"Hyuka-ya,"
Hueningkai tersentak ketika namanya dipanggil. Matanya dialihkan pada Taehyun yang kini menatapnya dari bawah dipannya, "Ya Taehyun-ah?"
"Maafkan aku karena membiarkan Junghoon hyung muncul di hadapanmu. Kau tak apa?"
Hueningkai tersenyum, "Aku yang harus minta maaf. Aku harusnya membantumu lebih awal," sang maknae terdiam sejenak lalu berbisik pelan, "Tapi aku malah jadi beban,"
"Kai," Taehyun naik ke dipan Hueningkai, lalu mengangkat lengan bajunya, "Kau menggaruk tanganmu?" Taehyun berhenti sekilas mempertimbangkan apakah pantas mengangkat topik itu sekarang.
Tangan maknae itu ditahan. Bola mata Taehyun membulat seolah menuntut, "Apa kau menyakiti dirimu juga?" Bisa jadi itu hanyalah pertanyaan retoris semata karena Taehyun sudah memiliki dugaan sebelumnya.
Hueningkai menarik tangannya tidak nyaman, "Tunggu, apa maksudmu?" Keningnya sedikit mengerut, "Aku tak melakukannya. Tidak, kenapa aku melakukannya?"
"Kau tak boleh menyembunyikannya padaku," Sorot mata Taehyun menjadi lebih tegas, "Kau yang melukai tanganmu ketika kau demam kan? "
"Kau salah paham Taehyun-"
"Lalu mengapa itu bisa terjadi? Itu bukan kali pertamanya kan?" Taehyun kembali menarik tangan Hueningkai dengan sedikit paksaan, lalu mengangkat lengan bajunya lebih tinggi hingga lengan atasnya. Di sana ada bekas goresan yang mungkin baru berumur seminggu atau lebih. Itu kesalahan Hueningkai yang dibuat ketika ia kalut ditinggal sendiri kemarin. Rahang Taehyun mengeras.
"Mengapa kau melakukannya?"
Hueningkai sedikit panik segera menurunkan lengan bajunya tergesa. Kepalanya memikirkan alasan sementara matanya bergerak liar, "Aku tak melakukannya. Lenganku tergores ketika mandi,"
"Kau bohong. Aku ingat kita sudah berjanji untuk tidak menyembunyikan apapun satu sama lain. Hanya kau yang kupercaya, namun kau mengkhianatiku. Kau menyakiti temanku," Taehyun membuang mukanya dan turun dari dipan Hueningkai dengan cepat.
"Siapa yang kulukai? Aku tak melukai temanmu Taehyun-ah," Hueningkai tak mengerti ucapan Taehyun. Ia tak pernah melukai siapapun, atau mungkin hyung-nya? Itu bukan salahnya. Bukan Hueningkai yang melukai hyung-nya. Hyung-nya terluka ketika berusaha melindunginya dua tahun lalu.
"Kau melukai temanku, Kai. Kau menyakitinya dan kini kau menutupinya,"
"Aku tak melukainya," Elak Hueningkai.
Alis Taehyun terangkat, tangannya menyilang diatas dadanya, "Atau kau bukan temanku? Kau tak percaya denganku bukan?"
Ah, sejujurnya hati Hueningkai menghangat ketika ia merasa bahwa masih ada orang yang mengaku sebagai temannya. Karena kepalanya selalu berisik bahwa ia tak pantas memiliki siapapun.
"Aku percaya. Tapi kau sendiri tak menceritakan masalahmu Taehyun," Hueningkai dapat melihat getaran samar di kedua bola mata Taehyun yang besar. Itu adalah pembahasan yang tak terduga.
"Apa maksudmu?"
"Alasanmu menghilang malam itu. Malam ketika aku kecelakaan," Hueningkai menatap Taehyun sendu-sedikit bersalah karena membuat pemuda itu mengingat kejadian dua tahun silam. Tapi ia harus memutar topik ini agar ia bisa memikirkan alasannya berikutnya, "Itu berhubungan dengan alasanmu muntah kan?"
Hueningkai tak bisa membiarkan seseorang mengetahui perbuatannya yang suka menggores itu. Karena bisa jadi isi kepalanya semakin memburuk ketika ia tak lagi diizinkan untuk melakukannya. Atau lebih buruk lagi ketika orang orang mulai menatapnya dengan tatapan simpatik yang menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Dream
Fanfic"One Dream! Annyeong haseyo, Tomorrow by Together imnida!" Ucapan serempak itu diucapkan dengan raut kesungguhan dan penuh senyum sumringah pada awal debut mereka. Kamera flash menangkap setiap kelima wajah tampan itu. Tak tampak celah pada masing...