Beberapa hari telah berlalu, hubungan antara Vita dan Arzi semakin hari semakin intim dan mesra. Wajar saja pengantin baru yang masih hangat-hangatnya. Sehingga Vita hanya bisa menikmati momen romantis berdua setelah menikah, karena sebelum menikah ia dan Arzi, suaminya tidak pernah berkencan sebelumnya.
Apalagi bergandengan tangan layaknya pasangan kekasih, karena Vita mengenal Arzi, dari kedua orang tuanya yang menjodohkannya dengan laki-laki tampan itu.
Meskipun pernikahannya diawali dari perjodohan. Namun, Vita mencintai laki-laki yang saat ini sudah menjadi suaminya.
Entah sejak kapan hatinya mulai berlabuh ke Arzi, tetapi Vita merasakan kalau Arzi adalah suami yang tepat untuknya.
"Pakailah ini." ucap Arzi seraya meletakan paperbag berisikan dress yang sangat sexy namun sangat elegan.
"Kak Arzi, kita mau kemana?" tanya Vita saat suaminya itu menyuruhnya untuk berdandan.
Vita mengerutkan keningnya bingung. Selama sepekan ini, ia baru menyadari kalau Arzi menginginkan dirinya selalu tampil cantik dan sexy, meskipun harus dirumah tidak melakukan apapun.
Walaupun demikian, Vita tidak mempermasalahkan semua itu, karena Arzi selalu perhatian dan peduli kepadanya.
Arzi tersenyum sangat menawan, lalu ia melangkah mendekati Vita yang masih memegang paperbag pemberiannya. "Kita akan pergi kesuatu tempat. Anggap saja kita sedang berkencan." kata Arzi seraya mengecup kening Vita dengan lembut. "Kamu setiap hari makin cantik aja."
Vita tersenyum dengan pipinya seraya bersemu merah mendengar Arzi yang berkata seperti itu, dengan memperlakukannya sangat lembut.
"Mmm... baiklah. Kalau begitu aku mau ganti pakaian dulu." cicitnya pelan seraya menunduk malu.
Apa yang Arzi lihat. Membuat sudut bibirnya terangkat keatas membentuk sebuah senyuman tipis yang samar.
Vita melangkah pergi meninggalkan Arzi yang masih berdiri ditempatnya, memeperhatikan kepergian Vita menuju ke dalam kamar.
Ucapan Vita barusan, membuat Arzi beranggapan kalau istrinya itu seakan mengundangnya. Sehingga dengan cepat, ia melangkah menyusul ke kamar.
□■□■□
Saat Vita tengah membongkar pakaian yang Arzi berikan dari paperbagnya. Pintu kamar terbuka dan tertutup. Sontak hal itu membuat Vita mengerutkan keningnya, saat melihat suaminya mulai duduk menyilangkan kaki ditengah sofa, menatapnya seraya bersidekap.
"Ada apa, Kak?" tanya Vita bingung melihat Arzi seperti ini.
Ari tersenyum seraya mengangguk. "Pakailah pakaian itu dihadapnku, sayang."
"Hah, apa?" pekik Vita terkejut dengan ucapan Arzi barusan.
Berganti pakaian dihadapan Arzi? Degup jantung Vita semakin cepat tak terkendali, membayangkan betapa malunya, jika harus berganti pakaian dihadapan Arzi yang sedang duduk terdiam menatapnya.
Perkatakaan Arzi memang wajar, tidak ada yang salah, karena saat ini mereka berdua sudah sah dalam hubungan suami istri. Namun, tetap saja Vita sedikit canggung jika harus berganti pakaian dihadapan laki-laki, meskipun laki-laki itu adalah suaminya sendiri.
"Berganti pakaianlah dihadapanku, sayang. Aku mau melihat betapa sexy dan cantiknya istriku ini." ucap Arzi lembut dengan pesona yang luar biasa tidak terelakan.
Vita gugup mendengar perkataan Arzi barusan, walaupun ucapannya itu tidak ada yang salah, karena Arzi adalah suaminya. Sehingga apapun yang diinginkan suaminya itu, tetaplah dianggap normal, karena Arzi sebagai suaminya pun ingin melihat setiap istrinya lakukan.
Tanpa banyak membantah, Vita pun menghela napasnya dalam-dalam saat mengangguk sangat pelan. Kemudian pandangan matanya melirik ke dress yang diberikan Arzi padanya.
Dress berwarna peach soft dengan belahan dada rendah dan punggung yang terbuka lebar, membuat dress yang sepanjang betis itu dengan rok yang berjatuhan, layaknya princes saat menghadiri tamu undangan.
Vita sempat ragu melihat dress yang begitu cantik itu, kemudian ia menoleh menatap mata Arzi, suaminya yang masih diam memperhatikannya tampa suara. Menunggu dirinya berganti pakaian.
Vita membelakangi Arzi dan mulai membuka satu persatu pakaian yang melekat ditubuhnya. Saat ia kesulitan melepaskan pengait bra yang dikenakannya. Suara Arzi menghentikan tangannya yang ingin melepaskan pengait bra tersebut.
"Sayang... biar aku saja yang membukanya. Sepertinya kamu kesulitan."
Vita yang ingin segera menolak. Bibirnya kelu saat Arzi sudah berada dibelakangnya dan merapatkan tubuhnya ke punggungnya.
Bau parfume maskulin yang Arzi kenakan, menusuk kehidungnya. Entah kenapa, tangan Arzi bukannya melepaskan pengait bra yang dikenakan Vita. Justru bibir Arzi mengecup tengkuknya yang tidak ada penghalang sama sekali.
Bulu kuduknya meremang saat Arzi berbisik sangat lembut dan sangat sexy ditelinganya. "Kamu sangat sexy sekali, my wife. Namun, kamu lebih cantik dan jauh lebih sexy saat tidak mengenakan apapun. Aku suka melihat kamu dibawah kuasaku. Membuat kejantananku selalu ingin mengunjungimu, sayang."
Sontak Vita memejamkan matanya mendengar ucapan Arzi barusan. "Kak?"
"Apa? Kamu mau kita bercinta disini, sekarang?"
Vita menggelengkan kepalanya seraya menggigit bibir bawahnya sendiri, ketika kedua tangan kasar Arzi sudah berhasil melepaskan bra dan meremas payudara Vita dengan sangat erotis.
"Ssssssstttt...." desis Vita saat salah satu tangan Arzi sudah bermain diarea kewanitaannya. "Hentikan, Kak."
Arzi menyeringai saat Vita menggeliatkan tubuhnya seperti cacing. "Kamu mau mengikuti apa yang katakan, sayang?" tanya Arzi seraya mengecup leher istrinya.
"Hmmm...."
"Kalau begitu, aku ingin mulai dari sekarang, kamu jangan menggunakan pakaian dalam mulai saat ini. Aku suka kamu tidak mengenakan apapun seperti ini. Sehingga aku bebas melakukan apapun yanh aku mau."
Vita menggigit bibir bawahnya saat Arzi sudah mengangkat tubuhnya dan membaringkannya ke atas ranjang.
Mata Vita melihat Arzi yang tengah membuka satu persatu pakaiannya. Saat suaminya itu akan membuka boxer yang dikenakannya. Arzi menatapnya. "Sayang bisa lepaskan ini?"
"Hah?" pekik Vita terkejut.
Meskipun sudah sering kali ia melihat Arzi polos tanpa pakaian yang melekat ditubuhnya. Namun, tetap saja Vita masih gugup saat melihat kejantanan suaminya yang panjang dan besarnya melebihi batas kewajaran.
"Bukalah. Ini punyamu sayang."
Degup jantung Vita berdetak sangat cepat, saat ia sudah duduk dan akan melepaskan boxer yang Arzi pakai.
"Kamu harus menuruti apa yang aku inginkan, Vita, sayang. Sekarang kamu istriku, tugasmu sekarang melayani kebutuhan suamimu. Jadi, aku tidak ingin mendengar bantahan ataupun penolakan. Aku akan selalu mencintaimu dan menyayangimu."
Vita mendongak melihat wajah Arzi yang tengah tersenyum seraya mengatakan hal demikian. Ia pun hanya bisa mengangguk pelan dengan wajah berseri.
Vita membayangkan rumah tangganya akan sangat bahagia bersama Arzi, suaminya. Walaupun dengan peraturan yang dibuatnya. Meskipun demikian, Vita merasa sangat senang, karena Arzi akan selalu seperti ini bersamanya.
"Lakukanlah."
Vita menghela napas panjangnya dalam-dalam, saat ia perlahan membuka boxer yang tersisa ditubuh Arzi, suaminya.
Mata Vita membulat sempurna, melihat kejantanan Arzi yang sudah mencuat didepan wajahnya, hanya tinggal beberapa senti saja.
"Aw." pekik Vita terkejut saat ujung kejantanan Arzi menyentuh hidungnya.
Arzi menyeringai. "Sebelum pergi, aku ingin kita bercinta dengan sangat panas."
□■□■□
Salam Hangat
(Wanda Niel)
IG : wanda_niel25
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret My Husband 🔞
Ficción GeneralWARNING!! 🚫 21+ ⛔Sebagian Part Diihapus!!!⛔ Tersedia di Playstore & Play Books!! [Bijaklah dalam membaca] Banyak Adegan Yang Tidak Sepantasnya Dibaca dibawah umur! Jadi Bijaklah dalam membaca!! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!! ⛔ ...