Welcome to another story of 04 Line.
・┆✦ʚ happy reading ɞ✦ ┆・
Cowok dengan rambut blonde yang teratur dan mata biru yang tajam, seolah memiliki aura misterius yang membuat orang segan mendekat, Ricky Skyler namanya.
Kini sosok itu tengah berada di salah satu ruangan di rumahnya, sebuah airsoft range cukup luas di sana, tempat ini menjadi healing sementara baginya, karena airsoft shooting adalah hobinya.
Ia mengenakan kaos hitam yang simpel dan celana cargo, meskipun casual, Ricky tetap terlihat rapi.
Ricky menembakkan peluru ke arah target, hanya suara tembakan dan bunyi peluru yang berjatuhan yang menemani kebisaannya, hingga langkah ringan seorang wanita memecah konsentrasinya.
"Tuan muda, tuan dan nyonya menunggu di ruang keluarga. Ada yang ingin disampaikan pada tuan muda," ucap wanita setengah baya itu. Wajahnya ramah, tetapi Ricky malas untuk berinteraksi. Ia hanya mengangguk pelan, menandakan bahwa ia mengerti.
Dengan langkah santai, Ricky menyimpan peralatan airsoft di tempat, biarkan para pekerja di rumah ini yang merapikannya, lalu ia meninggalkan tempat ini yang terasa lebih menenangkan dibandingkan ruang keluarga.
Di ruang keluarga, Ricky duduk berhadapan dengan sang papa dan seorang wanita yang berperan sebagai ibu tirinya. Panggilan Bunda untuk wanita itu terasa enggan untuk ia ucapkan, menghindari label yang membuatnya muak.
Tidak ada yang bisa menggantikan mami.
"Ricky, besok kami akan pergi ke Paris satu minggu. Papi ada undangan dari partner bisnis," katanya dengan nada tenang, seolah tidak ada yang aneh dengan situasi ini.
Ricky hanya menyunggingkan senyum sinis. Paris, kota romantis yang penuh dengan kehidupan. Namun, bagi Ricky, itu hanyalah tempat yang akan menambah jarak antara dirinya dan rumah. Ia lebih berharap jika ayahnya pulang sendirian dari Paris dan wanita itu tidak usah pulang sekalian.
"Jaga baik-baik dirimu ya sayang. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan hubungi kami," wanita itu berbicara tulus, penuh perhatian. Namun, Ricky memalingkan wajahnya, melihat ke arah jendela, seolah dunia luar lebih menarik dibandingkan berbincang dengannya.
──★──
Tinggal di rumah besar bak mansion mewah, dinding putih dan furnitur yang berkesan elegan, tetapi tidak ada satu pun yang membuatnya merasa di rumah. Ia hanya merasa terasing, terutama di hadapan Ricky, kakak tirinya yang selalu berperilaku kejam padanya.
Gadis itu Mirela Tarunika, anak dari wanita yang menikah dengan papinya Ricky.
Seperti hari-hari sebelumnya, Mirela siap untuk berangkat sekolah. Dengan seragam rapi dan tas yang sudah disampirkan di bahu kanannya, ia melangkah menuju meja makan, lalu duduk bersebelahan dengan Ricky.
Para pelayan di rumah ini justru mengambil semua menu makanan yang ada di meja makan hingga tak tersisa apapun di depannya sekarang.
"Gak ada sarapan buat lo," kata Ricky tanpa menatapnya. Papinya sedang tidak di rumah selama satu minggu, dan ini pasti akan membuat hidupnya semakin tidak nyaman.
Mirela menghela napas kasar. Ia berdiri dari tempat duduknya, memilih untuk berangkat sekolah tanpa sarapan, setidaknya bisa merasakan sedikit kebebasan. Namun, langkahnya terhenti ketika Ricky menahan lengannya.
Tanpa mengatakan apapun, Ricky meraih tas Mirela dan menggeledah isinya. Sang gadis berusaha merebut tasnya kembali, namun Ricky dengan mudah menepis tangannya.
"Lo apa-apaan sih!" protes Mirela.
Ricky hanya mengambil dompet dan kartu ATM Mirela. Membiarkannya kesusahan tanpa uang atau bahkan memesan transportasi online. Saat tasnya dilemparkan ke arahnya, Mirela sigap menangkapnya sebelum tas itu menghantam wajahnya.
"Balikin dompet dan handphone gue!" kata Mirela nyaris berteriak.
"Ini bukan punya lo, tapi punya papi," jawab Ricky dengan nada sinis yang membuat Mirela bungkam sekaligus kesal.
Semua yang dimilikinya selalu terasa bukan miliknya.
"Jangan ada yang anterin Mirela," Ricky memerintah pada semua pekerja di rumah, dan itu membuat Mirela semakin kesal.
Lalu, ia berangkat tanpa memedulikan Mirela yang memasang raut emosinya.
──★──
Suara musik yang menggema membuat detak jantung bergetar. Dalam pikirannya, semua tekanan dari orang tua seakan lenyap. Ia bebas setidaknya untuk malam ini. Balapan motor, minum-minum, dan bersenang-senang adalah caranya melarikan diri dari kenyataan yang terus membelenggunya.
Dia Hiro Alister, cowok yang tengah meneguk birnya sambil mengamati kerumunan di klub malam.
Hiro tahu bahwa ayah dan ibunya berharap dia menjadi sosok yang berprestasi. Mereka menginginkannya aktif di sekolah, belajar mengelola perusahaan keluarga, dan mengikuti jejak mereka. Namun, semua itu terasa flat dan membosankan baginya. Jiwa bebasnya terikat oleh ekspektasi yang tinggi.
Kembali dari klub malam, Hiro bangun telat. Ia bernapas lega saat mengetahui kedua orang tuanya sudah berangkat, bisa menghindarkan diri dari kemarahan mereka. Setibanya di sekolah, meski terlambat, Hiro masuk tanpa rasa takut. Anggota dewan disiplin sudah mengecualikan namanya, dan mereka memilih untuk membiarkannya lolos, kalau di beri peingatan Hiro bisa lebih galak dan bisa-bisa membuat keributan di sini. Dewan disiplin akan langsung memanggil orang tuanya dibanding berurusan langsung dengan seorang Hiro.
Di sudut lain, Mirela, sang gadis yang telat karena terjebak macet di bus, melihat Hiro dengan dahi berkerut. Kenapa hanya Mirela yang mendapat peringatan? Ini adalah peringatan kedua kalinya untuknya, setelah sebelumnya juga terlambat karena Ricky.
Menurutnya, ini tidak adil.
𝄃𝄃𝄂𝄂𝄀𝄁𝄃𝄂𝄂𝄃 TO BE CONTINUED 𝄃𝄃𝄂𝄂𝄀𝄁𝄃𝄂𝄂𝄃
DISCLAIMER:
- They're all the main characters!!! Aku akan berusaha membuat ke 7 pemeran disini memiliki konflik atau permasalahannya masing-masing.
- Banyak tentang perdebatan dengan orang tua dan ekspektasinya. Setiap impian yang ingin dijalani bertabrakan dengan standar yang mereka ciptakan, menjadikan setiap percakapan sebagai pertarungan.
- Just for fun!
KAMU SEDANG MEMBACA
THREAD OF DESTINY | 04 LINE
FanfictionThis story for kpop fan ────୨ৎ──── ・┆Thread of Destiny | 04 line┆・ Takdir selalu menemukan caranya sendiri-membelokkan, mempertemukan, dan memisahkan hati yang terhubung dalam cara yang tak terduga. Terkadang menjadi sekutu yang lembut, kadang menja...