ARJUNA [10]

162 21 8
                                    

Cafe milik Sena dapat dikatakan ramai, untuk cafe kecil-kecilan yang berada di tengah kota. Kedua mata berpendar, melihat sekeliling interior yang ada. Terdapat satu set meja dan kursi untuk lantai pertama. Dan balkon luas untuk lantai dua.

Cafe ramai pun lambat laun mulai sepi pengunjung, bersamaan dengan larutnya malam menaungi langit kota Semarang. Sera melepas celemek, menghela nafas menatap rintikan hujan dengan kedua tangan menyangga wajahnya.

"Ayo...makan dulu,"

Tiba-tiba saja, semerbak ayam goreng beserta saus mentai tersaji di depannya. Sera mengendus panjang. "Makasih banyak, Mbak," Jawab Sera langsung mengapit ayam goreng, dan memakannya sembari menatap ke luar.

"Masih kepikiran, ya?."

Lagi-lagi, helaan nafas terdengar dengan mulut tersumpal ayam. "Gimana nggak kepikiran mbak, orang aku makhluk hidup." Jawabnya sambil senyum kecut.

Sera mengidahkan tatapan ke samping, ke arah perut Sena yang menggembung lucu. "Anaknya cewek apa cowok?"

"Kayaknya cowok. Aku gak mau USG, biar surprise," ucapnya dengan senyum yang enggan luntur.

"Pasti Om manjain banget ya."

"Awal-awal kita nggak saling mencintai, Ser."

Sontak saja Sera terdiam beberapa saat. Ayam yang sudah berada di pertengahan mulut, terpaksa terhenti untuk mendengar pernyataan yang menurutnya terdengar menarik itu.

"—dulu kami dijodohkan,"

Sera merebahkan tubuh, merenggangkan otot-otot yang kakunya. Dia memandang langit-langit kamar, menerawang jauh dari pemikiran. Fakta baru mengejutkan, ternyata Sena dan Arjuna adalah dua insan yang disatukan dalam sebuah perjodohan.

Terlalu larut dalam lamunan, tak sadar ponsel ios bewarna merah bergetar. Menampilkan sederet kata 'Rendy' di dalamnya.

"Tumben," batin Serana.

"Halo, calon istri," Sera berdecak, merespon cuitan dari Rendy.

"Apa?!."

"Aduhhh. Jangan ketus-ketus gitu ah. Aku denger kamu lagi di Semarang ya?"

Sera mengangguk samar, lebih fokus mencongkel kotoran yang terselip pada nail art-nya itu dibandingkan mendengar celotehan Rendy. "Iya...kenapa emang?, Bukannya kamu pendidikan?."

"Iya. Aku pendidikan di Semarang. Kebetulan dikasih waktu buat keluar,"

"Terus?"

"Kamu mau gak? Temenin aku nyari makan?. Kangen banget sama angkringan," ucap Rendy berusaha membujuk.

"Emang kamu tau aku tinggal dimana?"

"Share Lok kan bisa sayanggg."

Sera mencari alibi lain. "Tapi udah malem, Ren. Takut ada kreak."

"Baru jam 9, sayanggg. Nggak usah takut kreak, kan ada Abang Rendy di sini. Berani ganggu calon istri, aku pastiin dia pulang cuma bawa kepala." Rendy terdengar percaya diri, bahkan Sera sendiri tidak yakin jika Rendy akan seberani itu menghadapi geng motor yang biasanya membawa parang panjang.

Kendati demikian, Sera menghargai keinginan Rendy dalam hal melindunginya. Lagi pula, perut Sera juga sudah lapar kembali. "Yaudah, Sera ganti baju dulu. Nanti aku sharelok."

"ACC SAYANG..." Pekik Rendy girang.

Tak perlu waktu lama, hanya dengan cardigan mint dipadukan celana pendek, Sera siap mengarungi malam di kota Semarang.

Dia melangkah keluar, di saat dirinya belum benar-benar keluar, seorang lelaki duduk pada teras rumah bertemankan kopi hitam segelas, menyapa indra pendengarnya. "Mau kemana malam-malam gini?!" Tanya Arjuna tajam mengintimidasi.

ARJUNA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang