Happy Reading
.
.
.÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Hari pertama perkuliahan tak menjadikan kutub Utara dan istrinya mencair. Bianca menahan pergelangan tangan Citra. Hal mengejutkan tersebut mengundang kernyitan di kening Citra.Di depan para mahasiswanya yang lain, Bianca menahan Citra seperti layaknya teman dekat. "Aku anterin pulang ya," kata Bianca.
Belum pernah Citra mendengar kalimat seberani itu di depan teman teman kelasnya. Citra menjadi kikuk di depan kelas karena momen awkward yang diciptakan Bianca.
"T-tapi aku ada kelas-" elak Citra sembari tergagap menahan desiran hebat di tubuhnya. Hatinya memang menolak Bianca namun tubuhnya bereaksi berlawanan. Seolah tubuhnya menerima segala signal cinta Bianca.
"Kelas bersamaku ini adalah kelas terakhir dijadwalmu. Aku telah mengeceknya," ucap Bianca membuat Citra speechless.
Ia terdiam karena Bianca telah bergerak sejauh itu untuk mendapatkan waktunya. Pemaksaan yang tak dapat ditolak oleh Citra. Apalagi jika mengingat perjuangannya siang bolong berjalan kaki menuju kos. Ia berfikir untuk memberi kesempatan pada Bianca.
Tak sabar akan jawaban Citra, Bianca memutuskan langsung menggenggam pergelangan Citra. Ia menarik lembut tangan istrinya dan mengajaknya untuk pulang. Ia begitu kegirangan saat menyadari bahwa Citra tak menolak lagi.
Perlakuan manis ia berikan pada istrinya, tak terkecuali membukakan pintu mobilnya. Lalu ia memastikan sabuk pengaman terpasang dengan benar sebelum ia melajukan mobilnya. Tatapan Citra penuh dengan rasa penasaran dan bimbang. Ia menerka nerka apakah yang dilakukan Bianca sekarang tulus atau tidak.
Keheningan membersamai mereka selama perjalanan. Tiba tiba diganggu oleh dering ponsel Bianca yang berada diantara kursi mereka. Citra dapat menangkap siapa yang menelpon Bianca, itu adalah manager di perusahaannya. Jelas terlihat di nama kontak yang diberikan Bianca menggunakan title di dalam perusahaan yang sedang ia pimpin.
Tak berniat menjawab panggilan penting itu, Bianca justru mematikan ponselnya. Iapun berkata, "Maaf telah menimbulkan suara nyaring dari ponselku,"
Damn. Citra kembali mendapatkan kata maaf dari hal sepele yang bahkan tak perlu dipermasalahkan karena itu adalah hak Bianca. Citra menoleh pada Bianca kebingungan.
"Kenapa tidak dijawab ?" rasa penasaran Citra begitu tinggi terhadap sikap menarik Bianca.
Ia dibuat speechless akan jawaban Bianca. "Waktu bersamamu adalah hal yang berharga, aku tidak ingin apapun atau siapapun menganggunya."
Aneh. Selama ia hidup, Citra belum pernah mendapatkan jawaban sedewasa itu. Bersama Bianca, ia dihormati. Dengan Bianca, ia diperlakukan dengan baik layaknya princess. Setiap tutur kata Bianca mengandung arti yang dalam hingga membuat Citra mampu tersenyum.
Citra menatap Bianca penuh arti. Ia bertanya tanya apakah perasaannya semakin kuat pada Bianca. Apakah rasa cintanya dan tulusnya semakin bertumbuh subur. Atau ia terlalu bodoh hingga akan mempercayai omong kosong Bianca ini.
Citra terkekeh geli. "Lanjutkan dramamu, aku menyukainya." ucap Citra berkomentar.
Bianca menghela nafas beratnya mendapatkan ucapan demikian dari orang yang ia cintai. Sekuat hati ia meluaskan kesabaran untuk meluluhkan sang istri. Ia memilih diam selama perjalanan.
Bianca mengantar Citra sampai ke depan pintu kamar. Tatapan keduanya bertemu cukup lama dan intens. Bianca tak sengaja menangkap cincin pernikahan yang masih tertaut di jari manis Citra. Ia tersenyum melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Wife (GXG)
Romance⚠️Love Story GXG⚠️ Bianca William Sean Citra Azalea ❗Homophobic jauh jauh❗ Sinopsis: Siapa yang menyangka bahwa alur kehidupan Citra berjalan sangat indah dibalik kesengsaraannya sebelum masuk ke bangku perkuliahan. Kehidupannya berubah 180° setelah...