Inggita Laura

1 0 0
                                    

"Lagi?" tanya Aura dengan ekspresi yang sulit dijabarkan. Gadis itu kian menahan tangis di depan laki-laki yang saat ini menatapnya dengan penuh sesal.

Aura tersenyum getir. "Lagi, Ka?" satu tetes air mata yang sudah ia tahan di kelopak matanya itu saat ini lolos mengenai pipinya. Gadis itu memalingkan wajahnya ke sembarang arah sebelum dia menatap kembali wajah lelaki di hadapannya.

"Sorry, Ta.." ucap Deka—lelaki yang berstatus pacarnya itu tersenyum kecut dengan menatap Inggita cukup lama. Tangannya tergerak mengelus puncak kepala Inggita akan tetapi Inggita langsung menepis kasar dengan sorot mata yang tajam.

"Pacar lo tuh gue apa dia, sih, Ka?" Pertanyaan itu yang Inggita berikan kepada Deka. Pertanyaan yang berhasil membuat bungkam, laki-laki itu sulit menjabarkan apa yang ingin dia katakan saat ini.

"Gue kasihan sama dia." ucap laki-laki itu setelah keduanya saling membungkam. Inggita menatap Deka sekilas sebelum gadis itu tertawa hambar.

"Kasihan? Lo kasihan sama dia yang jelas-jelas cuma caper ke lo doang?!" bentak Inggita dengan raut wajah yang sulit untuk percaya. Tutur kata serta ungkapan dari pacarnya itu berhasil membuat Inggita menggelengkan kepalanya heran. "Lo nggak waras, Ka!"

Deka menatap kedua mata gadis didepannya itu dengan mata teduhnya. mungkin dia berharap, Inggita bisa mengerti apa yang dia rasakan. Kedua tangan lelaki itu memegang kedua bahu Inggita agar sejajar dengannya. "Dia sakit, Ta. Aku nggak bisa buat nggak ped—"

"Amanah dari bokap nya dia?" seloroh Inggita cepat. Gadis itu tertawa. "Selagi dia belum mati, hak gue sebagai pacar lo belum bisa terpenuhi!"

"Jangan gitu, Ta. Dia juga mau sembuh.." tutur Deka dengan lembut. Cowok itu masih mencoba untuk menjelaskan kepada Inggita agar gadisnya itu bisa mengerti.

Inggita semakin panas dibuatnya. Gadis itu berdecak. "Kalau mau sembuh harusnya tuh berobat. Bukan malah gatel ke pacar orang."

Ting!

Belum sempat Deka membalas omongan Inggita, perhatian laki-laki itu teralih dengan notifikasi pesan yang ada di saku celananya. Terlihat dari lock screen benda pipih milik Deka sebuah pesan dari perempuan yang sekarang menjadi perdebatan diantara dirinya dan Inggita.

Gista : Ka? Dimana? Nilam pingsan, sekarang di UKK

Cowok itu segera mengetikkan balasan di sana. Matanya menatap Inggita sekilas yang sedang melamun.

Deka Ananta : Gue OTW sekarang.

Cowok itu memasukkan ponselnya ke saku celananya. Ia menarik nafas dalam sebelum memanggil gadis yang saat ini tengah menatap dirinya. "Ta–"

"Nilam? Udah gue tebak, bocah penyakitan itu pasti berulah lagi." sembur Inggita dengan tangan yang bersidekap dada. Gadis itu menatap Deka sejenak. "Urusin dulu Cinderella lo, Ka."






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

See You Next TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang