30. Tania

842 123 29
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤAkandra baru sampai di rumah pukul delapan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Akandra baru sampai di rumah pukul delapan malam. Bukan rumah yang sebelumnya, tapi rumah baru yang dia tempati bersama Tania. Akandra benar-benar menikahi Tania enam bulan lalu dan tinggal di sini setelahnya.

"Hai, aku buat kari. Mau langsung makan?" sambut Tania saat Akandra baru masuk dan membuka sepatunya.

Akandra mengangguk kecil, berjalan bersama Tania ke meja makan lalu dengan hening menikmati makan malam yang dibuatkan istrinya.

Tania baik, tipe istri yang menurut tapi terkadang banyak menuntut, selama ini Akandra selalu sabar dan seadanya menghadapi Tania. Berperan sebagai suami seharusnya.

"Bulan depan ada konser Dewa," kata Tania seraya tersenyum.

Akandra mengangguk paham. "Nanti aku transfer."

"Kita nonton bareng, ya?" ajak Tania.

"Aku sibuk. Bulan depan harus ke Baturaja."

"Ayolah, sekali aja. Atau minggu ini kita nge-date, gimana? Kamu belum pernah ajak aku jalan setelah menikah."

Akandra mengembuskan napas kecil. Walau Tania benar, tapi rasanya Akandra kesal mendengarnya, karena seharusnya Tania sudah mengerti jelas dengan konsekuensi pernikahan ini.

Sebelum menikah, Akandra dengan jelas mengabarkan jika dia hanya membutuhkan pernikahan ini untuk lepas dari keluarga, juga memberi tau kemungkinan jika dia tidak akan bisa mencintai Tania dan membangun rumah tangga seperti bayangan Tania, dan wanita itu setuju. Tidak masalah, asal bersama Akandra, katanya.

"Oke," jawab Akandra pada akhirnya. Tidak apalah merelakan satu hari waktu tenangnya.

Tania tersenyum lebar. "Sekalian makan sama Bunda ya. Bunda aja—"

Ucapan Tania terhenti saat Akandra melepaskan sendok di tangannya membuat suara berdenting cukup keras. Tania kaget dan mengangkat wajahnya menatap Akandra.

"Aku udah bilang, jangan coba buat ajak aku ketemu siapa pun termasuk Bunda. Pilih salah satu, minggu ini kita jalan atau kamu makan sama Bunda." Akandra berdiri dan meninggalkan Tania sendiri.

Akandra kesal karena Tania berkali-kali mencoba mengajaknya secara tidak langsung untuk bertemu dengan Bunda. Padahal, Tania jelas tau apa tujuan utama pernikahan mereka.

Akandra masuk ke ruang kerjanya. Ruangan yang dia pakai untuk tidur juga, karena selama ini Akandra tidak pernah tidur bersama Tania. Lebih memilih badannya sakit dibanding tidur bersama istrinya.

Tania menyusul dan membawa minum juga vitamin untuk Akandra, mengetuk pelan pintu kerjanya lalu masuk setelah Akandra berseru pelan.

"Maaf, aku cuma mau bantu Bunda," kata Tania pelan seraya menyerahkan nampan yang dia bawa.

Akandra menghela napas lelah, menatap Tania dengan pilu. "Kamu boleh minta cerai kapan pun, Tania. Aku pastikan semua hak kamu terpenuhi nantinya."

Tania mematung sesaat, sudah beberapa kali Akandra membahas ini dengan dalih kasihan melihat Tania.

Friend's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang