Rumah dengan pagar putih yang berdiri kokoh itu sudah cukup dibuat sibuk. Saat matahari baru saja menunjukan ekstensinya bersamaan dengan ayam yang berkokok, gadis pemilik rambut sebahu yang mulai sedikit panjang itu sudah kelimpungan dengan kegiatannya. Mulai dari memasak sarapan, mencuci piring bekas semalam, sampai beres-beres rumah ia lakukan sendiri.
Pagi ini tidak seperti biasanya, yang biasanya gadis itu masih bergelung dibawah selimut bahkan ketika jam sudah mepet masuk jam kerja, lain lagi untuk hari ini. Ketika jam baru menunjukan pukul enam pagi, Salma sudah terbangun dari tidurnya.
Pasalnya, kemarin malam ketika Salma baru saja pulang dari cafe, Salma mendapati Ibu tertidur di sofa dengan keadaan tubuh yang menggigil dan hawa panas menguar dari tubuhnya. Malam-malam sekali Salma membuat kompresan untuk sang Ibu, Salma juga sengaja memasang alarm di handphone nya agar rutin mengganti kompresan setiap 10 menit sekali. Lelah, tapi untuk Ibu, apapun itu Salma rela melakukannya.
Panas dari tubuh sang Ibu saat itu sangat terasa oleh Salma yang tidur di samping Ibunya, Salma tidak memiliki keberanian untuk meninggalkan sang Ibu tidur sendirian dikamar. Salma tidak akan mengeluh lelah selagi yang dirinya lakukan untuk kesembuhan Ibunya. Oleh karena itu, Salma bangun pagi-pagi sekali hari ini untuk mengecek keadaan suhu tubuh Ibu. Kemungkinan juga hari ini Salma tidak masuk kerja, Salma hanya akan menjaga sang Ibu seharian dirumah.
"Syukurlah, demamnya udah turun" Ucap lirih Salma yang sengaja meletakan tangannya pada dahi dan leher sang Ibu secara bergantian.
"Ibuu, bangun dulu yuk, Ibu harus makan dulu biar bisa minum obat" Ucap Salma lembut sambil sedikit memberikan sentuhan pada punggung tangan sang Ibu yang sudah berada digenggaman nya.
Entah mengapa Salma selalu dibuat khawatir berlebihan jika Ibu sudah sakit seperti ini, Salma selalu merasa tidak tenang. Melihat keadaan tubuh tidak berdaya dan wajah pucat pasi sang Ibu adalah keadaan yang tidak ingin Salma rasakan di hidupnya bahkan untuk sekalipun. Salma takut terjadi apa-apa pada Ibu. Cukup, Salma tidak ingin sendirian lagi, Salma takut. Salma tidak masalah dan akan tetap terima jika dirinya sakit, tapi Salma tidak bisa menerima jika yang merasakan sakit justru sang Ibu. Salma boleh kehilangan semuanya, tapi tolong jangan hilangkan Ibu dari hidup Salma.
Ibu membuka matanya perlahan ketika merasakan usapan lembut ditangannya, mendapati putrinya yang terduduk disamping tempat tidurnya. Masih dengan piyama tidur berwarna navy dan rambut yang di cepol asal membuat beberapa anak rambut putrinya jatuh di sisi-sisi wajah ayunya. Tangan yang mulai keriput itu terangkat menyentuh sisi wajah putrinya sebelum jemarinya mengusap lembut.
"Ibu gimana? Udah enakan badannya? Kepalanya masih pusing atau sakit nggak?" Mendengar rentetan pertanyaan dari putrinya yang khawatir akan keadaannya, hatinya hangat sekaligus teriris. Putrinya yang malang.
Diiringi senyum hangat, sang Ibu berucap lembut "Ibu baik-baik saja sayang, tidak perlu khawatir" Ucap Ibu sambil mencoba menenangkan Salma yang wajahnya terlihat khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
CasualeSakit itu, ketika kita nggak bisa menerima kenyataan yang ada, tapi kita di paksa dengan harus menerima kenyataan itu -Eccedentesiast