Ϲһα⍴tᥱr 56

2 1 0
                                    

"Mayat yang kalian kremasi bukanlah mayatku. Melainkan mayat seseorang saat itu. Aku sebenarnya selamat. Setelah ayah menyelamatkan mu, aku mencari jalan keluar sendiri lewat jendela dan lompat ke bawah. Pada saat aku ingin menghampiri kalian, aku melihat ibu yang menangis karena ayah tidak membawaku. Dan di sana aku juga mendengar ayah mengatakan bahwa aku sudah tidak bisa di selamatkan, "

"Tidak bisa di selamatkan? Aku bisa terselamatkan Leyna kalau ayah emang niat mau menyelamatkan ku. Tapi di sini jangankan menarik ku, melawati kobaran api yang besar untuk menyelamatkan ku saja ayah tidak mau, "

"Vey, ayah itu pasti ingin menyelamatkan mu. Tapi-"

"Tapi apa? Dia takut api? Menyelamatkan ibu saat dalam kondisi tertembak saja ayah bisa. Tapi aku? Sudahlah Leyna. Apapun penjelasan dari mu, aku tidak peduli, "

"Lupakan semuanya kak. Ayo ikut bersama ku, kita pulang ke rumah, "

"Tidak Ley. Aku sudah bahagia tinggal sendiri, "

Veyna tidak bisa membujuk saudari kembarnya lagi. Dia mengusap air matanya dan menatap ke arah Jay yang dari tadi duduk di sampingnya. "Vey. Setidaknya kau berkenalan dengan adik kita, " ucap Leyna. Veyna melirik ke arah Jay dan tersenyum sambil memanggilnya pelan.

"Hai anak baik, "

"H-hai, "

"Tidak usah takut. Aku sama seperti kakakmu. Aku juga kakakmu, "

"Mijay. Dia kembaran kakak, dan dia juga kakakmu. Kakak kandungmu, "

"Benarkah? Tapi kenapa ayah dan ibu tidak pernah menceritakan soal dirimu?"

"Em kamu masih kecil dik. Belum saatnya kamu tau semuanya, "

Singkat cerita, mereka semua kembali menghabiskan waktu bersama untuk mengobati kerinduan mereka masing-masing. Hingga tiba-tiba ponsel Leyna berdering dan rupanya itu adalah panggilan dari ibunya.

"Hallo ibu?"

"Kau dimana nak?"

"A-aku. Aku sedang dalam perjalan pulang, "

"Oh kalian sudah mau pulang? Maaf ya nak ibu baru saja selesai acara, "

"Iya ibu tidak apa-apa. Ibu langsung pulang saja. Sebentar lagi kami pulang, "

"Ya sudah. Hati-hati di jalan ya sayang, "

"Iya ibu, "

"Apa kalian sudah mau pulang?" Tanya Veyna saat Leyna mematikan panggilan telfon dari ibunya.

"Iya Vey, aku dan Jay harus segera pulang, "

"Ya sudah hati-hati di jalan. Berkunjunglah sesuka kalian, aku pasti ada di rumah kecuali jam kerja, "

"Baik Vey, " mereka pun pamit dan segera pulang ke rumah. Leyna juga meminta Mijay untuk tutup mulut mengenai Veyna pada keluarganya.

----------------

Malam harinya, di kediaman keluarga Zyan. Kirana dan Calianna sedang bersembunyi seperti menunggu seseorang. Benar saja dari atas nampak Candra dengan pakaian rapinya sedang berjalan turun sedikit tergesa-gesa.

"Kau mau kemana Candra?"

"Aku mau keluar dinner sama Selin ayah, "

"Candra. Ada yang ayah ingin katakan padamu, "

"Apa itu ayah?"

"Maaf sebelumnya. Ini mengenai hubungan mu dengan Selin, "

"Ah iya ayah tidak apa-apa. Katakan saja, "

"Kau boleh menikah dengan Selin nanti asalkan kakakmu Bella sudah lebih dulu berumah tangga, "

"Ayah. Aku juga belum memikirkan pernikahan itu. Aku masih ingin menghabiskan masa muda ku dengan kalian semua, dan ayahnya Selin juga meminta waktu agar Selin bisa mewujudkan impian nya dulu baru menikah, "

"Ya sudah ayah. Apa Candra sudah boleh berangkat?"

"Iya sana. Hati-hati kamu membawa wanita malam-malam, "

"Iya ayah, " jawab Candra sambil berjalan turun dari tangga. "Maafkan ayah nak. Maksud ayah hanyalah agar kamu dan seluruh saudarimu tidak bernasib sama dengan ayah dan ibu mu, " batin Zyan.

Singkat cerita, Candra kini berada di depan rumah menunggu Selin keluar. Tak berselang lama Selin keluar dengan pakaian tertutup namun tampak elegan. "Kau tidak suka melihat ku berpakaian terbuka bukan?" Tanya Selin. "Kau cantik sekali, " ucap Candra memuji kecantikan Selin. "Kau juga tampan. Apalagi saat menjadi supir, " ucap Selin yang sedikit mengejek sambil berjalan duluan ke mobil. Saat di mobil, Candra memberikan paper bag yang isinya casing baru untuk ponsel Selin. Karena warna dan motif nya sangat bagus, Selin menyukainya sampai dia excited untuk mengganti casing ponselnya dengan yang baru.

"Eh Can? Casingnya kebesaran. Tidak cocok dengan ponsel ku, " ucap Selin yang sedikit cemberut.

"Oh ya? Em gimana sama ini? Cocok gak?" ucap Candra yang memberikan paper bag lainnya. Selin membuka isinya dan sedikit kaget ketika mengetahui bahwa di dalamnya ada ponsel baru.

"I-ini?"

"Kenapa? Masih tidak cocok? Kalau begitu kita ke store nya langsung mencari yang cocok, "

"Ti-tidak. Ini sudah cukup. Terima kasih sayang, "

"Apa?"

"Hum? Makasih, "

"Setelah itu?"

"Ohh terima kasih sayang, "

Candra tersenyum mendengar kata-kata itu pertama kali terucap dari mulut Selin. Mereka lalu segera pergi untuk melakukan dinner bersama.

----------------

Beberapa hari kemudian, malam itu Leyna baru saja pulang dan menghampiri ayah ibunya di kamar.

"Leyna? Kemari nak, "

"Kau baru pulang?"

"Iya ayah, aku baru saja tiba. Apa aku menggangu kalian?"

"Tidak nak. Katakan ada apa?"

"Ayah. Tabungan Leyna mungkin sudah cukup, jadi apakah boleh Leyna membeli rumah?"

"Untuk apa rumah itu nak? Apakah rumah ini kurang nyaman untukmu?"

"Bu-bukan begitu ayah. Aku ingin mempunyai hasil dari kerja keras ku, dan rumah itu nantinya akan menjadi investasi ku di masa depan. Apakah boleh?"

"Suamiku. Biarkan dia membeli rumah. Lagipula tujuannya juga untuk masa depan nya, bukan untuk main-main, "

"Ya sudah. Kalau begitu persiapkan saja uang mu. Ayah akan mencarikan rumah itu untukmu. Kalau kurang nanti ayah bantu, "

"Yes. Makasih ayah, aku mencintaimu, " ucap Leyna yang mencium pipi ayahnya begitu juga dengan pipi Velyn. Setelah itu Leyna segera ke kamarnya untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk tidur. "Maafkan aku ayah, ibu. Rumah itu nantinya akan ku berikan pada Veyna agar dia tidak tinggal di rumah kontrakan dan tidak perlu repot membayarnya lagi, " batin Leyna.

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang