VI

160 23 0
                                    

Attention!

Full of Flashback
...

Kehadiran seorang Fuadi Djatmiko apalagi dengan air wajahnya yang menunjukkan kemarahan bukan hal yang January estimasi hari ini.

"I don't recall have any meeting with you, today- memangnya ada di-schedule?"
Pertanyaan itu dilemparkan oleh January pada sang sekretaris saat Janury sudah berhadapan dengan Fuadi Djatmiko. Mereka masih berdiri di depan ruangan January.

Oh, January sangat spesifik untuk orang yang boleh masuk ruangannya. Gak ada yang boleh masuk kecuali sudah ada janji. Hal itu juga dilakukan dia pada Bengawan dan Mayacha.

"Gak ada bu. Hari ini gak ada jadwal meeting dengan Pak Fuadi" Sekretaris January mengumumkan ngebuat Mayacha yang ada disebelah January melirik perempuan itu sekilas.

"Should we call security?" Tanya Mayacha.

"Kenapa harus anak om, Janu? Kenapa harus Yaksa?"

Tiba-tiba Fuadi Djatmiko membuka suara.

Mendengar nama itu disebut January itu paham kedatangan Fuadi Djatmiko ke Pandawa.

"Yaksa? Siapa Yaksa, Jan?"Tanya Mayacha penasaran.

Nama itu begitu asing, Mayacha tak pernah mengingat nama itu.

Wajar sih, January belum mengatakan hal apa-apa ke Mayacha dan Bengawan. Dia masih simpan baik-baik mengenai perjanjian kerjasamanya dengan Yaksa karena belum ada kata deal.

"January, answer me. Yaksa siapa? Should me and Bengawan know-"

"Let's having separate conversation about that..." potong January sambil menerbitkan senyum simpulnya untuk Mayacha yang tiba-tiba kelihatan tensed.

January lalu mengembalikan fokusnya pada Fuadi Djatmiko.

"And let's get inside, om. Saya rasa om perlu jawaban dan penjelasan. Saya senang hati memberikannya"

....

"Kenapa kamu gak nolak, Janu? Dia anak om-"

"Saya sudah berpuluh-puluh kali menolak. Tapi anak om gak ada kapok-kapoknya. Dia menemui saya bahkan sampai bisa tahu nomor unit apartemen saya. Udah mirip penguntit" potong January.

Ternyata, Fuadi menemukan kertas agreement dirinya dan Yaksa.

"Ceroboh" pikir January karena Yaksa-lah yang bilang kalau perihal ini tak boleh sampai diketahui oleh ayahnya. Nyatanya dia sendiri yang ngasih bahan ke ayahnya walaupun dalam keadaan tak sengaja.

"Kamu bisa menolak beratus-ratus kali kalau begitu"

January tak menjawab. Dia rasa, dia tak akan pernah bisa mendebat seorang ayah yang sedang 'membela' nasib sang anak.

"Manisnya" kalau January boleh berkomentar.

Hal yang tak banyak dia dapatkan walau dulu masih bagian dari Atmajaya.

Dari awal hidupnya, January banyak diurus oleh sang kakek. January officially pindah ke rumah sang kakek saat berusia dua tahun.

Alasannya karena sang mama hamil adiknya. Dan mama merasa tak bisa fokus dengan kehamilan jika harus membagi perhatian pada January, karena itu, kakeknya meminta January tinggal dengan sang kakek.

Hal yang tak pernah January sesali.

January baru kembali tinggal dengan keluarga kecilnya saat dia berada dibangku SMP dan dari sejak itu dia juga tak banyak mendapatkan momen dimana papa atau mamanya membela dia. Dia kebanyakan dibela oleh sang kakek atau dirinya sendiri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 13 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Silver LiningWhere stories live. Discover now