Sialan!
Ali mendengus kesal. Mengambil chip
kecil yang terjatuh dari mejanya.
Cakram dari Eins yang ingin dia kembangkan belum sempurna--belum berhasil bahkan mendekati 70%. Jika kesabarannya sudah menipis, dia sudah membanting apapun didepannya.Ali kembali fokus ke alatnya, sebelum pandangannya terputus oleh suara gemuruh dari luar. Ali mengangkat kepalanya, menoleh, mengetuk dinding kamarnya.
Diluar tertampak langit yang terlihat
mendung, dua matahari yang biasanya terlihat juga menghilang dari pandangan mata. SagaraS jarang--bahkan tidak pernah mengalami iklim yang buruk.Ali melipat dahi, merasa ada yang
ganjil. Dia lantas beranjak dari duduknya, melangkah keluar kamar."ILY, dimana ibu?" Tanya Ali, setelah
tidak melihat keberadaan ibunya.
"Nona Eli sedang rapat dengan ksatria
lain. Piiip!" Robot mini ILY berdesing. Ali memang mengambil robot mini ILY dari kapsulnya, sebaga nostalgia mungkin.Ali mengangguk, menuju dapur untuk
mengambil makanan. Disana dapur memiliki kaca yang besar memperlihatkan lingkup klan SagaraS. Namun, lingkungannya sedang tidak dalam kondisi
yang baik² saja."Apa yang terjadi heh?"
Pemandangan diluar jendela dapur tak kalah memprihatin.
Gumpalan awan berkumpul-memendung membentuk seperti badai yang siap menerjang kawasan. Sungai besar yang mengaliri seluruh sudut SagaraS surut tak bersisa. Beberapa tanaman layu-tidak lagi menunjukkan keindahannya.Seolah, seluruh energi alam telah terhisap oleh sesuatu besar yang akan mendatang.
Ali terdiam.
"ILY, cek kondisi iklim sekarang."
Robot mini ILY mendesing, tiba - tiba ia bergetar.
"Tidak dapat piip! Mendeteksi cuaca piiip! Anomali tidak diketahui piiiip!"
Ali segera mengangkat robot mini ILY, mengecek keganjilannya. Robot mini ILY tiba - tiba tidak dapat berfungsi dengan baik-padahal baru saja Ali improvisasinya kemarin.
Ali kembali menoleh ke jendela.Apa yang sedang terjadi?!
Dia lantas menurunkan Robotnya, mengambil jaket putih, menuruni tangga. Rupanya, ada seseorang berada dirumahnya.
Saat Ali menoleh, dia tersentak."Kakek Ban?!"
Kakeknya yang sedang diluar teras rumahnya menoleh, terkekeh.
"Panjang umur. Kakek kira kau tidak akan pernah meninggalkan kamar kau."
Kakek Ban memberi kode untuk duduk di kursi sampingnya. Ali mendekat, namun tidak duduk."Kakek Ban kenapa disini? Bukannya sekarang ksatria sedang mengadakan rapat?" Tanya Ali.
"Kakek tidak harus ikut, Ali," jawabnya. "Ayo duduk sini. Jangan berdiri saja disitu."
Ali hendak mengintrogasi, tertahan karena kakeknya menyuruh untuk segera duduk."Cuacanya bagus, bukan?" Ucap Kakek Ban.
Ali melipat dahi. Kakek Ban tertawa."Kau tidak perlu khawatir Ali. Akan ada suatu hari klan ini mengalami peristiwa aneh, atau bisa saja peristiwa itu berbahaya." Ucap Kakek Ban.
"Tapi, eh-" Jika saja bukan Kakeknya yang mengatakan itu Ali sudah menjawab lugas dengan sarkasme. "Apa yang terjadi Kakek Ban? SagaraS tidak pernah memasalahi cuacanya."
"Tidak pernah bukan berarti tidak akan pernah, Ali."
Ali mengepal tangan, wajahnya terlipat. Kenapa Kakek Ban malah terlihat mengesalkan sekarang?
Kakek Ban memejam matanya, menghembuskan napasnya perlahan."Tidak lama lagi..."
>>>>>>>>>>>>>>>>
MANTAP AKHIRNYA
GK SABARAN POST PART INI--JUJUR THE NEXT PART IS GOING TO BE MY FAVORITE SCENE IN THIS AUYg samsek gk nyambung ama jalan cerita ognya wkwkwk--maapkeun bg
Btw I'll be posting two parts for now, sebagai ganti cuz minggu2 kemarin gk post :D
The next, akan menjadi slh satu plot penting di AU ini
YOU ARE READING
Aldebaran AU
Fanfictionuhhhh gk bakal diseriusin amat cuman sekedar shitwrite hehehe (ada beberapa yang tolak belakang dari cerita asli, trus ada yg gaje aneh dll) btw jangan expect ak buatnya sampai tamat ya :D