Terdapat beberapa gadis keluar dari arah gedung yang cukup besar terletak di tengah-tengah kota, itu adalah Nadifa dan juga teman-temannya. Mereka berjumlah 5 orang dan saling berbincang sambil mentertawakan perkataan salah satu dari mereka.
Mereka menuju tempat makan yang tidak jauh dari gedung dimana mereka bekerja. Disaat tengah asik berjalan tiba-tiba saja Nadhifa merasakan salah satu temannya menyenggol lengannya.
Rani, teman yang tadi menyenggol Nadhifa. Rani mengarahkan dagunya pada seberang jalan, seolah memberitahu Nadhifa untuk melihat kearah sana.
Nadhifa menuruti perkataan temannya, ia melihat ada lelaki yang sedang duduk santai diatas motornya sambil asik berbicara dengan abang bakso yang memang biasanya berjualan di seberang kantornya, dan menghembuskan nafas kesal ketika mengetahui siapa seseorang itu.
Nadhifa mengenali lelaki itu, tentu saja dia masih mengenali lelaki itu walaupun sudah beberapa tahun ia tidak melihatnya lagi.
Namanya adalah Fariz Ganendra. Fariz merupakan anak dari teman baik ayahnya Nadhifa. Mereka pertama kali bertemu juga ketika Fariz menjemput ayahnya yang sedang bertamu dirumah Nadfiha dan saat itu tidak sengaja melihat Nadhifa pulang sekolah dengan seragam yang sudah tidak rapi lagi. Rumah mereka memang dapat dibilang cukup dekat, hanya berbeda komplek saja.
Fariz sepertinya sudah memiliki ketertarikan pada Nadhifa yang mana sayangnya gadis tersebut tidak mengetahui hal tersebut.
Hingga sampai saat ini Nadhifa hanya mengenalnya sebatas anak dari teman baik ayahnya, juga kaka kelas nakal yang suka menjahili dia.
Nadhifa ingat betul, setelah pertemuan pertama mereka yang saat itu ia masih kelas 11 dan Fariz kelas 12. Fariz selalu bolos kelas dengan salah satu teman ketika Nadhifa ada kelas olahraga.
Laki-laki itupun akan dengan iseng selalu melemparinya dengan batu kerikil dengan tawa yang begitu menyebalkan dimata Nadhifa.
Karena kejahilan itulah yang selalu membuat Nadhifa menunjukan wajah kesal setiap bertemu dengan Fariz. Karna terlalu kesalnya, Nadhifa selalu menolak jika Fariz mengajaknya untuk pulang bersama dengan motornya.
"Dia datang lagi itu Nad." Bisik Rani di telinga Nadhifa.
"Tau tuh, ngapain sih dia kesini lagi." Kesal Nadhifa.
"Lu gak mau coba tanya-tanya apa gitu ke dia? Kalo engga jelasin aja ke dia kalau lu udah punya pacar. Dan emang bener lu itu udah punya pacar kan." Kata Rani berbisik.
Memang semenjak ia bekerja di kantor ini diantara mereka, Rani adalah teman yang selalu menjadi tempat curhat Nadhifa. Jadi jelas Rani juga tau siapa itu Fariz.
"Udahlah biarin aja, kalo dia gangguin gue baru gue bilang." Kata Nadhifa menarik tangan agar mereka berjalan lebih cepat, dengan begitu Fariz tidak melihat mereka.
Padahal sejak awal mereka keluar gedung, Fariz sudah mengetahui hal itu. Dan Fariz hanya menyembunyikan senyuman nya dan terlihat pura-pura tidak menyadari keberadaan Nadhifa. Bagi Fariz, tingkah Nadhifa yang seperti itu sangatlah menggemaskan.
***
Nadhifa dan temannya selesai makan siang dan bergegas kembali ke kantornya karna jam makan siang akan segera berakhir.
Saat sudah hampir didepan gedung, Nadhifa melirik ke arah tukang bakso tadi dan menghembuskan nafas lega ketika dia sudah tidak melihat Fariz lagi disana.
'Mungkin tadi kebetulan aja dia beli bakso kali ya' pikirnya.
"Eh kalian liat laki-laki yang tadi duduk dimotor sambil ngobrol sama abang bakso di depan gak?" Miska, salah satu dari mereka membuka suara ketika mereka sudah di depan lift.