Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, vote dan komennya guys. Terimakasih 💙🍓
*Maaf kalo ada typo*
*Sebelum membaca Aku mau ngasih tahu, namanya diganti ya. Setelah aku baca sendiri, kurang enak namanya kalau 'jin' doang 😁😁.
Selamat membaca 💙Menghindari bertemu Airin, Seokjin selalu pulang malam. Kadang mengaku tidak pulang padahal tidur di kamar lain. Seperti malam ini, Airin masih terjaga meski sudah jam sebelas malam. Dia ingin bertemu Seokjin, ada rindu yang dia rasakan saat ini.
Airin keluar kamar, berjalan menyusuri lorong. Ada sedikit ingatan sering berjalan di sana, lalu ruang gym, kemudian menyusuri ruang tamu. Airin memandang foto besar Seokjin. Mengelusnya Dan tersenyum.
Pintu terbuka dan tampak Seokjin terlihat lelah.
"Sudah pulang?" Airin tersenyum menyambutnya di depan ruang utama.
Seokjin tertegun, menatap wanita yang dulu asistennya dengan seksama. Dia ingat, dulu pernah berharap memiliki istri yang akan menyambutnya dikala lelah pulang bekerja. Airin sangat cantik dengan gaun tidur sutra berwarna biru muda yang panjangnya di atas lutut.
Ah, entah siapa yang memberikan gaun itu padanya. Mungkin pakaian ini memang miliknya, yang biasa dikenakan untuk menyambut suaminya. Ada rasa perih membayangkannya, tapi... Kenapa? Bukankah itu wajar karena mereka suami istri?
Airin meraih tas kerja Seokjin yang masih terpana melihatnya, lalu tanpa Seokjin sadari Airin memeluk pinggangnya dan menempatkan kepala di dada pria yang dianggap suaminya.
"Aku merindukanmu." Bisik Airin.
Mata Seokjin menatap kosong, sementara kedua tangannya masih luruh ke bawah. Ken yang membawa beberapa berkas memandang tercengang.
"Ehm!" Ken berdeham keras.
Membuat mereka tersadar dan Airin menjauhkan kepala dari dada Seokjin.
"Maaf, Aku gatal tenggorokan." Ucap Ken tersenyum sambil menggaruk lehernya.
Tangan Seokjin melepaskan pelukan Airin, lalu menyuruh Ken membawa berkas ke ruang kerjanya. Seokjin meminta Airin tidur lebih dulu karena sudah malam.
"Aku akan tidur jika kamu tidur." Ucap Airin menatap tajam.
Airin melirik pada Ken, "Tuanmu juga harus istirahat. Jangan sampai uang yang kalian kumpulkan habis untuk menebus kesehatan yang sempat kalian abaikan."
Seokjin dan Ken berpandangan. Ken menahan tawa, mengingat Airin benar-benar seperti istrinya Seokjin. Sangat perhatian, sesuai harapan bosnya di masa lalu. Ken bisa bayangkan, betapa bawelnya wanita ini jika benar-benar jadi seorang istri.
Akhirnya mereka memutuskan istirahat. Ken tidur di kamar tamu, sedangkan Seokjin mengikuti Airin masuk ke kamarnya.
Seokjin masih menerima telepon dan membahas rencana pertemuan dengan rekan bisnisnya. Airin cemberut, lalu melingkarkan tangannya di pinggang Seokjin, dan membenamkan kepala di punggungnya.
"Tidurlah, aku masih ada pekerjaan." Seokjin menjauhkan ponselnya.
"Kamu selalu mengatakan itu." Ucap Airin masih sambil memeluk Seokjin.
Selalu? Apa Airin mengingat sesuatu bersama Chandra, suaminya?
"Aku ingat, sering sekali memelukmu seperti ini. Tapi kamu selalu sibuk bekerja. Menyuruhku tidur." Ucap Airin memejamkan matanya, sementara Seokjin mengakhiri teleponnya.