Seolah-olah cinta mereka dibalut dalam selubung ketegangan yang tak bisa dihindari.

Gawin menatap langit-langit apartemen, berusaha mencerna semua yang telah terjadi. Joss, yang terlelap di sampingnya, membuatnya merasa aman, tetapi juga cemas. Dia merasa terjebak antara cinta yang tulus dan ketidakpastian akan apa yang akan datang.

Ketika pagi datang, Gawin terbangun dengan Joss masih tertidur. Dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke dapur untuk membuat sarapan. Pikiran tentang bagaimana berbicara dengan Joss tentang batasan-batasan ini terus menghantuinya.

Setelah menyiapkan sarapan, Gawin kembali ke kamar. Joss sudah terbangun, matanya berbinar saat melihat Gawin. "Pagi, sayang. Apa kamu sudah masak untukku?" tanyanya, senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Ya, sarapan sudah siap. Ayo, kita makan," jawab Gawin, berusaha menyembunyikan kegelisahan di dalam hatinya.

Saat mereka duduk untuk sarapan, Gawin merasa ada sesuatu yang harus dibicarakan. "Joss," panggilnya, matanya berusaha mencari perhatian Joss.

"Hm?" Joss menjawab sambil mengunyah.

"Aku ingin kita berbicara tentang hubungan kita," Gawin memulai, suaranya sedikit bergetar.

Joss menatapnya dengan serius. "Apa ada yang salah? Aku tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman."

"Tidak, bukan itu. Aku hanya merasa kita harus menetapkan beberapa batasan. Kita harus jujur tentang perasaan kita," Gawin menjelaskan, meskipun hatinya berdegup kencang.

Joss mengangguk, tetapi wajahnya menunjukkan keraguan. "Apa maksudmu? Aku mencintaimu, Gawin. Itu sudah cukup bagiku."

"Tapi cinta saja tidak cukup. Kita perlu menghindari situasi yang bisa membuat kita saling tersakiti," Gawin berusaha menjelaskan.

Joss terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Gawin. "Aku mengerti. Tetapi, aku tidak ingin kehilanganmu, Gawin. Aku tidak bisa membiarkan siapapun mendekatimu."

Gawin merasa tertekan, tetapi ia tahu bahwa ia harus tetap tegas. "Aku ingin kita memiliki kebebasan untuk bergaul dengan orang lain. Aku tidak ingin merasa terjebak dalam obsesi," ucapnya.

Tatapan Joss penuh kerinduan dan ketidakpastian. "Kau yakin kamu bisa melakukan itu? Aku tidak bisa menjamin bahwa aku tidak akan merasa cemburu."

Gawin merasakan hati Joss bergetar di ujung pembicaraan. "Kita harus saling percaya, Joss. Itu satu-satunya cara untuk membuat hubungan ini bertahan."

Setelah sarapan, mereka bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Gawin berusaha untuk tidak memikirkan pembicaraan mereka terlalu dalam, tetapi saat melihat Joss, dia merasakan ketegangan di udara. Joss terlihat lebih protektif dari biasanya, dan itu membuat Gawin merasa tertekan.

Di kampus, suasana terasa normal. Namun, Gawin merasakan tatapan Joss yang selalu mengawasi setiap gerak-geriknya. Ketika mereka berdua berpisah untuk pergi ke kelas yang berbeda, Gawin merasa cemas.

Sepanjang hari, Gawin merasa ada yang tidak beres. Dia mencoba mengalihkan perhatian dengan belajar dan bertemu teman-temannya, tetapi pikirannya selalu kembali pada Joss dan pembicaraan mereka. Apakah Joss akan mengerti? Apakah Joss akan bisa mengubah sikapnya?

Saat kelas berakhir, Gawin pergi ke perpustakaan untuk belajar. Dia merasa lebih tenang di sana, dikelilingi oleh buku-buku. Namun, pikirannya terus berputar tentang Joss. Ketika sedang asyik membaca, tiba-tiba Gawin menerima pesan dari Joss.

Joss: Di mana kamu? Aku merasa tidak enak. Aku ingin melihatmu.

Gawin merasakan hatinya berdegup. Dia segera membalas, Gawin: Aku di perpustakaan. Ada yang ingin kamu bicarakan?

Beberapa menit kemudian, Joss muncul di depan Gawin dengan ekspresi wajah cemas. "Kau tidak menjawab pesanku. Aku khawatir," ucap Joss, suaranya penuh rasa takut.

"Maaf, aku sedang belajar. Joss, kita harus berbicara lagi," Gawin menjawab, merasa tidak nyaman dengan tatapan Joss.

Joss mengangguk, tetapi Gawin bisa melihat cemburu di matanya. "Kau tahu, aku tidak suka melihatmu dekat dengan orang lain."

Gawin merasakan berat di dadanya. "Joss, aku tidak mau hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian. Aku tidak bisa terus-menerus merasa terkurung."

"Aku tidak ingin kehilanganmu, Gawin. Kamu adalah segalanya bagiku," Joss berujar, matanya mulai berkaca-kaca.

Gawin merasakan perasaan terharu. "Dan aku mencintaimu, tetapi kita perlu menemukan keseimbangan."

Mereka berdua terdiam sejenak, saling menatap, tetapi saat Joss maju selangkah, ketegangan terasa. "Aku bisa mencoba untuk memberi kamu ruang, tetapi aku tidak bisa menjanjikan bahwa aku tidak akan merasa cemburu," katanya, nada suaranya rendah dan berat.

"Cemburu adalah bagian dari cinta, Joss. Tetapi kita harus belajar untuk mengatasi perasaan itu," balas Gawin, berusaha menenangkan.

Joss mengangguk, tetapi keraguan masih tergambar di wajahnya. "Baiklah, aku akan berusaha."

Setelah percakapan itu, mereka berdua memutuskan untuk pulang ke apartemen. Di perjalanan, Joss terlihat lebih tenang, tetapi Gawin merasakan ketegangan yang tak kunjung hilang.

Sesampainya di apartemen, Gawin merasa sedikit lelah. Joss menyuruhnya untuk beristirahat, dan Gawin pun terbaring di sofa, mencoba menenangkan pikiran. Joss duduk di sampingnya, tangannya menggenggam erat tangan Gawin.

Gawin merasakan sentuhan lembut Joss. "Aku tidak akan membiarkan siapapun mengambilmu dariku, Gawin," ucap Joss, suaranya tegas tetapi penuh kasih.

Gawin menghela napas dalam-dalam. "Aku tahu, Joss. Aku hanya ingin kita saling percaya."

"Selama kita bersama, aku tidak akan membiarkan apapun memisahkan kita," balas Joss, penuh keyakinan.

Di tengah ketegangan itu, Gawin menyadari bahwa cinta mereka sedang diuji. Ia tahu bahwa mereka harus berjuang untuk menjaga hubungan ini tetap sehat. Dalam hati, ia berharap agar mereka dapat menemukan jalan tengah yang saling menguntungkan.

Ketika malam tiba, mereka duduk berdua di sofa. Joss menarik Gawin ke dalam pelukannya, dan Gawin merasa nyaman di sana. Mereka berdua saling berhadapan, tatapan mereka bertemu, dan saat itu, semua keraguan terasa menghilang.

"Meskipun ada banyak yang harus kita hadapi, aku tetap ingin bersamamu, Joss," ucap Gawin, suaranya penuh keyakinan.

Joss tersenyum, matanya bersinar. "Dan aku ingin kamu tahu, kamu adalah segalanya bagiku."

Saat mereka berpelukan, Gawin merasakan kekuatan cinta yang tulus. Dalam pelukan Joss, dia merasa terjamin, meskipun ketegangan tetap menggelayuti mereka. Gawin berdoa agar cinta ini bisa bertahan meskipun cobaan berat menghadang.

Saat malam larut, mereka berdua tertidur dalam pelukan satu sama lain, saling menjaga harapan dan keinginan, berusaha menghadapi segala tantangan yang mungkin datang di masa depan.

---

Terima kasih kerana telah membacakan novel. Jangan lupa untuk follow and vote novel ini guys🤭🫶.

Trapped in Obsession🔞‼️ (Jossgawin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang