PART 1: BENCI

2.6K 238 16
                                    

Bahasa mulutku memang takkan pernah bisa dimengerti. Tapi aku memiliki bahasa hati yang mungkin bisa menyentuhmu...mungkin.

—Kim Taehyung—


Aku bergegas turun tak sabar ingin melahap sarapanku. Dari baunya, aku tau eomma memasak omelet. Harumnya saja sudah sangat menggiurkan.

"Pagi eomma!" sapaku pada eomma dengan memberikan morning kiss pada pipinya.

"Pagi."

Aku sangat menyayangi eomma, dia wanita terhebat didunia. Bila memandang wajahnya aku jadi mengetahui alasan kenapa orang-orang suka memuji kecantikkanku. Eomma wanita yang sangat cantik, bunga mawar di pekarangan nenek pun kalah cantiknya. Aku tak habis pikir, bisa-bisanya appa meninggalkan wanita yang sempurna ini. Betapa terlukanya eomma saat appa meninggalkannya begitu saja, aku tau ini karena saat itu aku tak sengaja mendengar percakapan eomma dan bibi. Perasaanku sakit ketika melihat eomma menangis tersedu-sedan dipelukan bibi, selain itu, alasanku menangis adalah aku mendengar bahwa appa meninggalkan eomma saat sedang mengandungku.

Keluarga sempurna? Tidak ada.

Keluarga bahagia? Tidak harus sempurna untuk bahagia.

Aku dan eomma, satu rumus yang bila dioperasikan menghasilkan kebahagiaan mutlak. Tanpa eomma aku takkan bisa apa-apa, aku takkan pernah mengecewakannya. Hanya eommalah yang aku mi—

Tap..tap..tap..

Ah..iya. Bukan hanya aku dan eomma, tapi dia. Kim Taehyung, oppaku. Dia baru saja turun dari tangga, aku sengaja pura-pura sibuk dengan sarapanku. Dia melewati meja makan, menghampiri eomma yang sedang mengocok telur. Oppa memeluk eomma.

"Pagi" ucap eomma dengan senyum hangat.

Oppa pun menghampiri meja makan dan duduk disebrangku, dia memberikan senyuman paginya padaku, seperti biasa aku enggan untuk membalasnya. Oppa membuka notebook kecilnya yang dikalungkan pada lehernya, dia menulis sesuatu dengan senyuman yang tak turun dari wajahnya, oppa pun mengangkatnya dan memperlihatkannya padaku.

'Pagi Naehyung-ah :)'. Aku menatap sinis matanya dengan wajah yang sedikit pun tak ramah.

Lebih baik aku pergi daripada semeja dengannya dan membaca tulisan basa-basinya lebih lama.

Aku pun bangkit mendorong kasar kursiku dan berpamit pada eomma. "Eomma aku pergi dulu."

"Naehyung-ah, hari ini kau diantar Taehyung, dia juga mau keluar kebetulan jalannya searah dengan sekolahmu" ucapan eomma menghentikkan langkahku. Dan..apa? Aku diantar oppa? Yang benar saja eomma, itu takkan pernah terjadi!

"Aku ngga mau!" sergahku. "Aku ngga mau eomma, sekalipun eomma memaksa dengan iming-iming akan menaikkan uang sakuku aku tetap tak sudi bila harus semobil bersamanya."

"Naehyung-ah dia oppamu, tak patut kau berbicara seperti itu."

"Aku tidak peduli eomma, sudahlah aku pergi."

Aku yang hampir berhasil memutar sempurna knop pintu, tiba-tiba ditahan olehnya.

"YAK! Aku mau sekolah oppa, nanti aku telat, minggir sana!" aku mendorong oppa dan membuatnya limbung.

"Naehyung-ah! Jangan seperti itu.." eomma menghampiri oppa dengan wajah khawatir setengah jiwa. "Kau tidak apa-apa Taehyung?" oppa tersenyum pada eomma dengan tatapan aku—tidak—apa-apa— eomma.

Oppa menatapku, dia bergegas menulis yang entah menulis apa, yang pasti dia mengulur waktuku.

'Oppa antar ya?'

"Aku ngga mau."

'Kenapa?'

"Karena aku tidak mau pergi denganmu oppa. Bagaimana nanti bila teman-temanku tau aku memiliki oppa bisu sepertimu? Aku akan malu oppa, dan aku tak ingin dipermalukan!" aku meninggikan nada bicaraku diakhir kalimat yang membuat eomma kaget dan membuat oppa memalingkan wajahnya.

"Sudahlah, waktuku banyak terbuang karenamu!" lagi-lagi oppa menahan pintunya sekarang. "Hhhh...lepaskan oppa, jangan membuatku semakin membencimu. Karena aku sudah sangat-sangat membencimu!!"

"Naehyung-ah!" eomma semakin dibuat tak habis pikir olehku.

Maaf eomma, aku kejam? Memang inilah kenyataannya, jadi biarkan saja. Mau kau berteriak sampai suaramu habis pun, keadaan seperti ini takkan pernah berubah.

Oppa yang terperanjat merenggangkan pelan tekanannya, aku pun pergi dengan bebas.

Song For You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang