Chapter 32

554 89 14
                                    

Luis menyusuri aula utama mencari meja paling terdepan untuk melihat panggung lelang. Bagi Luis posisi mejanya harus strategis dan bisa dilihat semua orang.

Karena dia akan menyumbangkan mobil porche mewah yang mahal. Tentu namanya harus diingat oleh semua tamu yang hadir.

"Tuan Luis, Anda sendiri?"

Perempuan cantik seorang model papan atas menghampiri Luis yang duduk mengambil segelas wine.

"Pergilah, malam ini aku tidak butuh teman wanita," usir Luis mengibaskan tangannya dingin.

'Aku hanya butuh pharita!' batin Luis penuh ambisi untuk memeluk pharita ke dalam pelukannya.

Model cantik itu mengerucutkan bibir manja lekas meninggalkan meja Luis. Asisten pribadi Luis buru-buru yang mengisi kursi kosong di samping laki-laki itu setelah model tersebut pergi.

"Tuan, mobil porche yang akan Tuan lelangkan untuk amal, sudah saya daftarkan ke panitia acara."

"Hem."

Mata Luis mulai menyapu aula. Dia mencari sosok bidadarinya yang tak kunjung muncul. Luis bertaruh, bahwa malam ini pharita akan mengakui kalau dia lebih pantas menjadi suaminya daripada laki-laki lumpuh yang tidak jelas masa depannya.

"Pharita belum datang?"

"Belum Tuan, mungkin sebentar lagi."

Luis menunggu, sambil melihat ke sekeliling. Panggung lelang masih sepi dan gelap. Membuat ia merasa bosan.

Namun, kebosanan Luis segera berlalu saat sosok wanita yang ia cari muncul dari pintu utama. Pharita Defani Wilson dia sangat cantik mengenakan setelan blouse putih panjang yang formal. Rambutnya dibiarkan tergerai indah saat berjalan.

Luis sampai terpana menatapnya, kaki putih pharita yang mulus terbalut high heels hitam, sangat cantik saat melangkah.

"Wanitaku sudah datang," guman Luis berdecak kagum menatap liar pharita yang berjalan ke arah selatan, menuju meja terdepan bersebrangan dengannya.

Hasrat luis langsung memuncak hanya dengan menatap wajah pharita dari kejauhan. Dia ingin menyentuh pharita secepatnya, menyeretnya ke kamar hotel lalu bercinta panas saling mencumbu liar.

Tapi fantasi Luis hancur saat melihat pria di kursi roda yang didorong asisten Junet mengekori pharita. Laki-laki itu, si cacat yang Luis yakini adalah anak pembantu.

Tangan Luis mengepal di atas meja, melihat ruka yang tersenyum saat beberapa orang menyalaminya.

"Si lumpuh itu ada di sini! Apa pharita sudah gila mengajaknya ke acara lelang?"

Wajah Luis semakin merah padam penuh kekesalan. Melirik ruka yang kini duduk di sebelah pharita. Meski baru pertama kali melihat ruka, tetapi kebencian Luis untuk ruka sudah mendarah daging sampai ke tulangnya.

Junet menuangkan segelas minuman bersoda untuk ruka, dia sangat hati-hati memilihkan botol minuman agar tidak ada anggur beralkohol yang diminum calon suami nonannya itu.

"Saya hanya menuangkan soda Nona," cicit Junet sedikit takut saat pharita menatap gelas yang ada di tangannya secara intens.

"Terima kasih Tuan Junet."

Ruka menerima gelas itu dengan senang. Sementara pharita meraih segelas cocktail menyesapnya.

"Jika ruka mabuk, saya akan memecatmu."

Darah Junet sudah mendidih, menuangkan botol anggur hati-hati. Karena ancaman dari pharita, anggur pahit yang Junet minum semakin terasa pahit di tenggorokan. Membuat napas Junet tercekat sesak tidak bisa menghirup udara lancar.

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang