7. Suka anak kecil

405 104 395
                                    


Anu, jangan lupa vote comment kalau suka! Kalau gak suka jangan dibaca, jadi gak numpukin mata, yang baca kusus yang vote aja ya, muach >33

Allahumma shali ala sayyidina Muhammad.

***

"Siapa kamu?!" Tanya anak kecil itu dengan tangisannya.

Elnara membuang napas kasarnya heran. "Harusnya aku yang tanya sama kamu, Dek, ngapain ngetuk pintu rumah orang lain sembarangan? Ada masalah apa kamu? Kenapa kakakku sampai ketakutan."

"Kakakmu?" Tanya anak kecil itu.

Elnara mengangguk. "Ya, Kaheen. Dia Kakakku."

"DIA KAKAKKU!"

Deg.

Elnara terpaku diam, ia perlahan mengamati anak laki-laki di hadapannya.  "Jangan bilang... anak ini adalah anaknya Tante Lela, istri pertama Papa? Ibu kandungnya Kaheen? Jadi... selama 15 Tahun pergi... Ibunya Kaheen menikah lagi?"

Elnara yang awalnya bertenaga, kini sudah merasa tak berdaya. Kepalanya mendadak menjadi sangat pusing, kenapa keluarganya begitu terpecah berkeping-keping?

"Ikut aku." Elnara menarik tangan anak kecil itu menjauh dari rumah Zaheen, karena ia tahu bahwa Zaheen pasti belum siap menerima kenyataan seperti ini. Jangankan anak kecil ini, bahkan dirinya saja masih belum diterima penuh oleh Zaheen.

"Stop! Who are you! Please let me!" Elnara langsung terkejut saat tangan anak laki-laki itu berhasil terlepas dari genggemannya. Mereka sudah cukup berjarak jauh dari rumah Zaheen.

"Anak kecil, pinter banget Bahasa Inggris," celetuk Elbara, yang akhirnya ia tak lama kemudian telah menyadari sesuatu. Elnara menatap baik-baik anak laki-laki itu yang kelihatan bukan seperti orang Indonesia. Kulit putih, hidung mancung, logat bahasanya, pakaiannya yang terlihat mahal, bahkan dari wajah yang terlihat mirip blasteran luar negeri.

"Where are you from?" tanya Elnara dengan ragu.

"My Dad is German. And my Mom is from Indonesia. Kami menetap di sini. Tapi minggu lalu kami sempat pergi, dan baru kemarin kembali lagi. Aku tidak suka tinggal di sana, dan kembali ke sini karena ingin menemui seseorang. Aber du störst mich! (Tapi kamu menggangguku!)"

Elnara mendadak mematung saat mendengar bahwa kalimat akhir yang anak kecil itu ucapkan sepertinya adalah Bahasa Jerman. "Sialan ini anak. Kok kalimat jermannya agak ngelotot penuh benci gitu? Jangan bilang dia ngatain aku macam-macam!?"

"Heh bocah bule! Awas kamu ngatain aku macam-macam! Papa aku Tentara!" Ancam Elnara, dengan tatapan tajamnya.

Giovert Alaric. Dia membuang wajah masamnya dengan bersedekap dada. "Es ist mir egal (aku tidak peduli)"

***

Zaheen kini membuka pejaman mata, ia perlahan menyadari bahwa dirinya telah berada di kamar. Zaheen sedikit bergerak, membuka selimutnya, tapi ia urungkan saat pintu kamarnya dibuka oleh seseorang.

"Nak Heen." Terlihat sosok pria berkisar 40 Tahunan menghampirinya dengan membawakan nampan berisi setengah mangkuk bubur dan air hangat.

"Ternyata Bapak yang membawaku ke sini," lirih Zaheen, membuat pria itu terkekeh kecil.

"Iya, adik perempuanmu yang kasih tahu Bapak. Kamu pingsan di depan pintu. Kenapa, Le?" Le, di dalam Jawa panggilan Le di kenal dengan panggilan sayang orang tua khusus untuk anak laki-laki.

Detak-DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang