Part 38

66 13 3
                                    

Chandra tengah berjalan seorang diri. Hatinya terasa riang gembira. Pikirannya terpatri nama seorang gadis yang ingin ia temui. Langkahnya pasti berjalan menuju halte, tempat gadis itu berada.

Di tengah kegembiraannya suara deru mesin mengganggunya.

"Lo serius mau pulang naik bus?" tanya Arseno yang baru saja berhenti tepat di samping Chandra.

"Iya" jawab Chandra singkat

"Ya udah kalau itu mau lo. Gue ngga akan jemput kalau lo berubah pikiran" ucap Arseno kemudian pergi meninggalkan Chandra seorang diri.

Chandra mengangkat bahunya acuh tak peduli akan perkataan Arseno. Memilih melanjutkan perjalanannya, takut jika gadis itu sudah terlalu lama menunggu.

Sesampainya di halte ia melihat gadis itu tengah tertawa bersama Nia. Entah apa topik yang sedang mereka bicarakan hingga sang gadis bisa tersenyum secerah itu.

"Loh Kak Chan? Kenapa di sini?" tanya Nia yang menyadari keberadaan Chandra.

"Iya ini mau balik pakai bus" jawab Chandra

"Tumben kak, ngga bawa motor?" tanya Nia lagi

"Engga, tadi bareng Arsen. Tapi baliknya dia malah duluan" jawab Chandra lagi sekilas menatap Reyna yang sedari tadi diam.

"Ngga mungkin kan gue bilang mau pulang bareng Reyna" batin Chandra, ia pun juga meminta maaf pada Arseno karena telah menjadinya kambing hitam.

"Paling bentar lagi datang busnya, ya kan Rey?" ucap Nia yang di jawab anggukan oleh Reyna.

Suasana hening seketika. Tak ada percakapan di antara ketiganya. Di tambah halte saat ini tengah sepi hanya ada lima orang di sana termasuk mereka. Tiba-tiba suara deru kendaraan mengintrupsi ketiganya.

Ketiganya menoleh ke arah pemuda yang sudah menghentikan motornya tepat di hadapan mereka. Segera membuka kaca helm fullface nya seolah memberikan tanda pada seseorang.

Orang yang paham maksud itu pun segera bangkit dari duduknya.

"Gue duluan ya" ucap gadis tersebut kemudian berjalan ke arah pemuda tadi.

"Oke Rey, hati-hati ya. Bang Darren jangan ngebut ngebut" ucap Nia yang dijawab jempol oleh Darren.

Sebelum benar-benar pergi mata Darren menatap Chandra yang terduduk di sana. Tatapan itu mengintimidasi Chandra, membuat bulu kuduknya meremang. Setelahnya motor Darren segera melesat menembus jalanan.

"Kak, gue duluan juga ya. Ini supir gue udah datang" ucap Nia berpamitan.

Kini Chandra hanya seorang diri di sana. Bus baru saja pergi membawa dua orang yang tadi ikut bersamanya. Ia diam. Sungguh malang nasibnya hari ini. Tak ada yang berjalan sesuai keinginannya.

Ia pun bangkit dari duduknya, namun ia menangkap sosok asing seperti mengintip di antara semak yang berada tak jauh dari halte. Rasa penasarannya mendominasi membuatnya berjalan ke arah sana.

Sesampainya Chandra di sana, ia tak menemukan siapa-siapa. Semak semak itu kosong.

"Apa gue salah lihat kali ya?" ucap Chandra sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Tau ah bodo amat, sekarang tinggal mikir gue mau pulang gimana??" ucapnya frustasi kemudian netranya menangkap sesuatu terjatuh tepat di depannya.

Ia mengambil benda itu, benda persegi panjang yang biasa di pasang di seragam sekolah. Setiap siswa pasti memilikinya.

Samudra Evano

Nama yang tertera pada nametag di genggamannya.

"Kaya ngga asing namanya" ucap Chandra sembari berjalan pergi meninggalkan halte turut serta membawa name tag tersebut.

Sadewa || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang