Chapter 16: Kembali ke Realitas

211 13 0
                                    

---

Kehidupan di kampus terus berjalan, dan Joss serta Gawin berusaha untuk menjaga rutinitas mereka tetap positif. Namun, meskipun mereka telah mencoba untuk memperkuat kepercayaan satu sama lain, masalah dari luar masih mengintai.

Suatu sore, ketika mereka sedang belajar di perpustakaan, Gawin melihat Joss tampak tidak fokus. Joss sering kali mengalihkan pandangannya ke arah pintu, seolah menunggu seseorang. "Kamu mencari siapa?" tanya Gawin, mencoba mengalihkan perhatian Joss.

"Tidak, tidak ada siapa-siapa," jawab Joss cepat, tetapi Gawin bisa merasakan ketegangan di dalam suaranya.

Gawin menghela napas, mencoba memahami. "Joss, jika ada yang mengganggumu, katakan saja. Kita bisa hadapi bersama," ucapnya, berusaha menunjukkan dukungannya.

Joss tersenyum tipis, tetapi tidak sepenuhnya meyakinkan. "Aku hanya sedikit lelah. Mungkin butuh waktu istirahat," jawabnya, tetapi Gawin merasakan bahwa ada sesuatu yang lebih.

Beberapa hari kemudian, saat mereka sedang makan malam bersama, Gawin menerima pesan dari Dunk, teman dekatnya. Pesan itu berbunyi: "Arvin mengatakan dia ingin bertemu kamu, Gawin. Dia tampaknya ingin membahas sesuatu yang serius."

"Arvin lagi?" Gawin mengeluh, merasa sedikit jengkel. "Dia selalu muncul tanpa diundang."

"Siapa Arvin?" tanya Joss, menatap Gawin dengan curiga.

"Seorang teman lama. Tidak ada yang penting," jawab Gawin, berusaha untuk tidak menambah kecemasan Joss.

Namun, Joss tidak terlihat puas. "Kamu tidak bisa terus mengabaikannya. Jika dia ingin berbicara, lebih baik kita tahu apa yang dia inginkan," katanya, nada suaranya terdengar tegas.

"Aku hanya tidak ingin terjebak dalam drama itu. Kita sudah memiliki cukup masalah di antara kita," balas Gawin, sedikit frustasi.

"Ini bukan hanya tentang kita. Jika Arvin ingin berbicara, mungkin ada sesuatu yang penting," Joss menekankan.

Akhirnya, Gawin setuju untuk bertemu dengan Arvin. Dia tidak ingin Joss merasa terbebani, dan mungkin ada hal yang perlu dibahas. Mereka menjadwalkan pertemuan di kafe yang biasa mereka kunjungi.

Ketika hari pertemuan tiba, Gawin dan Joss duduk bersebelahan, menunggu Arvin. Gawin merasakan jantungnya berdebar. "Apa yang kamu harapkan dia bicarakan?" tanya Gawin kepada Joss.

"Entahlah. Tapi aku harap ini tidak ada hubungannya dengan kita," jawab Joss, suaranya penuh harap.

Ketika Arvin akhirnya muncul, senyum lebar menghiasi wajahnya. "Gawin! Joss! Terima kasih sudah mau bertemu," katanya dengan ceria.

"Ya, ada apa?" tanya Gawin, merasa sedikit canggung.

Arvin mengangguk, kemudian memandang Joss dengan serius. "Aku hanya ingin memastikan kalian baik-baik saja. Terakhir kali kita bertemu, aku merasakan ada ketegangan di antara kalian," ungkapnya, suaranya menunjukkan kepedulian.

Joss menatap Arvin, tampak bingung. "Kami baik-baik saja. Hanya beberapa tantangan yang harus kami hadapi," jawab Joss, berusaha terdengar tenang.

"Tantangan itu terdengar lebih dari sekadar masalah biasa," Arvin melanjutkan, suaranya tetap lembut. "Aku tahu betapa posesifnya kamu, Joss. Aku hanya ingin melihat Gawin bahagia."

Gawin merasa hatinya bergetar mendengar kata-kata Arvin. "Aku baik-baik saja, Arvin. Joss hanya melakukan yang terbaik untukku," katanya, mencoba melindungi Joss.

"Tapi apakah kamu benar-benar bahagia, Gawin?" tanya Arvin, menatapnya dengan tajam. "Kadang-kadang, cinta yang mengikat justru bisa menjadi belenggu."

Joss menatap Gawin, matanya tampak bingung dan sedikit marah. "Apa maksudmu dengan belenggu?" tanya Joss, suaranya meningkat.

Gawin merasakan ketegangan di udara. "Joss, kita tidak perlu berdebat di sini. Ini hanya percakapan," jawab Gawin, berusaha meredakan situasi.

"Tapi aku ingin tahu. Apakah kamu merasa terkurung dalam hubungan ini, Gawin?" Joss melanjutkan, suaranya terdengar tegang.

Gawin menggigit bibirnya, berusaha menemukan kata-kata yang tepat. "Tidak, Joss. Aku mencintaimu, dan aku ingin kita bekerja sama. Tapi kita perlu menemukan cara untuk mengatasi rasa cemburu ini," ucap Gawin, mengarahkan pandangannya pada Joss.

Arvin mengangguk, mencoba menangkap suasana hati mereka. "Aku hanya ingin kalian bahagia. Cinta itu indah, tetapi jika tidak sehat, bisa menghancurkan," katanya, suaranya lembut.

Setelah beberapa saat hening, Joss tampak merenung. "Aku tahu aku sering berlebihan. Tapi aku tidak bisa menolong perasaanku," ungkap Joss, suaranya penuh penyesalan.

Gawin meraih tangan Joss, berusaha memberikan dukungan. "Kita semua memiliki masa lalu, Joss. Kita hanya perlu belajar untuk membangun masa depan yang lebih baik," ucap Gawin.

Arvin tersenyum, "Ya, itu adalah langkah yang baik. Berbicara adalah kunci untuk memahami satu sama lain. Jangan biarkan ketakutan menghalangi cinta kalian."

Akhirnya, mereka menghabiskan waktu di kafe itu, mencoba mengobrol tentang hal-hal yang lebih ringan. Gawin merasa lebih tenang, meskipun masih ada bayang-bayang ketidakpastian yang meliputi perasaan Joss.

Ketika mereka kembali ke apartemen, suasana hati Joss tampak lebih baik. "Terima kasih sudah mendengarkan, Gawin. Aku ingin berubah untuk yang lebih baik," ucap Joss, matanya bersinar dengan harapan.

Gawin merasa bangga mendengar itu. "Aku akan selalu mendukungmu, Joss. Kita akan menghadapinya bersama," katanya, memberikan senyuman yang tulus.

Namun, di dalam hatinya, Gawin tidak bisa menahan rasa khawatir. Dia tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah, dan tantangan baru selalu mengintai. Meskipun mereka berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka, ketidakpastian tetap menjadi bayang-bayang yang menggantung di atas mereka.

Malam itu, saat mereka berbaring di tempat tidur, Gawin memeluk Joss dengan erat. "Aku mencintaimu, Joss. Terlepas dari semua masalah, kita akan melaluinya bersama," bisiknya, berharap Joss bisa merasakan keyakinan itu.

"Aku juga mencintaimu, Gawin. Aku berjanji akan berusaha untuk menjadi lebih baik," jawab Joss, suaranya pelan namun penuh ketulusan.

Gawin merasakan kehangatan dari pelukan Joss, tetapi di dalam hatinya, dia tahu bahwa mereka harus terus berjuang untuk menghadapi ketidakpastian yang akan datang. Dia berdoa agar cinta mereka bisa cukup kuat untuk mengatasi semua rintangan yang menghadang.

---

Trapped in Obsession🔞‼️ (Jossgawin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang