Bab 1 : Ashley Winata

29 4 0
                                    

"Ash! Lo gila ya, bisa-bisanya lo bikin novel sakit kek gitu. Masih waras lo?!"

Teriakan marah dari seberang telepon tak membuat raut ketenangan seorang gadis cantik dengan surai pirang pucat yang sedang fokus melihat drama di laptopnya terganggu sedikitpun.

Malah raut gadis itu terkesan tak peduli dan acuh mendengar omelan dari temannya itu.

"Eh lo denger gak sih, gue ngomong!"

Lagi-lagi suara jengkel itu terdengar yang membuat gadis yang dipanggil Ash itu mendesah dan memutar matanya malas.

"Berisik lo, lagian itu cuma novel doang. Cerita fiktif alias gak nyata, jadi gak usah heboh deh Lin."

Matanya kembali beralih pada layar laptopnya setelah melirik ponselnya sejenak.

"Ashley Winata.. Denger baik-baik ya, gimana gue gak heboh kalo tiap kali lo buat novel ceritanya selalu angst kalo gk gitu tragedi. Yang lebih parahnya lagi pasti bad ending! Gue sebagai pembaca setia lo jadi ikutan greget tau!"

"Ya tinggal berhenti bacalah, gitu aja repot."

Gadis dengan surai pirang pucat itu membalas tanpa riak emosi sedikitpun diwajahnya. Gadis itu hanya berpikir kalau Alin temannya itu terlalu berlebihan menanggapi isi cerita novelnya.

"... Hah.. Lo emang bebal banget ya, heran gue kenapa juga banyak peminat pembaca novel lo. Pokoknya gue gak mau tau, setelah ini lo kudu bikin novel penyembuhan biar adem dikit hati gue!"

Gerakan jemari gadis itu terhenti saat mendengar ucapan temannya itu, tatapannya kosong saat memikirkan tentang membuat novel penyembuhan yang dipenuhi adegan manis didalamnya.

"Terserah."

Malas berdebat, gadis itu memilih menjawab seadanya tanpa berpikir jauh meski dalam hati ia tak akan melakukannya. Selain karena itu adalah ciri khasnya, menulis novel sakit adalah hobi dan sarana pelampiasannya.

"Huft... Oh iya, novel terbaru lo yang Drowning in the Dark, itu sih yang paling parah menurut gue, pokoknya sakit banget tuh novel apalagi pemeran utama prianya. Lo kek orang gak punya hati buatnya Ash."

Tut

Sambungan telepon terputus dan gadis surai pirang pucat itu hanya diam masih dengan layar laptop menyala menampilkan drama yang tadi ia tonton.

"Mereka cuma sekedar karakter, kenapa sampe baper gitu. Yang penting kan pesan yang pengen gue sampein disana. Gimanapun juga faktanya dunia itu kejam, tak segampang itu berjalan sesuai keinginan masing-masing."

Ashley berbaring telentang diatas kasurnya, bisa ia lihat langit-langit kamarnya yang gelap namun penuh gambar bintang disana.

"Bagaimanapun juga mereka hanya karakter yang dibuat." Ucapnya lagi seolah meyakinkan dirinya sendiri.

•••

Ashley Winata, gadis akhir remaja SMA itu sekarang tengah sibuk berjalan menuju arah halte yang dekat dengan sekolahnya. Sekarang waktu pulang sekolah dan setelah menemani Alin menunggu jemputan, gadis cantik itu berjalan santai ke halte untuk menunggu bus menuju arah rumahnya.

Langkahnya terhenti saat matanya tak sengaja melihat seekor kucing yang tengah menjilati bulunya di atas trotoar. Tatapannya menatap agak lama sebelum akhirnya beranjak pergi saat melihat sebuah bus telah tiba. Dengan tergesa dia menghampiri bus itu dan segera pulang.

Setibanya dirumah, Ashley segera mengganti seragamnya dan melihat buku bersampul hitam diatas meja belajarnya. Ia menyambarnya dan keluar dari kamar.

Ashley pergi ke taman dekat rumahnya dan mulai membuka novel yang dibawanya.

'Drowning in the Dark'

Itu adalah novel buatannya, sekaligus novel yang sempat disinggung Alin di telepon. Bukan apa Ashley memilih membaca novel itu, hanya saja gadis itu tengah mencoba mengatur pikirannya yang tengah rumit dan memilih membacanya.

Beberapa saat seseorang muncul dan duduk disebelahnya yang membuat Ashley mengernyit agak tak suka, dia paling risih dengan orang asing yang mendekat padanya.

"Lo juga baca novel itu?"

Suara itu terdengar agak kasar dan tinggi membuat Ashley semakin mengerut tak suka. Gadis disampingnya sangat mengganggu.

"Tau gak, sebenarnya novelnya bagus banget loh, tapi isinya terlalu sakit dan akhirnya bikin jengkel juga. Sebenarnya apa sih yang dipikirin penulis saat buatnya." Gadis asing itu memasang wajah penuh emosi saat terus mengeluh membicarakan novel yang dipegang Ashley.

Cerewet

Itulah pikiran Ashley saat mendengar gadis yang sepertinya seusianya itu mengoceh tanpa henti. Ashley bahkan tak mengucapkan sepatah katapun namun gadis itu berbicara panjang lebar hingga membuatnya tak nyaman.

"Gue harap tuh penulis ngerasain kayak apa penderitaan mereka apalagi pemeran utama prianya, biar dia mikir ulang kalo mau buat cerita kek gitu lagi."

Setelah itu gadis itu berdiri dan melenggang begitu saja meninggalkan Ashley dengan tanda tanya dikepalanya.

"Orang aneh."

Ucapnya menggerutu dan kembali melanjutkan membaca novelnya lagi.

Hari makin sore dan Ashley yang baru saja menyelesaikan bacanya akhirnya beranjak pergi meninggalkan taman yang mulai ramai dengan berbagai pasangan maupun keluarga.

Dalam perjalanan, Ashley mendapati dirinya agak pusing dan sedikit memijat pangkal hidungnya sejenak.

Setelah merasa lega, Ashley kembali berjalan namun tiba-tiba sebuah tarikan kuat pada tubuhnya membuatnya kehilangan keseimbangan dan berakhir terjatuh.

Namun sebelum itu Ashley sempat melihat lubang misterius yang menariknya kedalamnya.

•••

Bruk

Ashley meringis mendapati pantatnya nyeri akibat permukaan kasar dimana dirinya mendarat sambil terduduk.

Mencoba bangkit dan tak lupa meraih buku novelnya yang tergeletak di tanah, Ashley melihat sekelilingnya dengan bingung. Hanya ada pepohonan besar disekelilingnya yang asing dimatanya.

Yang lebih mengejutkan dari itu semua, tepat didepannya berdiri menjulang satu-satunya bangunan yang berdiri disana.

Itu adalah sebuah mansion.

Mansion besar yang belum pernah ia lihat sekalipun dihidupnya. Mansion itu terlihat mewah namun sepi.

Ashley menatap kosong pemandangan didepannya dan tanpa sadar berucap.

"What the fuck!"

Dimana dia berada sekarang, tempat ini sangat asing dimatanya. Bukankah tadi dia masih berada di komplek rumahnya?!

Belum juga kejutannya selesai, tiba-tiba dibelakangnya ada seseorang yang dengan cepat menodongkan sebuah pistol tepat disamping kepalanya.

"Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini sendirian. Apa kau seorang mata-mata? Jawab sekarang!"

Suara itu rendah dan sangat dalam membuat Ashley merinding seketika. Meski wajahnya masih tetap tenang, tak dipungkiri dalam batinnya ia tengah ketakutan.

Mencoba mengangkat tangannya untuk meraih tangan kekar yang melingkari bahunya, Ashley terhenti saat mendengar suara dalam penuh ancaman itu lagi.

"Bergerak dan kau mati."

"Jawab jujur atau aku akan menghancurkan kepala kecilmu ini." Bisiknya tepat di telinganya.

Ashley menelan ludah gugup karena ancaman itu, pikirannya tengah ribut disertai kepalanya yang berdengung.

"G-gue-"

Belum sempat Asley menyelesaikan ucapannya, gadis cantik itu kehilangan kesadaran tepat dipelukan orang asing menyeramkan entah siapa itu.

"... "

Pemuda yang tengah menopang Ashley itu mengernyit mendapati targetnya tak sadarkan diri.

Karma Penulis NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang