44. this is all too sudden

2.4K 152 1
                                    

Hari mulai sore, Callum dan Asher masih asik bermain golf sambil sesekali bercanda. Tawa mereka terdengar samar di antara suara benturan bola golf. Margaret muncul dari arah rumah, melangkah ringan menghampiri mereka.

"Kalian pulang yuk?" ajak Margaret lembut sambil tersenyum. Ia langsung merangkul tangan Asher dengan hangat. "Asher, malam ini nginap di rumah ibu kan?"

Asher tersenyum canggung, belum sempat menjawab. Callum menyeringai melihat ekspresi Asher yang ragu, lalu berbisik pelan, "Tenang saja, ibu nggak akan ngegigit."

Asher tertawa kecil, namun sebelum ia bisa memberikan respon yang jelas, langkah berat terdengar dari arah belakang Margaret. Seorang pria paruh baya dengan postur tegap dan tatapan tegas muncul di ambang pintu. Mr. Edwards, ayah Callum, berdiri dengan tangan terlipat di dadanya, memandang mereka dengan mata yang tajam.

"Ah, rupanya kalian masih di luar," suaranya dalam dan berat. "Callum, sebaiknya kalian bersiap. Ada beberapa hal yang perlu kita bicarakan di meja makan malam ini."

Asher menegang sedikit mendengar nada serius Mr. Edwards, merasakan atmosfer berubah. Callum, yang biasanya santai, mengangguk tanpa banyak bicara.

"Baik, Ayah," jawab Callum singkat sebelum melihat Asher sejenak, seolah meminta pengertian.

Margaret, seolah bisa merasakan ketegangan di antara mereka, menepuk tangan Asher. "Jangan khawatir, sayang. Kamu pasti akan menyukai makan malam bersama kami."

Asher hanya bisa tersenyum tipis, berharap makan malam itu tak akan seberat yang ia bayangkan.

Setelah mereka selesai bermain golf dan berjalan menuju area parkir, Mr. Edwards sudah menunggu di samping mobilnya. Begitu melihat Margaret mendekat, ekspresinya langsung berubah serius.

"Margaret, kamu naik sama aku, ya. Kita bicarain beberapa hal penting di perjalanan," katanya dengan suara lebih lembut dari biasanya, tapi jelas ingin memastikan Margaret duduk di mobilnya.

Margaret langsung tertawa kecil, tidak mengindahkan nada serius suaminya. "Tidak, aku mau semobil sama Asher. Kita kan jarang ngobrol," jawabnya ringan sambil melingkarkan tangannya ke lengan Asher.

Mr. Edwards tampak tak terima. "Tapi… tapi sayang, aku kan gak sering-sering minta ini. Aku gak suka kamu di mobil lain sementara aku sendirian," katanya, nadanya mulai terdengar seperti rengekan.

Margaret, seolah tak terpengaruh, hanya mengibaskan tangannya seolah-olah membuang permintaan suaminya jauh-jauh. "Ah, sudah lah. Kamu bisa sendiri, kan? Lagi pula, ada yang namanya telepon kalau benar-benar penting," jawabnya tanpa ekspresi, melirik ke arah Asher sambil tersenyum kecil.

Mr. Edwards menatap Margaret, bingung sejenak, lalu kembali mencoba. "Tapi... tapi kita kan bisa ngobrol di jalan. Masa aku sendirian?" Kali ini suaranya terdengar sedikit lebih seperti anak kecil yang sedang ngambek.

Callum, yang sudah mendengarkan cukup lama, tidak bisa menahan diri dan tertawa kecil. "Ayah, kita semua menuju tempat yang sama, santai saja," katanya, berusaha menutup situasi canggung itu.

Margaret, tak peduli, melangkah menuju mobil Callum bersama Asher. "Ayo, sayang. Duduk di belakang saja, biar kita bisa ngobrol lebih nyaman," katanya ceria, tak sedikit pun menoleh ke arah suaminya.

Mr. Edwards hanya bisa mendesah panjang, menyadari usahanya sia-sia. Akhirnya, ia masuk ke mobilnya sendiri dengan wajah masam, sementara Callum menyalakan mesin, menahan senyum geli saat melihat ibunya begitu santai.

Perjalanan pulang diisi dengan obrolan santai di antara Margaret dan Asher di jok belakang, sementara Callum diam-diam tersenyum di kursi pengemudi, mendengarkan ibunya yang selalu tahu cara menjaga suasana tetap hangat—meski tanpa sedikit pun mempedulikan rengekan Mr. Edwards tadi.

Caught in boss's grip (BL, END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang