Happy reading!*
Tanpa mengatakan pada Jeha apa yang sedang terjadi, Lucy menyetujui ajakan Lauren untuk bertemu di Bar. Bar Claire de Lune namanya. Tempat itu pilihan Lauren dan Lucy tidak keberatan untuk mengiyakan. Sudah lama dia tidak minum minuman beralkohol. Selain karena gampang ambruk, Lucy bukan pecandu miras. Cewek itu lebih suka minum Sprite atau Adem Sari Sparkling alih-alih vodka dan sejenisnya. Dia juga tidak seperti Jeha begitu menyukai wine.
Saking jarangnya dia mimik-mimik cantik, Lucy tidak pernah menginjakkan kaki di Claire de Lune. Baru kali ini menginjakkan kakinya di sana demi menuruti Lauren. Sudah barang tentu Lucy paham arah pembicaraan mereka nantinya, tapi Lucy tetap menuruti Lauren. Selain karena penasaran bagaimana sudut pandangnya, Lucy ingin melihat lebih dekat bagaimana kepribadian influencer yang katanya berbudi luhur tersebut. Dibandingkan Lucy yang hanya memiliki followers dua ribu lebih sedikit, sebagai influencer yang memiliki jutaan followers, harusnya Lauren cukup beradab. Namun, Lucy tidak tahu nantinya. Satu hal yang harus Lucy lakukan adalah meladeninya secepat mungkin lalu pulang.
Begitu dia sampai di bar, Lauren sudah datang. Cewek itu berdandan elegan dan memakai heels setinggi lima sentimeter. Berbanding terbalik dengan Lucy yang hanya berdandan casual memakai sneakers warna putih alias outfit pulang kerja. Lucy tidak ambil pusing. Dia merasa tidak begitu gembel dan datang ke sana penuh percaya diri. Disegerakan langkahnya untuk mendekat ke arah Lauren. Namun, bukannya menyapa Lucy, Lauren langsung to the point. Cewek itu sudah khatam dengan wajah Lucy lewat foto yang sering dilihatnya di Instagram. Walaupun wajah Lucy tidak begitu jelas karena lampu bar yang remang-remang, Lauren meyakini bahwa yang mendekat ke arahnya adalah cewek yang dinantinya. Lucy sendiri tahu siapa itu Lauren sehingga tidak ada drama salah meja atau hal memalukan lainnya.
"Lo pesan dulu aja. Gue nggak tahu lo biasa minum apa," kata Lauren tepat setelah Lucy mengambil duduk di depannya.
Lucy masih tampak tenang saat mengangguk. Pelayan mulai datang dan tanpa banyak berpikir, Lucy langsung berujar.
"Mojito satu, ya."
Jujur, Lucy sangat payah dalam urusan minum alkohol. Maka dari itu, dia memilih mojito agar tidak terlihat begitu cemen di hadapan Lauren. Apalagi kalau Lucy tidak salah menganalisa, gelas Lauren terisi vodka. Egonya menyuruh Lucy untuk tidak memilih Sprite atau Cola hari ini saat berhadapan dengan Lauren. Toh, hanya segelas. Dia bisa berhenti minum setelah mulai merasakan tanda-tanda pening nantinya.
Jika film memiliki opening sequence dan cerita memiliki prolog, obrolan Lucy dan Lauren justru langsung ke intinya. Tanpa banyak membuang waktu, Lauren bertanya pada Lucy seputar Jeha.
"Udah lama pacaran?
"Kenapa nanya?"
"Gue suka sama Jeha."
"Oh."
"Kalau baru pacaran berarti duluan gue yang suka sama dia."
"Dih, nggak juga."
Lauren menyipitkan matanya. "Hah?"
"Gue udah kenal dia sejak Agustus tahun lalu," jawab Lucy bangga.
"WHAT?"
Lucy melipat kedua tangannya di dada dengan penuh percaya diri. "Gue emang baru jadian sama dia. Mungkin dua mingguan lebih dikit, tapi gue udah kenal dan dekat sama dia sejak Agustus. Jadi, gue lebih dulu daripada lo."
Lauren terlihat tidak terima. Matanya bergerak-gerak penuh ketidakpuasan.
"Kok bisa kenal?"
Lucy menatap Lauren. "Bukan urusan lo sih. Lagipula banyak cerita yang nggak mungkin gue umbar ke lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Sequence | YJ
Любовные романы[On-going] Jeha pernah bilang pada Lucy bahwa cewek itu tidak layak menjadi peran utama dalam kisah asmaranya, tapi Jeha menjilat ludahnya sendiri. Gara-gara kucing, mereka jadi meowlove satu sama lain. Tentu saja dengan bumbu dramatis yang sedikit...