17; KIP-K Milik Si Kaya

206 25 0
                                    

Setelah sarapan yang penuh drama itu, mereka pergi ke ruang UKM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sarapan yang penuh drama itu, mereka pergi ke ruang UKM. Sebenarnya Jevian tidak ada kelas pagi. Ia sengaja datang lebih awal untuk mendiskusikan puisi ke tiga, "Merdeka Untuk Si Kaya". Jovano menjadi saksi seberapa kerasnya usaha Jevian untuk mengartikan puisi itu. Pasalnya, setelah puisi kedua terungkap, Jevian merasa harus segera mengetahui puisi berikutnya. Karena dua orang yang dimaksud dalam puisi itu masih belum jelas mengapa Damian menulis tentang mereka.

Ternyata sudah ada Agas dan Sabas di ruang UKM. Jevian memang meminta semua anggota Tim Netra untuk berkumpul, agar ia tidak perlu menjelaskannya dua kali.

"Sudah lama?" tanya Kara pada dua orang itu, mereka menggeleng sebagai jawaban.

Tak lama kemudian, Arsen datang dengan tergesa-gesa. "Kirain sudah banyak yang datang!" kesalnya setelah melihat hanya 5 orang yang berada di sana.

Mereka pun berkumpul di sofa, sesekali bercerita sembari menunggu anggota lainnya tiba.

"Jevian," tegur Agas, otomatis membuat obrolan mereka terhenti. "Soal Alam... lo yakin?" tanya Agas dengan hati-hati. Ia takut jika pertanyaannya menyinggung Jevian. Bukannya Agas tidak mempercayai kawannya itu, ia hanya ingin memastikannya.

Jevian juga paham mengapa Agas ragu dengan hasil puisi ke dua. Semua orang yang berada di ruangan itu tahu bahwa Agas dan Alam memiliki hubungan yang sangat baik. Agas sudah menganggap Alam kawan baiknya, bahkan menaruh kepercayaan penuh pada Ketua Umum DPM itu, sama seperti dirinya yang percaya pada Jovano. Maka dari itu kesimpulan yang Jevian buat sulit diterima oleh Agas.

"Awalnya cuma gue yang curiga." Jevian menoleh pada Jovano, "sampai dugaan gue didukung sama Jovano."

"Kevin berkali-kali berusaha ngomong sama gue soal DPM, tapi selalu nggak jadi. Gue tahu harusnya nggak menyimpan kecurigaan ke Alam... tapi entah kenapa semuanya mengarah ke dia." Jovano sangat berhati-hati dalam menjelaskan. Jovano bukanlah anggota UKM maupun BEM, maka dari itu hanya ia yang tidak dekat dengan Alam. Bahkan organisasinya tidak pernah berdiskusi dengan DPM selama Alam yang memimpin organisasi itu. Alam seakan menghindari Persma, entah karena alasan apa.

Meskipun Agas hanya diam mendengar penjelasan Jovano, Jevian tahu bahwa laki-laki itu bimbang. Agas ingin mempercayai kawan-kawannya, tetapi ia tidak bisa menaruh curiga sedikit pun pada Alam. Baginya, Alam juga termasuk teman baiknya, terlebih Ketua DPM itu yang selalu membantunya dalam kegiatan organisasi maupun di luar organisasi. Mengetahui Alam masuk dalam puisi Damian, rasanya itu sangat tidak mungkin.

Namun, Jevian memilih diam. Sebenarnya, jika dipikir lagi, puisi ke dua tidak menjelaskan keburukan apa yang Alam lakukan. Bahkan tidak menjelaskan bahwa itu sungguh Alam. Lagi-lagi ini hanya sebuah teori yang belum dipastikan kebenarannya. Jevian mempercayai itu Alam hanya karena Jovano yang mengatakannya. Jevian orang yang sangat jarang mempercayai sesuatu tanpa bukti, tetapi jika Jovano yang mengatakannya, entah mengapa ia dengan cepat percaya. Jevian sungguh yakin Jovano menyebut DPM bukan tanpa sebab, atau karena masalah pribadinya dengan Alam. Pasti ada yang Jovano ketahui, tetapi kawannya itu terlalu takut untuk mengatakannya selama ini—terlebih jika melihat kedekatan Agas dan Alam. Buktinya, saat ini Jovano merasa sangat bersalah pada Agas.

Ice Cream; Jaemin & JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang