Don't be sad

764 82 0
                                    

"Aku pikir kalian tidak akan mau berbicara padaku lagi setelah apa yang kakakku perbuat yang aku tahu pasti membuat kalian kecewa"

What???

Mana mungkin? Kami tidak mungkin berbuat jahat seperti itu.

"Kau ini bicara apa, sih Waliyha? Kau masih tetap kami anggap seperti adik kami sendiri. Dan walaupun kakakmu sedikit membuat kami kecewa, tapi dia tetap teman kami" seperti biasa, Liam selalu bersikap bijak.

"Benar kata daddy kami. Kau tidak perlu khawatir. Kita masih saudara" timpal Louis.

"Benarkah itu, Louis? Dan oh... aku sudah membaca berita yang beredar tentang kau dan Zayn. Aku jadi sedikit sedih" ucap Waliyha yang kini menundukkan kepalanya.

Aku menepuk pundaknya dan berkata, "tidak ada yang perlu disedihkan. Kami menghargai keputusan kakakmu dan walaupun awalnya kami sedikit tidak terima.. mm...mungkin banyak. Tapi, tenang saja. Kau masih adik kami. Ya, kan?" Aku menatap Waliyha lalu berpindah ke satu persatu teman-temanku.

"Aw...kalian memang yang terbaik" ucap Waliyha, lalu kami semua berpelukan ala teletubies.

"Baiklah. Kalau begitu aku pamit karena temanku pasti sudah menungguku" pamit Waliyha dan kami balas dengan anggukan dan pelukan singkat.

***

Kami beristirahat di backstage yang diselimuti oleh keheningan. Tidak satupun dari kami yang membuka percakapan. Kami hanya sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Entah mengapa sejak keluarnya Zayn, kita lebih sering menghabiskan waktu sendiri-sendiri. Jarang ada lelucon lagi yang dibuat oleh Niall. Karena kalian tahu sendiri Niall sangat akrab dengan Zayn dan mereka sudah seperti saudara. Aku tahu dia masih belum bisa terima kenyataan saat ini.

"Guys, aku sepertinya tidak ikut kalian ke London" Akhirnya Louis membuka suara.

"Ugh...Memangnya kau mau kemana? Ugh..." Tanya Niall yang daritadi sibuk mencoba membuka bungkusan chipsnya. Namun, nihil.

"LA" jawab Louis singkat.

"Hanya itu kau tidak bisa membukanya. Kemarikan, Ni... kau mau ngapain di LA, Lou?" Liam mengambil alih chips Niall dan mencoba membukanya.

"Entah. Jalan-jalan, mungkin"

"Aku ikut" ucapku. Entah mengapa aku jadi ingin jalan-jalan ke LA.

Louis mengangguk, berdiri dari duduknya, dan berjalan entah dia mau kemana.

"Jadi, hanya aku dan Niall saja yang akan ke London?" Tanya Liam.

"Siapa yang akan memasakkanku nanti?" Niall mulai merengek. Aduh, bener juga yah. Bagaimana kalau Niall mati kelaparan? Ah, itu terlalu berlebihan.

"Kau bisa meminta tolong pada Liam. Atau kau bisa mencari tutor memasak di Internet" usulku.

"ah...Kau tahu kan kalau Liam tidak bisa memasakkanku lasagna? Dan aku juga malas kalau harus belajar memasak" ucap Niall yang dibantu oleh anggukan Liam.

"Kau ini ribet sekali. Aku hanya beberapa hari dan kau bisa memesannya, kan?" Usulku lagi.

Niall menghembuskan napas berat dan menyandarkan punggungnya di kursi. "Aw..seandainya masih ada Dj Malik"

"Niall!!!" Sontak aku membentaknya. "Bukan saatnya untuk kita membicarakan itu. Jangan mulai lagi, Ni. Semua akan tetap baik-baik saja tanpanya" pun aku berdiri dari dudukku dan hendak meninggalkan mereka berdua. Namun, aku bergeming saat Niall kembali membuka suara.

"Bukankah kau mengatakan pada Waliyha bahwa—"

"Cukup, Ni. Bagaimana jika Louis mendengarnya? Ini bisa kembali memperburuk semua. Fokuslah pada apa yang harus kita kerjakan. Lupakan yang ada di belakang" aku kembali membentaknya. Ada sedikit perasaan bersalah. Tapi, aku juga benar-benar tidak mau jika ada pertengkaran lagi jika Louis mendengar perkataan Niall tadi. Louis sebenarnya masih marah pada Zayn. Sangat, sangat marah. Dan dia sudah tidak mau lagi jika salah satu diantara kami membahasnya lagi. Walaupun tadi kami sempat bertemu dengan Waliyha, adik Zayn, aku bisa melihat Louis yang berusaha sebisa mungkin untuk tetap terlihat baik-baik saja.

Pun aku meninggalkan Liam dan Niall yang masih diam pada posisi mereka. Aku sempat melihat Niall yang menutup kedua matanya. Mungkin dia sedikit kesal atas bentakanku tadi karena dia memang selalu berharap Zayn masih ada bersama kami.

Akupun begitu, Niall. Aku ingin One Direction  yang dulu.

Akupun keluar dari backstage, berniat mencari udara segar. Walaupun ini sudah malam dan udaranya juga sangat dingin.

TBC. yuhuuu^^

Sebenarnya kalian sadar gak kalau alur SS ini aku miripin sama news tentang 1D dan Zayn? Gak semua sih emang aku ngikutin berita mereka dan nanti akan ada kejutan(maybe) di chapter yang berikut-berikutnya.
-> Happy Reading!

I'm Sorry, Guys! (Zayn Malik FanFic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang