14. Bantuan?

243 38 15
                                    

Maap kalo banyak typo nya (⁠⇀⁠‸⁠↼⁠‶⁠)
Yaa sudah, lanjut~
___
-
-

Setelah itu Len langsung pergi dari sana, ia menarik Shien dari kerumunan dan keduanya pun pergi menuju UKS. Disana Len segera mendapatkan perawatan dari dokter yang berjaga di UKS. Sementara Shien masih disana mengawasi nya.

"Kalau ada bahaya.. Kamu harus telfon aku. " ucap Shien sambil memberikan secarik kertas berisi nomor ponsel nya.

"...oke." balas Len pelan, karena ia bingung, memang nya kenapa dia harus menelfon dia jika terjadi sesuatu. Karena sejujurnya ada banyak pilihan untuk ditelfon jika terjadi bahaya, Contoh nya...

"Polisi atau apapun itu tidak akan bisa membantu mu. Jadi jangan keras kepala dan turuti saja perkataan ku. " ucap Shien tiba-tiba, seakan bisa membaca apa yang di pikirkan oleh Len.

"ya ya.. aku mengerti. " ucap Len sembari menarik tirai untuk menutupi ranjang yang ia duduki saat ini, kemudian berbaring di sana.

"Hey, Jangan bermalas-malasan. Masuk lah ke kelas mu. " ucap Shien sambil membuka tirai yang menutupi ranjang Len. "Yang sakit itu leher mu, Bukan mata, telinga ataupun otak mu kan? "

Len hanya diam ia menutup mata nya dengan lengan nya. Tidak beranjak dari ranjang itu. Hingga akhirnya Shien pun menyerah terhadap Len dan meninggalkan nya di UKS.

Setelah cukup lama tidur di sana, Len keluar dari UKS dan pergi menuju kantin, karena ia ketiduran dia melewatkan jam makan siang sehingga kini ia duduk sendirian di kantin yang sepi.

Dengan gerakan tanpa tenaga, Len memakan coco crunch yang ia beli, entah kenapa saat itu Len tidak nafsu makan nasi tapi dia tetap harus memakan sesuatu untuk mengisi perut nya jika tidak mau asam lambung nya kambuh.

Saat tengah makan, Len yang mengarahkan pandangan nya ke jendela tersedak melihat Karhan duduk di jendela lorong lantai tiga.

tidak mungkin dia melompat ka—

Len langsung bangkit dari kursi nya saat Karhan melompat, tepat kearah seorang siswa laki-laki yang Len nyakini merupakan seorang Alpha karena tubuh nya... Kalian mengerti maksud ku kan? Tubuh nya besar, bahu nya lebar dan tangan berotot nya yang menangkap Karhan benar-benar...

"pemandangan yang indah... eh—tu"

bagaimana bisa aku memikirkan hal seperti itu? seorang pria? mempesona? apa.. apa otak ku mulai rusak...

Dengan ragu, Len berjalan mendekati jendela untuk melihat lebih jelas kemana Kerhan pergi dan ternyata ia pergi ke samping sekolah. Yang seingat Len merupakan tempat dimana ia memanjat pagar bersama Fae sebelumnya.

"...aku pikir dia anak yang tenang."

"Justru dia itu otak dari siswa-siswi bandel di sekolah."-

Len berbalik, mendapati Leon berdiri di belakang nya sambil tersenyum.

"Hei! Bagaimana kabar mu, dik? " ucap Leon sambil melambaikan tangan nya dengan senyuman cerah.

"...kenapa kamu disini? "

"Guru menyuruh ku menyeret mu kembali ke kelas mu. Kamu tau di sini ada CCTV nya kan? Jadi sebaiknya kamu tidak berkeliaran di jam pelajaran, jika tidak mau di viral kan di mading." ucap Leon sambil berjongkok di depan Len lalu mengangkat kaki Len dan meletakkan nya di atas paha nya. Saat ia membersihkan sepatu putih yang ia bawa lalu memasangkan nya untuk Len.

"he-hey.. biar aku menggunakan tangan ku sendiri. " ucap Len sambil mencoba menarik kaki nya, namun genggaman Leon begitu kuat hingga ia tidak bisa bergerak barang secenti pun. "kamu akan mematahkan kaki ku.. "

[BL] Take it Easy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang