Elano : 9

868 59 6
                                    

Saat istirahat Elano datang ke kelas Zora untuk mengajaknya ke kantin bersama. Zora yang melihat laki-laki itu diambang pintu hanya menghela nafas lemas. Mungkin kehidupan seterusnya, Elano akan terus menempel padanya. Zora hanya menunggu masa saat Elano sudah bosan.

"Pangeran datang untuk menjemput sang putri yang kesepian" ucap Elano. Ia duduk disamping Zora saat berhasil mengusir teman sebangku gadis itu.

Kedua sahabat Zora menatap laki-laki itu dengan jijik. Ya itu dikarenakan ucapan Elano pada Zora, terkesan alay dan mengganggu pendengaran mereka.

Elano menatap mereka tajam. Vio dan Mae pun sedikit takut dengan tatapan itu, mereka saling mendorong untuk segera pergi dari hadapan Elano.

Elano kembali tersenyum saat Zora menatapnya. Ia segera menggandeng tangan Zora lalu menarik paksa gadis malas itu.

Saat makan pun tak ada obrolan antara mereka. Elano yang sibuk memperhatikan Zora saat makan dan Zora yang mempercepat makannya supaya bisa pergi dari situasi tidak nyaman ini.

Sesekali juga Zora melirik Elano yang tidak memakan makanannya, bodo amat deh yang penting Zora pergi saat makanannya habis. Kalo tak dihabisin sayang banget, nanti mubazir.

"Lano aku pergi ke toilet dulu ya" ucap Zora saat makannya sudah habis.

"No baby.. aku tau kau berbohong"

"Apa kau ingin aku pipis disini? Kau tak malu?"

"Tentu tidak, kan kamu yang berbuat"

Zora menghembuskan nafasnya. Berbicara dengan Elano membuatnya tidak bisa berkutik lagi. Laki-laki itu selalu tau cara menjatuhkan lawannya.

Zora berdiri tetapi tangannya ditahan oleh Elano. Laki-laki itu segera menarik Zora menuju toilet perempuan lalu memaksa gadis itu masuk kesana dengan dirinya yang menunggu diluar. Ia tidak mau menjadi samsak warga sekolah ini.

Zora berdiri mematung dengan mulutnya yang ternganga lebar. Lano sangat bar-bar. Laki-laki itu bilang kepadanya kalau ia sama sekali tidak percaya dengan perkataan Zora, namun lihatlah sekarang. Zora bahkan belum mencerna kejadian barusan karena berputar terlalu cepat. Ditambah lagi, jarak kantin dan kamar mandi sangat dekat, hanya melewati satu gedung saja.

Memang sih, Zora hanya beralasan saja supaya ia bisa terbebas dari Lano, tetapi laki-laki itu malah menunggunya diluar kamar mandi perempuan sekarang.

Zora berjalan pada wastafel. Ia membasuh mukanya supaya terlihat lebih segar. Diwajah yang mulus itu, dibagian bawah matanya terdapat kantong mata yang berwarna hitam. Meskipun terlihat samar tetapi kalau dilihat dari dekat bakalan kelihatan dengan jelas.

Zora membiarkan itu terjadi. Ia lupa membawa bedak dan lagian, sekolah mana pula yang membiarkan siswi nya membawa alat make-up? Disini tuh sangat dijaga ketat. Makanya para siswa dan siswi selalu merawat tubuh mereka dengan baik supaya terlihat natural dan tetap cantik meskipun tanpa make-up.

Begitu juga dengan Zora. Tubuhnya selalu ia rawat meskipun sekarang sedikit kusam dan kurus. Dulu waktu orangtuanya masih hidup, ia sangat menjaga tubuhnya ini. Dari berat badan hingga perawatan kulit dan juga kesehatan.

Tetapi sekarang. Tubuhnya banyak berubah. Kulit putih itu terlihat kusam karena polusi. Tubuhnya pun sangat kurus karena keseringan berhemat, hingga ia pelit pada tubuhnya sendiri meskipun itu tentang urusan mengisi perut.

Selesai dengan urusannya. Zora keluar dari toilet perempuan itu. Bisa ia lihat kalau Elano dikerumuni banyak siswi hanya untuk berfoto dengannya. Lano hanya bersikap cuek pada mereka. Sesekali juga tangan besar itu menepis tangan-tangan mungil yang menyentuh tubuhnya.

Ketika Zora sudah keluar dari toilet, ia pun menggenggam tangan kecil itu lalu mengajaknya pergi. Dibelakang mereka masih ada kerumunan siswi yang tengah mengejar. Mereka sangat berusaha untuk mendapatkan foto bersama Elano.

Sesampainya di ruangan lab yang kosong, Elano melepaskan genggamannya lalu mengibas-ngibaskan tangannya sebagai kipas karena sangat panas dan gerah.

"Jadi orang ganteng tuh susah ya" ucap Lano.

Zora tak menanggapinya. Ia melihat ke sekeliling. Ruangan ini sangat sepi dan sunyi. Merasa alarm bawah sadarnya berbunyi. Zora melangkah pelan menuju pintu keluar tanpa disadari Lano. Laki-laki itu masih sibuk dengan gerahnya.

Hampir saja ingin menyentuh knop pintu itu. Lano bergerak cepat dengan mengunci pintu itu lalu mengambil kuncinya.

"Mau kabur ya?"

"Apasi? Kenapa juga kita disini?"

"Main-main aja, nunggu para zombie itu pergi dulu kak" zombie yang dimaksud adalah para siswi yang mengejar mereka tadi.

Lagi-lagi Zora harus berduaan dengan laki-laki ini. Tidak dirumah, tidak disekolah. Zora sangat bosan melihat wajah tampan tapi pemaksa itu 7/24. Ia harus bekerja lebih giat lagi supaya bisa mencari kos-kosan murah untuk pergi dari hadapan Lano.

Elano memajukan wajahnya. Ia berbisik lembut ditelinga Zora "aku tau apa yang kau pikirkan sayang, tunggu saja informasi mengejutkan saat kita tiba dirumah nanti"

Zora menatap wajah tampan itu. Lano tersenyum miring kepadanya. Ia juga mengedipkan satu matanya genit untuk menggoda gadis itu. Wajah datar Zora membuat Lano ingin memakan pipi bulat itu sekali hap.

>>>

Saat membuka pintu kamarnya. Zora melihat sebuah amplop sedikit tebal yang tergeletak diatas meja kecil disampingnya tempat tidur.

Zora mengambil amplop itu dan membiarkan pintu kamarnya terbuka. Melihat gadisnya yang tidak biasa membuka pintu kamarnya, Elano mengikutinya lalu bersandar pada ambang pintu dengan tangan yang ia lipat didada.

Zora membuka amplop itu yang ternyata isinya berupa lembaran uang merah. Ia juga membaca isi surat yang tertera didalamnya.

"Ini pasti ulahmu kan?" Setelah membaca isi pesan itu, Zora menghampiri Elano lalu melemparkan kertas suratnya pada wajah tampan laki-laki itu.

"I don't understand what you mean, dear" jawab Lano.

"Jujur saja, siapa lagi yang bisa melakukan ini selain dirimu!" Zora sedikit meninggikan nada bicaranya. Ia juga memukul bahu Elano kuat karena ia marah.

Zora menangis. Ia melemparkan amplop berisi lembaran uang itu diatas kasurnya. Dirinya masih tidak menyangka Lano melakukan ini padanya.

Didalam surat itu berisi catatan dari bosnya tempat ia bekerja. Bosnya itu mengatakan kalau Zora telah dipecat secara sepihak karena ia sudah digantikan oleh karyawan baru.

Membaca berita mendadak itu membuat Zora sakit hati. Tanpa kata dan persetujuan darinya, bosnya itu malah mengeluarkannya dari tempat pencaharian satu-satunya.

Kenapa ia bisa menyimpulkan kalau ini semua perbuatan Elano? Pertama, saat disekolah tadi Laki-laki itu membisikan kalimat yang seakan-akan sudah direncanakannya. Kedua, ia sudah bekerja sangat baik dan juga rajin tetapi tiba-tiba bisa dipecat secara mendadak dengan alasan yang tidak bisa ia terima. Ini juga bertepatan dengan ucapan Elano saat mereka disekolah tadi.

Kalaupun ada anak baru yang ingin bekerja, toh masih banyak tempat kosong di kafe itu. Tidak bisa! Zora harus berbicara dengan bosnya secara langsung! Ia harus meminta penjelasan.

Baru saja akan beranjak, Lano menahan gadis itu dengan satu tangannya. Laki-laki itu mendorong tubuh Zora kebelakang hingga gadis itu tersungkur.

"Besok ikutlah denganku, aku mempunyai kejutan besar untukmu" ucapnya.

.
.
.
Next..

ElanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang