14 : Mata ke Hati

195 27 4
                                    

Setelah selesai misi mereka menyelamatkan adik kecil milik mereka, akhirnya mendapatkan seluruh perawatan yang mereka butuhkan sejak awal.

Dan sedari malam tadi, ikatan tangan milik Kencia serta sang ayah itu tak pernah terlepas. Selalu ia genggam tangan milik anak yang paling ia sayangi itu.

Hingga sampai saat ini, Kencia sudah tertidur lelap. Sedangkan kini Rion masih saja sentiasa menemani Kencia yang sudah larut di alam mimpi miliknya, masih saja ia genggam tangan milik gadis itu. Tanpa ada rasa akan melepaskannya.

Namun, ia tak bisa bohong bahwa ia lupa akan lengannya sempat tertembak. Ia tahan seluruh rasa sakit itu hanya untuk sang anak, karena menurutnya lebih baik ia menyelamatkan Kencia daripada dirinya.

"Bangsat, ga ilang-ilang dah sakit nih." Gumamnya sembari ia melihat kearah lengannya, yang sudah membekas darah pada lengan bajunya.

Sial. Pandangannya kini sudah buram dan tak terlalu jelas, tubuhnya semakin lemas dan pusing melanda padanya untuk kali ini. Hingga tak lama, tubuhnya ambruk.

. . .

"Capeknyaa.." Keluh Echi sembari ia meregangkan tubuhnya, disusul oleh Key yang terkekeh melihat tingkah sang adik yang menggemaskan.

"Udah? Langsung istirahat aja ya kalian, kalau laper bilang." Ujar Key sembari ia tersenyum, dan diiringi dengan yang lain mengangguk.

Echi melewati kamar Kencia yang berada tepat di sampingnya, dan tak sengaja ia melihat kearah tubuh sang ayah yang sudah ambruk jatuh ke lantai.

Tak pikir panjang, ia dengan sontak menghampiri Key untuk menolong sang ayah. Ia berlari kencang kearah lantai bawah, dan langsung menghampiri sang kakak yang sedang memasak untuk Gin.

"Kak! Papi kak!" Ujarnya dengan nada yang panik mampus, sembari dengan nafasnya yang masih terengah-engah.

Key yang masih sibuk dengan makanannya itu sontak tak sengaja terkena panci yang masih panas itu, diakibatkan ia ikut panik mendengar Echi yang tak kalah panik.

"Ah.. maksudnya gimana Chi?" Gin yang menyadari tangan milik Key tak sengaja menyentuh panci itu seketika beranjak dari tempat duduknya, lalu menghampiri Key.

"Sakit?" Tanyanya di sela-sela kepanikan mereka, namun hanya di balas dengan gelengan oleh Key.

"Itu, papi pingsan!" Key yang mendengar itu seketika melepaskan tangan Gin dari miliknya, dan langsung pergi ke lantai atas diiringi dengan Echi.

Sedangkan yang sedang berkumpul disana sontak menoleh kearah Echi, Krow yang tersedak sedangkan Garin yang terjatuh dari kursinya membuat sedikit gelak tawa.

"Apaan?!" Krow sontak beranjak dari tempat duduknya dan segera menyusul ke kamar Kencia, begitupula dengan yang lain.

Terkejutnya ia melihat sang ayah kini badannya telah ambruk, dengan darah yang sekali lagi mengalir setelah tadi sudah kering membekas di lengan bajunya.

. . .

Dengan cepat mereka membawa sang ayah untuk segera pergi kerumah sakit dan mendapatkan perawatan pertama, untung saja pria itu masih bisa bertahan lebih lama. Jika tidak, tak tahu lagi akan bagaimana.

Kini Key dan Krow sedang menunggu sang ayah, sedangkan adik-adik bahkan kakak-kakak mereka yang lain sudah tepar. Ada beberapa yang tidur di mobil dan di sofa, bahkan ada yang menggelar tikar.

The Noir. || TNFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang