CHAPTER 48

274 17 11
                                    

Duniaku benar benar runtuh ketika aku kehilangan cinta yang sudah susah payah aku perjuangkan.

-Bilal Abidzar Ar Rasyid




°°°





Pukul 07:00 WIB.


Papa Afzhal sudah berdiam diri dari balik pintu kamar Lea sejak semalaman penuh. Sesekali ia hanya berjalan kesana kemari dengan tatapan kosongnya.

Mama Lenka langsung menghampiri Papa Afzhal sambil membawakan sarapan pagi untuk Lea. "Nggak papa!"

Sambil menarik nafas panjangnya. Papa Afzhal langsung mengetuk pelan pintu kamar Lea.

"Lea, buka pintu nya, nak. Mama bawah sarapan buat kamu!" Ucap Mama Lenka.

Papa Afzhal kembali mengetuk pintu kamar Lea. Tapi, tetap tidak ada respon sama sekali. Bahkan pintu kamarnya juga terkunci dari dalam sehingga membuat mereka kesulitan untuk masuk.

DEGH

Jantung Mama Lenka langsung berdetak sangat kencang diikuti dengan pikiran pikiran yang sudah berkeliaran memenuhi imajinasi yang ia ciptakan sendiri. "Pa?"

Papa Afzhal terus mengetuk ngetuk pintu kamar Lea. Tapi, tetap tidak ada sahutan sama sekali dari dalam. Sehingga membuatnya kehabisan kesabaran dan langsung mendorong pintu dengan sangat kencang.

Kedua bola mata mereka langsung membulat sempurna. Mereka berdua terdiam sejenak seperti patung karena masih belum percaya dengan apa yang mereka lihat.

"LEA." Teriak Mama Lenka.

Mereka langsung bergegas menghampiri Lea dengan penuh ketakutan. Dengan tangan yang sudah sangat bergetar, Papa Afzhal juga mengambil pelan gunting yang ada di samping Lea diikuti air mata yang langsung menetes dengan cepat.

"Le-lea." Lirih Mama Lenka.

Dengan langkah yang sangat tertatih dan detakan jantung yang sudah berkecamuk karena ketakutan. Papa Afzhal langsung menggendong tubuh Lea dan bergegas membawanya kerumah sakit. Mama Lenka juga mengikuti dari belakang.

Tapi, ketika membuka pintu rumahnya. Di depan mereka ternyata sudah ada Deren yang dari tadi menunggu di depan pintu.

Mata Deren membulat sempurna, tubuhnya juga ikut melemah sehingga membuat bubur ayam yang ia pegang langsung terlepas dari genggamannya. "Astaghfirullah, Le-lea? Lea kenapa?"

"Lea harus dibawah kerumah sakit sekarang." Jawab Papa Afzhal.

Deren menganggukkan kepalanya dengan cepat. " I-iya iya, Om. Naik mobil Deren aja."

Dengan langkah yang sudah sangat tertatih, mereka semua bergegas membawa Lea kerumah sakit. Darah di tangan Lea juga terus bercucuran membanjiri setiap jalan yang ia lewati.

Di sisi lain.

"KELUARKAN USTADZ BILAL DARI PESANTREN INI." Teriak semua orang.

Puluhan wali murid sudah memenuhi seluruh isi pesantren. Mereka mengecam keras dan meminta agar Ustadz Bilal segera dikeluarkan dari pesantren. Mereka tidak sudi jika anak anak mereka di ajari oleh Ustadz yang sudah berbuat senonoh dan tidak bisa menjaga adabnya.

"STOOOOP." Teriak Flora sekencang mungkin.

"Kalian semua kenapa? Kenapa demo demo nggak jelas kayak gini? Terus kenapa ada tulisan tulisan menjijikkan kayak gini?" Tanya Angel.

Mereka berdua yang baru saja datang untuk mengajar memang belum mengetahui apapun soal ini. Mereka berdua sangat bingung sekaligus bertanya tanya dengan semua ini.

Lentara Untuk Zaujaty [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang