Chapter 18: Ketegangan yang Membara

225 9 1
                                    

---

Setelah percakapan yang penuh emosi di apartemen, Gawin dan Joss merasa sedikit lebih tenang. Namun, rasa cemburu dan ketidakpastian masih mengintai. Meskipun mereka berusaha untuk saling mendukung, ketegangan antara mereka tetap terasa. Gawin tahu bahwa Joss berjuang untuk mengatasi perasaannya, tetapi ada saat-saat di mana Joss benar-benar terlihat sangat butuh.

Suatu malam, setelah seharian belajar, Gawin mengajak Joss menonton film di apartemen mereka. "Bagaimana kalau kita menonton film horor? Aku butuh sesuatu yang bisa membuat kita terhibur," katanya, berusaha mengalihkan perhatian Joss dari pikiran negatif.

Joss mengangguk. "Baiklah, tetapi jika aku takut, kamu harus memelukku," ucapnya sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana.

Gawin tertawa, "Tentu saja, itu adalah tugas yang paling menyenangkan!"

Mereka memilih film yang cukup menegangkan dan duduk di sofa dengan Joss bersandar di bahu Gawin. Semuanya berjalan dengan baik, hingga film itu mencapai bagian paling menegangkan. Saat adegan mengejutkan muncul di layar, Joss tanpa sadar meraih tangan Gawin, menggenggamnya erat.

Gawin merasakan detak jantungnya berdebar lebih cepat. Ketika Joss menoleh dan melihatnya, dia melihat kegugupan di mata Joss. "Aku... aku takut," kata Joss, suaranya hampir berbisik.

Gawin tersenyum, merasakan hasratnya yang terpendam. "Jangan khawatir, aku di sini," ucapnya sambil menggenggam tangan Joss lebih erat, dan tidak sengaja menjelajahi telapak tangan Joss dengan jari-jarinya.

Suasana semakin intim ketika film itu berlanjut. Joss berusaha untuk tetap fokus, tetapi ketegangan di antara mereka membuatnya sulit untuk tidak merasa terangsang. "Kita bisa berhenti jika kamu mau," Gawin menawarkan, tetapi Joss menggeleng.

"Tidak, aku ingin melanjutkan," jawab Joss, suaranya lebih tegas daripada sebelumnya, menunjukkan keberaniannya untuk menghadapi ketakutannya.

Setelah beberapa saat, Joss tiba-tiba merasa berani. Dia berbalik, menatap Gawin dengan mata penuh kerinduan. "Gawin, aku tahu ini mungkin terdengar aneh, tetapi... aku ingin kita lebih dari sekadar pasangan yang saling mendukung. Aku ingin merasakan kita... lebih dekat," ungkapnya, suaranya bergetar.

Gawin terkejut, hatinya berdebar. "Maksudmu...?" dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, tetapi Joss sudah tahu apa yang ada di pikirannya.

"Aku ingin kita berbagi lebih dari sekadar cinta emosional. Aku ingin kita berbagi tubuh kita juga," jawab Joss, bibirnya bergetar.

Gawin menatap Joss dalam-dalam. Dia tahu ini adalah momen yang ditunggu-tunggu, tetapi dia juga merasakan beban tanggung jawab yang besar. "Joss, aku ingin sekali, tetapi kita harus siap secara emosional dan fisik. Ini bukan hanya tentang keinginan, tetapi juga tentang saling percaya," ucap Gawin, suaranya lembut namun tegas.

"Ya, aku tahu. Aku percaya padamu, Gawin. Aku siap," Joss meyakinkan, wajahnya penuh harap. Gawin merasakan perasaannya mencair, dan dia tahu ini adalah saat yang tepat.

Mereka semakin mendekat, napas mereka saling menyentuh. Gawin meraih wajah Joss, mengangkat dagunya agar mereka bisa saling memandang. Ketika mata mereka bertemu, semuanya terasa sempurna. Dalam sekejap, Gawin menarik Joss ke dalam pelukannya, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut namun penuh hasrat.

Joss merasakan seluruh tubuhnya terbakar oleh keinginan. Dia membalas ciuman Gawin dengan penuh semangat, merasakan semua ketegangan yang terpendam mengalir dalam setiap sentuhan. Gawin tidak ingin terburu-buru. Dia ingin menjelajahi setiap inci dari Joss.

Dengan lembut, Gawin mulai menggerakkan tangannya di punggung Joss, merasakan kehangatan kulitnya melalui kemeja yang dikenakannya. Joss mengeluarkan suara lembut, menginginkan lebih dari sekadar ciuman. Gawin menggenggam pinggang Joss, menariknya lebih dekat hingga mereka bisa merasakan detak jantung satu sama lain.

"Aku ingin merasakan semua ini," bisik Joss, penuh keinginan. Dia memejamkan mata, menikmati setiap momen saat Gawin mulai menurunkan ciumannya ke lehernya, memberikan sentuhan lembut yang membuat Joss menggigil.

"Joss, kamu tahu kita harus melakukannya dengan hati-hati, kan?" Gawin mengingatkan, berusaha menjaga agar semuanya tetap dalam batasan yang aman.

"Ya, aku tahu. Tapi aku ingin merasakan lebih dalam. Aku ingin kamu menjadi milikku," jawab Joss, penuh tekad.

Kata-kata itu membakar semangat Gawin. Dia menatap Joss dan melihat keinginan yang mendalam. Gawin menggenggam wajah Joss, kembali mencium bibirnya, kali ini dengan lebih dalam. Tangan Joss mulai menjelajahi tubuh Gawin, menyentuh bahunya, lalu turun ke dadanya.

"Jika kita melakukannya, kita harus saling berkomunikasi, Joss. Ini bukan hanya tentang kepuasan fisik, tetapi juga tentang rasa saling percaya," Gawin menekankan, suaranya mengandung nada serius meskipun hatinya berdebar.

"Aku mengerti. Mari kita lakukan ini dengan cara yang benar," ucap Joss, dan keduanya saling menatap dengan keyakinan.

Mereka bergerak perlahan, menikmati setiap momen yang ada. Gawin membantu Joss melepas kemejanya, dan saat kulit mereka bersentuhan, rasanya seperti dunia di sekitar mereka menghilang. Joss merasakan aliran energi mengalir di dalam dirinya, dan semua keraguannya lenyap dalam pelukan Gawin.

Keduanya berada di ambang keputusan, dan saat mereka berbagi ciuman yang dalam, mereka tahu bahwa mereka bersedia untuk menjelajahi lebih dalam satu sama lain, fisik dan emosional.

Saat malam semakin larut, keduanya terjebak dalam ikatan yang lebih dari sekadar cinta. Joss merasa seperti dia telah menemukan rumahnya dalam diri Gawin, dan mereka berdua bertekad untuk menjaga hubungan ini, meskipun harus menghadapi berbagai tantangan di depan.

--

Trapped in Obsession🔞‼️ (Jossgawin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang