Lagi mau nyoba dengan hanya satu part.
Selamat membaca
Enjoy!
--
.
.
.
.
.
Menikah dengan orang yang aku cintai adalah impianku. Tapi, mulai sekarang itu hanyalah mimpi yang tidak akan muncul di kehidupan nyataku. Papa melarangku. Melarangku menikahi orang yang aku cintai dan yang mencintaiku. Aku sudah dijodohkan dengan orang yang bahkan tidak pernah kulihat.
Sesak. Itu rasanya saat aku diberitahu hal itu. Pergi tanpa salam, itu yang sedang kulakukan sekarang. Membawa mobil yang menjadi salah satu saksi perjalanan cintaku. Menangis, itu hal yang sangat tabu untukku. Dan sekarang aku menangis. Mengingat bagaimana perjalanan cinta yang sudah aku lalui bersamanya selama lima tahun terakhir ini.
Devan. Lelaki itu adalah lelaki satu-satunya yang menyita perhatianku sejak aku baru saja masuk sekolah menengah atas. Dia, kakak kelasku. Satu tahun diatasku. Dengan sikap cuek yang dia punya, dia berhasil membuatku penasaran. Kukira hanya sekedar penasaran, tapi aku salah. Aku telah masuk dalam jeratannya. Melihat dia selalu ramah pada Alen – yang dulu pernah menjadi pacarnya, membuatku marah. Sakit.
Kemudian pada suatu masa, dia pisah pada pacarnya. Aku bahagia. Jahat memang.Tetapi melihat dia sedih saat itu, hatiku kembali sakit. Melupakan tatapan para perempuan yang menatapku seolah olah merendahkanku untuk berada disampingnya, aku mendekatinya. Membantunya pergi dari masa lalunya dan membuat dia bahagia.
Berselang waktu, aku diminta untuk menjadi kekasihnya. Senang? Sangat. Bahagia? Sangat. Tidak ada yang dapat melukiskan rasa bahagia ku saat itu. Penantianku tak berakhir dengan tragis. Aku menerimanya dan kami melewati hari bahagia kami menjadi sepasang kekasih sampai akhirnya pada hari ini. Hari yang baru saja membuat diriku jatuh ke dasar jurang yang dalam.
Mataku kembali penuh dengan air mata dan membuatku susah untuk melihat kedepan lagi. Sebelum aku mengusap mataku, aku merasakan mobil yang aku kendarai menabrak sesuatu dan semuanya sekarang gelap.
***
Mataku tak dapat dibuka, tetapi aku mendengar banyak orang memanggilku. Mama dengan jeritannya, papa dengan suara beratnya, kakak perempuanku dengan tangisannya dan kurasakan juga ada suara Devan yang terkesan lirih menyeru-nyerukan namaku. Ada apa? Aku ada dimana? Mengapa mataku tak dapat dibuka?
Seseorang menggenggam tanganku yang baru kusadari ternyata sakit. Sudah tak kurasakan adanya suara suara tadi. Bukan aku kembali melamun tapi memang sudah tak ada lagi. Mungkin mereka pergi.
"Nina." Suara Devan yang sudah kukenali itu memanggilku. Ingin rasanya aku memeluknya. Menumpahkan segala rasa sayangku yang teramat besar itu.
"My queen" Devan kembali memanggil. Queen memang adalah panggilan sayangnya untukku. Dia mengatakan bahwa aku adalah ratu dihidupnya sekarang saat aku tanya mengapa aku dipanggil itu.
"Jangan pergi." Suara yang sangat aku suka dari orang yang paling aku cinta itu terdengar lirih.
"Jangan tinggalin aku. Atau lebih tepatnya jangan tinggalkan keluargamu. Aku mau kamu bangun, my queen. Kamu mau apa? Akan kukabulkan tetapi kamu harus bangun. Mau mengikuti perjodohan itu? Aku akan berusaha ninggalin kamu walau aku tak sanggup bila kamu mau. Aku mau kamu buka mata kamu. Aku mohon, Nina." Aku gak mau perjodohan itu, Dev, pekikku dalam hati karena susah payah aku mengeluarkan suaraku tetap tak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Your Daughter
Fiksi Umum"Kuharap aku dapat menikah dengan orang yang aku cintai" --Nina Venisha Dewantara dan Devan Norlando Putera--