Chapter 19: Kebangkitan Setelah Malam yang Membara

166 7 0
                                    

---

Pagi itu, sinar matahari menyinari apartemen mereka, membangunkan Gawin dan Joss yang masih terbaring di sofa. Keduanya terbungkus dalam selimut yang hangat, dikelilingi oleh aroma manis dari tubuh masing-masing. Gawin membuka mata, teringat akan malam yang penuh gairah dan kedekatan yang mereka bagi. Hatinya berdebar bahagia melihat Joss tertidur di sampingnya.

Joss tampak begitu damai, wajahnya tampak lebih cerah. Gawin tidak bisa menahan senyumnya saat menatap Joss. Dia merasakan perasaan yang dalam dan tulus, seolah semuanya berjalan sempurna. Dengan lembut, Gawin mengelus rambut Joss yang terurai, membuatnya terbangun.

“Halo, tidur lelap?” tanya Gawin, suaranya lembut.

Joss membuka matanya, tersenyum lebar saat melihat Gawin. “Halo… aku rasa aku tidak pernah tidur sebegitu nyenyaknya sebelumnya,” jawabnya, suaranya sedikit serak.

Mereka berdua saling memandang dengan senyuman, merasakan kehangatan di antara mereka. Joss kemudian duduk, merentangkan tangan dan menggeliat. “Aku tidak bisa percaya kita melewati malam itu. Rasanya luar biasa,” ucapnya, semangatnya terlihat jelas.

Gawin tersenyum. “Aku pun merasakannya. Sepertinya kita telah melangkah ke fase baru dalam hubungan kita,” katanya, meraih tangan Joss dan menggenggamnya erat. “Tetapi kita juga perlu berbicara tentang apa yang terjadi semalam.”

Joss mengangguk, wajahnya sedikit serius. “Ya, aku tahu. Kita harus memastikan bahwa kita berdua siap untuk melanjutkan hubungan ini dengan cara yang benar. Ini bukan hanya tentang keinginan fisik, tetapi juga tentang kepercayaan dan saling menghormati.”

Gawin setuju. “Kita perlu saling berkomunikasi dan menjaga batasan-batasan agar tidak ada yang merasa tertekan atau cemas. Ini adalah perjalanan kita bersama, dan aku ingin kita berjalan beriringan.”

Setelah membahas perasaan mereka, keduanya merasa lebih tenang. Gawin kemudian mengusulkan untuk memasak sarapan bersama. Mereka berdua pergi ke dapur, berusaha untuk mengalihkan perhatian dari ketegangan yang mungkin muncul akibat malam sebelumnya.

Mereka membuat pancake dan menambahkan buah-buahan segar sebagai pelengkap. Sambil memasak, mereka bercanda dan tertawa, menikmati kebersamaan mereka. Joss merasa lebih ringan dan bahagia.

Setelah sarapan, mereka memutuskan untuk keluar dan berjalan-jalan di taman. Suasana cerah dan segar, dengan burung-burung berkicau dan bunga-bunga bermekaran. Mereka berjalan beriringan, tangan mereka saling menggenggam erat.

Saat mereka duduk di bangku taman, Joss mengamati sekeliling. “Aku merasa seperti kita telah memasuki dunia baru. Semua ini terasa lebih hidup sekarang,” ucapnya, senyum manis menghiasi wajahnya.

Gawin menatap Joss dengan penuh kasih. “Aku setuju. Aku ingin kita terus mengalami hal-hal baru bersama. Kita bisa mencoba hal-hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya,” sarannya, hatinya penuh dengan harapan untuk masa depan mereka.

Namun, saat mereka menikmati momen itu, Joss tiba-tiba teringat tentang pesta yang mereka hadiri. “Gawin, bagaimana jika kita diundang ke pesta lain? Apakah kamu masih merasa cemas?” tanyanya, ingin tahu tentang perasaan Gawin.

Gawin berpikir sejenak. “Aku merasa lebih baik sekarang, tetapi aku ingin kita tetap saling berkomunikasi. Jika kamu merasa cemas, kita bisa memilih untuk tidak pergi,” jawab Gawin, berusaha menjaga agar semua tetap terbuka.

“Mungkin kita bisa mengundang Book dan Dunk untuk datang ke sini. Aku ingin mereka tahu tentang kita,” ucap Joss, merasa bersemangat.

“Itu ide yang bagus! Kita bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman sambil bersenang-senang. Kita tidak perlu pergi ke pesta yang ramai,” Gawin menjawab, merasakan semangat Joss.

Mereka pulang ke apartemen dan segera menghubungi Book dan Dunk. Mereka sangat antusias dengan undangan tersebut dan langsung setuju untuk datang. Beberapa jam kemudian, apartemen mereka dipenuhi tawa dan kegembiraan saat Book dan Dunk tiba.

“Wow, kalian berdua terlihat sangat bahagia!” komentar Dunk dengan nada menggoda. “Apa yang terjadi? Apakah ada yang spesial semalam?”

Gawin dan Joss saling berpandangan, kemudian Joss mengangguk. “Kami sudah membahas banyak hal, dan kami siap untuk mengambil langkah lebih jauh dalam hubungan kami,” katanya, sedikit malu tetapi bersemangat.

Book dan Dunk saling bertukar pandang dengan senyuman lebar. “Kita harus merayakannya! Ayo kita bermain permainan dan bersenang-senang!” seru Book.

Malam itu, mereka menghabiskan waktu dengan bermain permainan, bercanda, dan berbagi cerita. Gawin dan Joss merasa lebih dekat satu sama lain dan dengan teman-teman mereka. Namun, seiring malam berlanjut, ketegangan yang pernah mereka rasakan mulai kembali muncul.

Saat mereka bermain permainan kartu, Dunk tiba-tiba menggoda Joss. “Jadi, apa yang kalian lakukan semalam? Kami penasaran!” tanyanya dengan nada jahil.

Joss merasakan wajahnya memanas, dan Gawin segera bersuara. “Kita hanya menikmati waktu bersama dan berbicara tentang hubungan kita. Tidak ada yang lebih dari itu,” Gawin menjawab, berusaha menjaga situasi tetap nyaman.

Tapi Dunk dan Book tidak berhenti menggoda. “Ayo, Joss! Jangan malu! Beri tahu kami semua detailnya!” Book ikut menambahkan, membuat suasana semakin seru.

Joss terpaksa tertawa dan berusaha mengalihkan perhatian. “Baiklah, baiklah. Mari kita bermain permainan lain!” ucapnya, berusaha meredakan ketegangan.

Namun, Gawin merasakan ketegangan di antara Joss dan teman-teman mereka. Dia tahu bahwa Joss sedang berjuang dengan rasa cemasnya, tetapi malam itu, Gawin bertekad untuk membuat Joss merasa nyaman dan percaya diri.

Setelah beberapa permainan, mereka memutuskan untuk bersantai. Gawin dan Joss duduk berdekatan, dan Gawin meraih tangan Joss. “Kau baik-baik saja?” tanyanya lembut, matanya penuh perhatian.

Joss mengangguk, tetapi Gawin bisa merasakan kecemasan yang tersembunyi. “Jika kamu merasa tidak nyaman, kita bisa berbicara. Aku di sini untukmu,” ucap Gawin, suaranya penuh kasih.

“Aku hanya merasa sedikit tertekan, tetapi aku akan baik-baik saja,” jawab Joss, meskipun perasaannya belum sepenuhnya stabil.

Gawin mengelus punggung tangan Joss. “Kita bisa mengambil waktu kita. Kita tidak perlu terburu-buru untuk menunjukkan kepada orang lain. Yang terpenting adalah bagaimana kita merasakan satu sama lain,” katanya, ingin memberi Joss kekuatan.

Dengan dukungan Gawin, Joss merasa lebih baik. Malam itu, mereka berbagi tawa, cerita, dan kedekatan, membangun kembali kepercayaan yang sempat goyah.

---

Trapped in Obsession🔞‼️ (Jossgawin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang