55. Indagis Tuyul (5)

287 21 2
                                    

Pagi harinya, di rumah Kakek Chandra.

Praja, Bima, dan Angga sedang duduk bersila di tengah halaman. Sedangkan Nayla hanya duduk diam di teras, matanya tampak sembab karena begitu mengkhawatirkan kakaknya.

Kakek Chandra pun datang menghampiri para Indagis.

"Sekarang ikuti perintah saya, saya akan beritahu cara yang efektif untuk memperbesar jumlah energi astral dalam diri kalian. Juga cara untuk meminimalisir pengeluaran energi yang kalian keluarkan saat bertarung!" Ucapnya, dibalas dengan anggukan para Indagis.

Kakek Chandra pun terus memberikan instruksi pada mereka, hingga mereka benar-benar memahami instruksi itu dengan baik.

"Setelah latihan ini selesai, kita akan melakukan latihan sparing, aku ingin tahu kalian sudah berkembang hingga sejauh apa!" Ujar Kakek Chandra.

Setelah selesai berbicara, ia pun berbalik dan bergegas menghampiri Nayla.

Mata gadis itu tampak semakin sembab, sepertinya tadi ia menangis lagi. Kakek Chandra pun memandangnya dengan sendu, sebelum akhirnya duduk di sebelah gadis itu.

"Nayla, kamu tenang saja, kakakmu pasti baik-baik saja!" Ucap pria itu, mencoba menenangkan Nayla.

"Mana mungkin aku bisa tenang, sebelumnya aku tidak pernah berpisah dengan kakak sampai selama ini. Apalagi kak Maya saat ini sedang bersama orang jahat!" Balas Nayla sembari terisak.

"Kamu tenang saja, saya yakin Maya akan baik-baik saja bersama Wira. Karena saya percaya padanya!" Jelas Kakek Chandra, membuat Nayla terheran dengan ucapannya itu.

"Kenapa kakek bisa percaya pada orang itu?" Tanya gadis itu.

"Kau tahu, jauh sebelum kalian menyelidiki soal Wira. Saya sudah menyelidiki soal pria itu jauh lebih dulu. Saya paham, bahwa Wira bukanlah orang yang jahat, dia hanyalah seorang Ayah yang salah memilih jalan hidupnya!" Terang Kakek Chandra.

Kakek Chandra pun segera berdiri dari tempat duduknya. "Saya yakin, seorang Indriya seperti Maya, sanggup menyadarkan seorang Indagis yang tersesat seperti Wira. Karena itulah tugas dari Indriya seperti kalian!" Ucapnya lagi, dibalas dengan anggukan Nayla yang sepertinya sekarang sudah mulai tenang.

Bima yang melihat percakapan itu dari kejauhan hanya bisa tertunduk, sejujurnya ia tidak tega melihat Nayla yang tampak sedih seperti itu. Tapi saat ini ia tidak bisa melakukan apa-apa untuknya, ia hanya bisa terus berlatih untuk menjadi lebih kuat.

***

Sementara itu, di tempat Wira.

Maya dan Wira tampak saling berhadapan, kali ini Maya sudah menguncir rambutnya dan bersiap untuk memulai latihannya.

"Bagaimana dengan baju yang dipinjamkan salah satu karyawanku?" Tanya Wira.

"Yah, ukuran baju ini pas untukku!" Jawab Maya sembari melihat pakaian yang ia kenakan.

"Jadi, dalam latihanku aku akan menyerangmu dengan serius. Tugasmu untuk bertahan dan menyerangku balik, mengerti!?" Tanya pria itu dengan tegas.

"Eh, menyerangku dengan serius? Tapi kemampuanku belum seberapa!" Tolak Maya.

"Yang penting kau pernah belajar basic beladiri kan? Cara tercepat untuk berkembang dalam pertarungan adalah pertarungan langsung! Tenang saja, aku akan menghentikan seranganku di saat kau benar-benar tak kuat melanjutkan kok!" Ujar Wira sembari melesat menyerang.

Maya yang terkejut secara refleks menyilangkan tangannya untuk bertahan. Namun pukulan Wira masih terlalu kuat, gadis itu pun sampai terpental dibuatnya.

"Itu masih belum seberapa, berusahalah lebih keras, Maya!" Ujar Wira dengan lantang.

Gadis itu pun segera bangkit berdiri dan mulai balas menyerang. Maya terus mencoba melancarkan serangan bertubi-tubi ke arah Wira, namun pria itu dengan santai masih menangkis tiap serangan gadis itu.

"Seranganmu berantakan dan kurang bertenaga, kau harus terus bisa membuat seranganmu jadi lebih terarah dan efektif, pastikan tenagamu cukup kuat untuk menumbangkan musuh!" Perintah Wira.

Pertarungan pun terus berlanjut dengan intens, kurang lebih latihan berlangsung selama 30 menit, hingga akhirnya terhenti karena Maya tampak kecapean.

Gadis itu pun terduduk di salah satu bangku kostan, napasnya terengah-engah akibat latihan yang baru saja ia lakukan.

"Di latihan tadi kamu masih belum berkembang banyak, kamu harus punya motivasi untuk berkembang. Di latihan kita berikutnya, pastikan kamu harus punya perkembangan, meskipun hanya sedikit!" Pinta Wira, dibalas dengan anggukan Maya.

***

Malam harinya.

Setelah berlatih seharian, Maya kini sudah berbaring di kamar kostan yang disewakan oleh Wira.

Sejujurnya gadis itu merasa sangat letih, ia ingin istirahat, namun dari tadi ia tak bisa tidur. Karena saat ini ia memikirkan keadaan adiknya, juga teman-temannya yang pasti sedang mengkhawatirkannya.

"Sayang banget nih hp malah mati di saat begini, mana aku gak bawa charger pula. Mana mungkin aku pinjam punya orang-orang sini, kenal aja juga nggak!" Batinnya dengan kesal.

Malam itu ia mencoba untuk tidur, awalnya sih berhasil, namun ia berulang kali kebangun, seolah-olah pikirannya tak membiarkannya untuk beristirahat.

Karena itulah ia segera bangun dan memutuskan keluar kamar untuk cari angin, kali aja setelah itu ia mulai mengantuk.

***

Suasana malam itu tampak sunyi, udara terasa dingin, sinar rembulan purnama pun bersinar dengan terang.

Saat ini Maya hanya terduduk sendirian di bangku depan, pandangannya terus menatap ke langit, memikirkan rencana apa yang harus ia perbuat selanjutnya.

"Sedang apa kau sendirian di luar?" Tanya seseorang yang membuyarkan lamunannya.

Ternyata pria itu adalah Wira yang sedang menggendong seorang anak kecil berkepala botak di punggungnya.

"Aku hanya sedang menyendiri saja kok. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan keadaanmu rohmu sekarang? Bukannya kemarin rohmu terluka parah karena dicabik-cabik Maung Bodas?" Tanya Maya.

"Aku baik-baik saja sekarang, keadaan rohku sudah membaik. Mungkin sebentar lagi akan sembuh total. Untung saja yang menyerangku hanya khodamnya saja, kalo penggunanya ikut menyerang dalam wujud Indagis, lukaku bisa semakin lama sembuhnya!" Jawab Wira.

Sorot mata Maya pun memperhatikan bayi yang digendong oleh Wira. "Lalu, yang kamu gendong itu apakah Tuyul peliharaanmu?" Tanya Maya.

Wira pun segera duduk di sebelah Maya, sementara sang Tuyul ia letakkan di pangkuannya.

"Daripada disebut peliharaan, lebih tepat kalo anak ini disebut sebagai putraku satu-satunya!" Jawabnya, membuat Maya terbelalak kaget.

"Apa? Putramu?" Tanya gadis itu dengan keheranan.

"Ya, namanya adalah Bhadrika, dia adalah anak kandungku sendiri!" Jawaban Wira membuat Maya semakin bingung.

"Aku masih tidak mengerti, bisa kamu ceritakan dengan lebih detail, pak?" Pinta Maya.

"Yah, sebenarnya ini cerita lama sih, lebih tepatnya kejadiannya sekitar 8 tahun yang lalu, saat itu ... ." Wira pun mulai menceritakan soal masa lalunya pada Maya.

***

Hantupedia:

Tuyul merupakan sejenis hantu anak kecil berkepala botak. Ia biasanya digunakan sebagai alat pesugihan agar pemiliknya bisa meraih kekayaan dengan instan.

Indagis 1: Jawa ArcTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang